All Chapters of Tertawan Dua Suami: Chapter 121 - Chapter 130
167 Chapters
121. Menyingkirkan Maria (1)
"Aku tidak tertarik makan siang yang itu." Tatapan Saga menyelimuti wajah Juni. "Aku ingin yang ini." Juni mengernyit. Kendati seluruh wajah dan lehernya sudah memerah, pun dadanya yang berdetak cepat sampai terasa sakit, ia tetap mencoba untuk tenang. Berusaha tak memperlihatkan kegugupan dan desahan yang mencoba keluar dari mulutnya.Saga menyapukan bibirnya yang panas di leher Juni, menikmati bagaimana leher yang kemerahan itu bertambah panas seiring dengan kecupannya yang bertambah intens. Sesekali lidah lelaki itu akan menjilat di sana.Juni membungkam mulutnya dengan telapak tangan, tak ingin suara rintihan maupun desahannya terdengar sampai keluar, sebab di balik pintu ada ketukan samar dan suara pelayan yang mengalun sopan."Nyonya, kami membawakan makan siang." Sialnya, Saga tak membiarkan Juni bungkam terlalu lama. Lelaki itu mencium punggung tangan Juni dengan mesra, bahkan menyapunya dengan lidah sampai Juni melepaskan bekap
Read more
122. Menyingkirkan Maria (2)
Maria baru saja memasuki rumah ketika Leticia menghadangnya sambil memasang eskpresi marah dan terluka. "Pergi dari rumah ini."Maria mengerutkan kening. Drama apa lagi ini?"Kau tidak punya hak memasuki rumah ini lagi!"Maria memutar bola mata. Sepertinya Leticia sudah gila saking takutnya kepada Atlanta. Maria mengabaikan wanita itu, melewatinya dan berjalan menuju kamarnya.Namun, Leticia meraih tangan Maria secara kasar. "PERGI DARI RUMAH INI!" Maria menghempaskan tangan Leticia. Ditatapnya wanita itu seperti kecoak. "Apa-apaan ini, Leticia? Jangan lampiaskan kegilaanmu padaku.""Mas Sandi sudah mengusirmu. Jadi kau tak punya hak lagi di rumah ini."Sebelah alis Maria menukik. "Apa maksudmu?"Seringai di bibir Leticia diikuti dengan kemunculan Sandi entah dari mana. Ekspresi Sandi datar dan matanya memancar dingin, sementara Maria menyorotnya dengan tatapan menuntut penjelasan."Tinggalkan rumah in
Read more
123. Menyingkirkan Maria (3)
Maria baru saja ingin melewati jalanan yang menghubungkan rumah Lahendra dengan jalan besar ketika ponselnya berbunyi. Maka, ia menepikan mobilnya dan mengangkat panggilan."Ya, ada apa?""Ada dua mobil besar yang menunggu. Mereka memblokir jalan."Sang penelepon adalah mata-mata yang sengaja ia tugaskan untuk malam ini, demi mengawasi sekitar jalan yang dia lewati dari rumah Lahendra.Sebab dirinya tak boleh lengah. Leticia bisa berbuat apa saja. Perempuan itu bisa mengambil celah untuk mencelakainya. Maria juga mengambil mobil pribadinya yang dia simpan lama di garasi. Mobil lama yang tak pernah ia pakai, untuk berjaga-jaga jika Leticia melakukan sesuatu terhadap mobil yang biasa ia gunakan.Dia sudah memikirkan banyak skenario yang mungkin bisa dilakukan Leticia ketika Maria meninggalkan rumah itu, dan salah satunya adalah mencegatnya di jalanan. "Bagus. Terus awasi mereka."Telepon itu ia tutup, berganti menelepon Saga yang
