Semua Bab Mon Amour: Bab 111 - Bab 120
128 Bab
Part 110
Farrin tercengang takjub saat netranya memandang rumah sederhana khas jepang yang dulu, hanya bisa ia tonton di serial anime kesayangannya saja. Tak lama setelah Alex tersendak ludahnya sendiri, mereka sampai di tempat yang dituju. Sebuah kediaman sederhana di pinggir hutan dan memiliki pagar yang tak terlalu tinggi seperti film zaman kerajaan Korea. Jika begini Farrin bingung. Sebenarnya rumah ini mengambil konsep asli Jepang, atau Korea?“Rumah ini milik anda, Nona. Tuan sudah membuat surat kepemilikan atas nama anda. Setelah ini, kita tinggal di sini untuk beberapa waktu sampai Nona dijemput oleh Tuan,” ujar Alex.Farrin menoleh ke arah Alex yang kini telah berdiri di sampingnya. Sejak tadi ia mengoceh, tetapi tak dapat jawaban apa pun dari pria itu. Kini, begitu ia tercengang Alex langsung berkata tanpa ia minta atau menanyakan apa pun.“Kita? Kau dan aku akan hidup bersama di sini? Berdua?” Farrin menanyakan hal itu bukan tanpa alasa
Baca selengkapnya
part 111
Alex tercengang dan tak bisa berkata apa-apa akan sikap Farrin.Saat tuannya mmberi perintah, ia sudah dibekali dengan beberapa sifat yang mungkin bisa membuatnya jengkel selama ia dekat dengan wanita itu. Akan tetapi, ia tak menyangka jika hasilnya kan menjadi serumit ini. Jika terjadi sesuatu padanya, tentu ia sendiri yang akan merasakan kerepotannya dalam mengurus bayi besar itu.“Nona, hari sudah malam dan ini sudah waktunya makan malam. Natsu pasti sudah menyiapkan banyak makanan untuk Nona dan jika kita tak bergegas, Natsu bisa membuat kita kerepotan,” ajak Alex. Ia masih berusaha untuk membujuk wanita kesayangan bosnya itu. Andai yang banyak bicara itu adiknya sendiri, sudah pasti ia akan memberikan pelajaran yang setimpal padanya.“Memang, ada dengan waktu yang sudah malam, he? Aku pernah pulang lebih malam dari jam sekarang ini dan orang tuaku tak mengatakan jika mereka kerepotan.”Tentu saja tak mengatakan jika Farrin mer
Baca selengkapnya
Part 112
“Tuan, mengapa tidak mengatakan jika Nona memiliki sifat yang aneh?” tanya Alex melalui ponselnya. Ia merasa pusing karena sifat yang sudah Farrin tunjukkan padanya hari ini. Padahal, Natsu sudah membawa wanita itu masuk ke rumah. Entah apa yang sudah mereka kerjakan, yang jelas, Alex ingin melepas penat dengan duduk dan bersantai di kursi serambi depan.“Setahuku dia tak pernah bersifat aneh, Lex. Aneh bagaimana yang kau maksud?” Bukannya menjawab, suara di seberang justru balik bertanya padanya. Memang benar, orang itu sudah mengena Farrin sejak lama, dan ia rasa belum pernah menangani sifat aneh dari Farrin.“Dia marah hanya karena aku tidak menjawab pertanyaannya, Tuan. Aku menjawab pada hal-hal yang di luar ketentuan yang Tuan maksudkan. Tadi, dia sempat tak mau kuajak masuk, memarahiku karena menyetir terlalu lambat. Padahal, aku menyetir lambat karena dia sedang makan bekal yang Tuan minta untuk disiapkan. Bahkan, dia menyuruhku unt
Baca selengkapnya
Part 113
“Alex! Ayo kita makan malam!” panggil Natsu dari pintu dan membuyarkan lamunan Alex. Di saat seperti ini, Natsu terlihat sangat menyebalkan karena sudah menggangu hatinya yang baru merasakan ketenangan dan terbebas dari wanita berisik itu.“Tenang, Alex! Sifat menyebalkannya itu yang membuatmu mendapat uang yang banyak untuk keluarga yang kau tinggalkan di kejauhan sana,” batin Alex. Sebisa mungkin ia menenangkan hatinya dari rasa jengkel tadi dan berusaha untuk bersabar. Ia tahu, mencari uang dan pekerjaan tidak ada yang mudah dan instan. Jika ingin mendapat hasil yang layak, sudah pasti pengorbanannya harus sebanding, kan? Jika tidak, maka hasil yang didapat akan terasa hambar.Itu menurut Alex, entah orang lain.“Tunggu!”Meski Alex berteriak tunggu sekalipun, ia tetap beranjak dan menuju ke sana dengan setenagh berlari. Padahal, tanpa mengatakan hal itu saja dia sudah memang ditunggu oleh dua orang wanita yang harus
Baca selengkapnya
Part 114
Sementara itu di belahan bumi yang lain.Avan memandang pemandangan kota Paris dari jendela kaca kamar hotel yang ia sewa untuk beberapa malam ke depan. Hawa sejuk yang dirasakannya begitu menenangkan hatinya yang tengah gundah karena meninggalkan negara kelahirannya untuk waktu yang lama.Di negara yang jauh itu, ada keluarga dan orang yang disayanginya. Walau berat, ia harus meninggalkan semuanya karena memang harus, bukan karena ingin. Karena bagi dirinya, harus adalah hal yang didahulukan ketimbang ingin. Mungkin sudah jalan hidupnya untuk seperti ini, yakni lebih banyak merelakan daripada mendapatkan.Sebenarnya Avan di sini sudah memiliki sebuah rumah sederhana yang tak begitu luas. Hanya saja, ia sudah mendapat kabar dari orang yang ia percaya di negara ini bahwa rumah itu masih belum siap digunakan secara penuh karena butuh renovasi di beberapa tempat dan juga menyiaplan beberapa asisten rumah tangga. Semua hal itu bisa dikerjakan secara cepat jika permi
Baca selengkapnya
Part 115
“Kumohon, Ma,” pinta Avan. “Aku sudha tak bertemu dengannya beberapa waktu ini. Entah kenapa kembaranku itu pelit sekali saat kuminta untuk bertemu dengan istri yang sebentar lagi akan menjadi mantannya itu. Padahal, aku hanya ingin berpamitan saja secara langsung padanya. Apa aku salah, Ma?”Bagi Nazilla, tidak ada yang salah atas aduan Avan padanya. Hanya saja, ia tak tahu harus berkata apa untuk menjawab atau membalas perkataan sang putra sulung. Ingin berkata jujur, tetapi Nazilla khawatir jika ia tak bisa mencegah Avan bertindak nekat. Bagaimanapun juga, Avan baru saja menginjakkan kaki di sana dan tak bisa berbuat seenaknya sendiri.“Akan Mama usahakan agar dia ke sini dan Mama akan menghubungimu. Saat itu, kau bisa berbicara dengan leluasa padanya. Kau tahu sendiri, kan, jika Mama juga jarang bertemu dengannya. Apalagi ditambah kehadiran Lena di sini, Farrin pasti merasa sungkan untuk datang.”Hanya berkilah yang bisa N
Baca selengkapnya
Part 116
Nazilla terdiam. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana kala harus menghadapi satu orang yang sudah ia kenal dengan baik dan kini berdiri di depannya sebagai seorang tersangka.“Jadi, bisa menjelaskannya padaku?” tanya Nazilla. Ia kini duduk di kursi kerja yang ada ruang kerja milik suaminya dulu. Ruang kerja yang kini sudah menjadi miliknya itu masih sama seperti saat sang suami menempati tanpa adanya perubahan tata letak dan properti sama sekali. Jika diperhatikan secara cermat, yang berubah hanya tumpukan kertas di pojok meja berlapis kaca itu.“Mama, kurasa tanpa dijelaskan pun anda sudah tahu maksudnya.”Nazilla mengembus napas kasar dan memijit pelipis kepalanya yang terasa berdenyut nyeri akibat kurang tidur. Ia memang sudah mengantongi namanya sebagai salah satu yang menculik Farrin tanpa jejak. Namun, ia tak menyangka jika dari daftar terbawah yang ia miliki, justru menjadi tersangka.“Ri, kau sudah aku anggap anakku s