Read more
124. Pengabaian Saga
Saga pulang terlambat. Ia baru muncul saat jam dinding menunjuk angka 12. Padahal biasanya lelaki itu akan memaksakan diri pulang cepat. Ia pun tak langsung menyapa Juni seperti sebelum-sebelumnya. Ini sedikit asing, sebab biasanya Saga akan langsung memeluknya dari belakang.Mungkin karena hormon kehamilan sehingga membuat Juni sensitif dan tahu tahu matanya terasa perih. Dadanya pun sesak sampai ia kesulitan bernapas. Saga langsung masuk ke kamar mandi begitu datang. Ia pun mandi sangat lama, padahal kemarin-kemarin dia selalu mandi cepat. Saat Saga keluar dari kamar mandi, aroma menyengat dari sabun yang dipakai Saga langsung menusuk hidung Juni dan serta merta membuatnya mual dan pusing. Ia segera berlari ke kamar mandi, melewati Saga yang belum menjauh sepenuhnya dari pintu.Jika biasanya Juni tidak mengunci pintu kamar mandi dan membiarkan Saga masuk untuk membantunya, maka kali ini berbeda. Juni menguncinya dan buru-buru me
Read more
125. 'Hadiah' untuk Leticia
Esok paginya, ada paket yang datang tiba-tiba di teras rumah Lahendra. Tepat sebelum keluarga itu berkumpul di ruang makan untuk sarapan bersama.Seorang pelayan tergopoh-gopoh mengabarkannya kepada satu-satunya Nyonya Lahendra yang sekarang tengah memimpin para pelayan di dapur untuk memberikan instruksi soal menu sarapan."Ada paket untuk Nyonya di depan pintu," lapor seorang pelayan.Alis maha rapi Leticia menukik. "Sudah kubilang panggil aku Nyonya Besar! Maria sudah tidak ada di rumah ini!" Matanya melotot mengintimidasi."Maafkan saya, Nyonya Besar."Leticia bersedekap pongah. "Hm. Paket dari siapa?""Tidak ada nama pengirimnya. Hanya ditujukan untuk Nyonya Besar.""Baiklah. Aku akan melihatnya." Leticia melenggang meninggalkan dapur. Langkahnya ringan dengan sunggingan senang di bibir merahnya. Maria sialan itu pasti sudah mati. Tubuhnya pasti sudah terpotong-potong dan dibuang di sarang buaya sesuai perintahnya. T
Read more
126. Memeriksakan Kandungan—Sendirian
Pagi ini Juni terbangun di kamar Saga. Ia sempat mengira dirinya bermimpi, tapi sepertinya semalam dia masuk ke kamarnya dan ketiduran di sana.Mengapa ia ada di sini? "Anda sudah bangun?"Juni mengira ia bisa mendengar suara Saga pagi ini, mengingat sekarang ia berada di kamar pria itu. Namun, yang ada di hadapannya adalah Lenna. Tak ada tanda-tanda keberadaan Saga di dalam kamar."Kenapa aku ada di sini?"Lenna mengerutkan kening sejenak sebelum menatap Juni bingung seolah Juni mengatakan dirinya adalah manusia setengah dewi. "Anda memang tidur di sini."Juni menggeleng yakin. "Tidak, aku tidur di kamarku yang lama.""Kenapa Anda tidur di sana?"Juni mengerjap, lalu terdiam kaku. "Ah, aku hanya ...."Dari raut wajah Lenna, Juni yakin dia sudah menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Saga. "Sejak Tuan meninggalkan kamar, saya melihat Anda tidur di ranjang itu. Mungkin Nyonya sedang bermimpi."