Baca selengkapnya
Part 117
Rizuki mengangguk pelan. Memang benar bahwa saat itu, ia juga sudah mencegah apa yang Avan lakukan, persis seperti yang Nazilla juga lakukan pada pria itu. Sayangnya, pria keras kepala itu sama sekali tak mengindahkan suara yang masuk. Begitu semua terjadi, ia ingin mengumpati dan menghajar Avan habis-habisan. Namun, ia menyadari jika semua itu terasa sangat percuma. Memang sudah tak bisa diragukan lagi bahwa setiap orang tua, khususnya ibu selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak peduli berapa banyak, kasih sayang mereka diharapkan bisa diterima secara adil. Akan tetapi, bukankah adil tak harus sama? Seperti memberi potongan biskuit untuk kakak beradik yang berbeda kebutuhan. “Menurutmu, Ri. Apakah aku sudah salah langkah terhadap mereka? Aku membutuhkan saranmu untuk saat ini. Kau tahu, kan, bagaimana rasanya punya dua anak laki-laki? Bukankah kau juga memilikinya? Yah, meski mereka tidak kembar seperti Avan dan Vian. Tapi tetap saja, dari segi status, kit
Baca selengkapnya
Part 118
Dengan segala harga diri yang sudah ia junjung tinggi lalu dihempaskan begitu saja, Nazilla memohon kepada Rizuki. Ia percaya saat ucapan bahwa Avan dan Vian tidak mengetahui itu keluar dari mulutnya dan kini ia berharap untuk diberitahu keberadaan satu wanita yang diperebutkan. Di dalam ingatannya, ia bisa mengingat denganbaik bagaimana raut keputusasaan dari Vian yang tidak bisa menemukan Farrin sampai malam, lalu Avan yang mengatakan jika ia begitu merindukan Farrin.Awalnya ia menduga jika Avan berpura-pura. Tetapi hati kecilnya menepis hal itu dan tetap beranggapan bahwa Avan berada di balik Rizuki. Namun, begitu pihak Rizuki yang menyangkalnya, ia kembali goyah dan mulai mempercayai hati kecilnya.“Maaf, Mama. Aku tidak akan memberitahukannya pada siapa pun sampai aku yang membawa Farrin pada Avan jika aku merasa jika semua sudah baik-baik saja.”“Apa maksudmu?”“Aku berencana menyatukan keduanya, Ma. Hanya ini yang bis
Baca selengkapnya
Part 119
“Ap-apa maksudmu, Ri?” Badan Nazilla mengalami tremor kecil saat Rizuki menyelesaikan ucapannya. Semakin lama, Wanita paruh baya itu semakin merasa terancam saat wanita yang enggan duduk itu mengatakan banyak hal. Bahaya! Ia bisa mencium ada tanda-tanda bahaya untuk nanti.“Mama sangat tahu apa yang kumaksud, tapi masih menanyakannya padaku? Biar kuberitahu satu hal, Ma. Biarkan Avan bersama dengan Farrin dan mereka menjemput bahagianya. Putra kesayanganmu sudah bertemu dengan wanita yang pas untuknya. Wanita yang mencintainya dan memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang bisnis. Sebagai orang yang kau anggap anak juga, aku mengatakan hal yang sebenarnya dan berharap Mama bisa mengerti.”Rizuki melirik Nazilla sekilas lalu melanjutkan, “Yang Mama tuduhkan, bahwa aku tidak adil pada kedua orang itu semata-mata juga karena Mama sendiri. Perlukah aku mengatakan semua hal yang membuat Mama bisa berpikir bahwa apa yang Mama lakukan adalah sebua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status