Read more
127. Kau Membuatku Kecanduan
Lama-lama Saga merasa bosan. Tidak. Ia merasa sesak terus-terusan mengabaikan Juni. Satu hari rasanya seperti satu tahun. Ia tak bisa menahan diri untuk menatap wanita itu dan bahkan memeluknya.Sayangnya, ia memiliki banyak pekerjaan. Ia harus mempelajari dokumen tentang struktur perusahaan dan pemegang saham Lahendra yang diberikan oleh Maria. Dirinya harus jeli dan teliti dalam menyusun rencana untuk membumihanguskan Lahendra.Karena itu, Saga memilih mendiamkan Juni agar tetap fokus, karena Lahendra bukanlah perusahaan biasa yang bisa dia akuisisi dengan mudah. Tapi, lebih daripada itu, dia masih merasa janggal dengan perasaannya. Sejujurnya, Saga belum mampu menerima anak itu. Hatinya merasa marah saat melihat perut yang di dalamnya ada anak dari lelaki lain. Saga merasa kalah. Ia ingin membunuh saja anak itu dan membuat anaknya sendiri. Melihat Juni yang meringkuk di atas ranjang membuat Saga menghela napas. Sampai kapan dia
Read more
128. Saga Demam (1)
Juni terbangun dini hari hanya untuk mendapati dirinya memeluk Saga dan menjadikan dada lelaki itu sebagai bantal, sementara Saga tidur telentang dengan kening yang mengernyit.Serta merta ia menjauh, merasa malu karena seenaknya memeluk pria itu. Saga pasti tidak suka dengan kelakuan tidak tahu malunya. Mengingat betapa abainya lelaki itu selama dua hari ini, seolah ia sangat membenci Juni.Melihat kening Saga yang berkerut gelisah, membuat Juni mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, tapi urung. Tiba-tiba saja ia merasa kesal karena Saga mempermainkannya seenak hati.Ia bergeser ke tepi ranjang, lalu berbaring memunggungi Saga. Ia kembali memejamkan mata, tapi sedetik sebelum alam bawah sadarnya mengambil alih, dirasakannya tangan keras yang melingkari perutnya.Juni kembali membuka mata dan mendapati Saga yang mendekapnya erat sambil menggumamkan sesuatu.Juni merasa sesak dan berdebar dalam waktu bersamaan. Ingin melepaskan pelukan Saga, tapi le
Read more
129. Saga Demam (2)
"Aku menginginkanmu." Saga mengatakan itu sekali lagi. Membuat Juni terhenyak.Sudah seringkali ia mendengar Saga mengatakan itu padanya. Tapi, jika Saga sampai membawanya ke alam mimpi, maka Juni harus berusaha menyingkirkan pikiran bahwa lelaki itu memang sangat menginginkannya—karena ia akan kecewa lagi."Menginginkanmu, Juni. Juni ...."Juni menghela napas. "Tapi, apa kau juga juga menginginkan anak ini?" Saga membalas pertanyaan nanarnya dengan erangan pelan sebelum lelaki itu tertidur. Napasnya mulai berembus teratur, meninggalkan senyum pahit pada bibir Juni.Juni menatap baju di tangannya. Dadanya yang sesak membuatnya tak sanggup untuk menggantikan baju Saga. Ia membuang kaus itu di tepi ranjang, lalu keluar kamar dan memanggil pelayan."Tolong gantikan bajunya."Membiarkan dua orang pelayan masuk sementara dirinya menjauh dari kamar. Menuruni beberapa anak tangga sebelum merasa dirinya tidak sanggup melewati semu
Read more
130. Mimpi Buruk
Saga tampak sangat liar dengan kemeja yang tidak terkancing. Satu bulir keringat menetes dari rambutnya yang basah, menuruni pelipisnya lalu terjatuh ke pipi Juni.  Lelaki itu menatap Juni tajam, seolah tak mengenalnya. Juni mengerutkan kening lalu membuka suara, "Aku menggantikan bajumu."Rahang Saga mengetat secara otomatis. Napasnya berembus panas di wajah Juni. "Beraninya kau ...." Sekonyong-konyong lelaki itu melumat bibir Juni tanpa ampun. Menyalurkan rasa panas yang seketika menjelajahi seluruh tubuh Juni.Ada apa dengan Saga? Dia tampak tidak sadar ketika mencium Juni secara membabi buta. Maka, Juni mendorong dada Saga untuk membuat lelaki itu kembali sadar.Apa ini karena demamnya?Saga seolah tak ingin berhenti, sampai Juni merasakan bibirnya kebas dan sedikit berdarah. Ciuman Saga tak tanggung-tanggung, seolah seluruh emosinya ia tuangkan dalam kuluman bibirnya.Lama kemudian, barulah bibirnya yang basah menurun
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status