All Chapters of Mantan Tunangan CEO: Chapter 91 - Chapter 100
166 Chapters
91. Dalam Bahaya
"Nathalie, aku telah membuat beberapa ringkasan tentang topik liputan kemarin." Rena menyerahkan kertas yang ada di tangannya pada ketua tim mereka. Membiarkan Nathalie mengecek sendiri keefektifan dirinya dalam bekerja. Pandangan Rena mengedar pada seisi ruangan dan merasa ada sesuatu yang kurang."Ke mana perginya si bulat?" Ia tidak mendapati keberadaan Ariska dalam ruangan ini. "Bekerja," balas Nathalie singkat. Masih mengoreksi lembaran kertas di tangannya dan membolak-balikkan halaman di sana dengan tenang."Kerja bagus." Ia melirik Rena yang masih berdiri di hadapan meja. Kemudian kembali menyerahkan ringkasan tersebut pada Rena. "Masukan paragraf kedua itu ke dalam artikel. Aku rasa akan cocok." Dan anggukan kelapa Rena mengakhiri pembicaraan mereka. Ia kembali ke kursinya sebelum suara Nathalie kembali terdengar. "Ah. Satu hal lagi. Kau harus mengubah panggilan mu itu kepada Ariska." .
Read more
92. Tragedi
Derap langkah kaki terdengar memenuhi lorong salah satu rumah sakit di pusat kota. Dengan kakinya yang panjang, langkah yang dihasilkan pun kian lama kian melebar. Seiring dengan cepatnya langkah demi langkah menuju ruangan ICU. Kai langsung datang ke sini setelah menerima telepon jika seseorang yang ia kenali masuk ke dalam rumah sakit karena kecelakaan beberapa saat yang lalu. Dan tanpa berpikir panjang, ia segera membatalkan jadwal lemburnya dan langsung mengendarai mobil dengan kecepatan menggila menuju kemari. Pikirannya tidak tenang, kacau, dan tidak bisa berhenti khawatir. Terlebih ketika ia mulai dekat dengan ruangan tujuannya. Di depan sana, Nathalie terduduk dengan isak tangis dan wajah yang dipenuhi air mata. Dan tanpa mengulur waktu lagi, Kai yang baru saja datang itu kemudian merengkuh Nathalie untuk menenangkannya."Tidak apa. Jangan menangis." Kai menepuk punggung Nathalie dengan pelan. "Ada aku di sini." Dan
Read more
93. Batas Dua Dunia
Jordi berjalan tanpa tahu ke mana ia akan melangkah. Kakinya terus memaksa untuk membawa dirinya pergi meski ia tak mengenali tempat ini. Dengan pakaian rumah sakit yang ia kenakan, dirinya terus berjalan di atas hamparan padang hijau rumput yang terbentang luas. Jauh di depan matanya. Ia dapat melihat seseorang duduk pada kursi putih panjang yang membelakangi dirinya. Rambutnya yang berwarna hitam indah tersebut berkibar ditiup angin yang tiba-tiba saja datang. Jordi tidak yakin dengan apa yang dilihatnya kini. Namun, ia terus berusaha untuk mendekat sampai jaraknya benar-benar tak terhitung lagi dari wanita itu.Wanita itu tampak tenang memandang lautan biru yang ada di hadapan mereka sekarang. Perlahan, kepala yang sepenuhnya menghadap ke depan itu menoleh. Wajahnya yang cantik dan bersih seperti bersinar saat matahari menerpa. Wanita itu tersenyum tipis saat Jordi membeku tanpa suara dengan tatapan tidak percaya. Sorot k
Read more
94. Wajah Pelaku
"Kalian siapa?" Suara parau Jordi membuat dua orang yang sedang menatapnya itu terdiam. "Kau tidak ingat apapun? Sungguh?" Nathalie kembali membuka suara setelah beberapa menit ia mematung. "Apakah kalian mengenaliku?" Dengan lemah, Jordi kembali bertanya. Tatapannya sayu saat mencium bau obat-obatan yang ada di sekitarnya."Apakah aku ada di rumah sakit?" Ia menatap selang infus yang ada. Dan pada langit-langit dengan tatapan datar. Sedangkan Nathalie lantas menoleh pada Kai, raut wajahnya jauh lebih khawatir dari yang sebelumnya. Dan melihat Nathalie yang seperti itu mau tak mau membuat Kai menghela napas pendek. "Kau benar-benar akan kehilangan ingatanmu jika masih terus bercanda seperti itu." Pandangan Kai jatuh pada seseorang yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Suaranya yang dingin seketika membekukan seisi ruangan dalam beberapa detik. Sebelum kemudian kekehan Jordi terdengar setelahnya."Ka
Read more
95. Semua Orang Pernah Marah
"Aku akan mengehentikan Ley dari pekerjaannya." Kai melonggarkan ikatan dasi begitu memasuki rumah. Setelah meletakkan jas dan membuka dua kancing teratas kemeja yang dia kenakan. Terus berjalan dengan aura pekat yang menyelimuti sisi pria tersebut."Kai, kau serius?!" Di belakangnya, Nathalie mengekor dengan tatapan tak percaya. "Aku akan melakukannya." Kai berbalik dan berhadapan langsung dengan manik mata Nathalie. "Dia terlalu lalai sampai kau mengalami hal buruk dua kali saat bersamanya. Aku tidak bisa membiarkan orang seperti dia berada di sekitarmu." Kai membuang napas kasar. Berniat memutar badan dan pergi, sebelum suara Nathalie kembali menginterupsi yang tanpa sadar menghentikan langkah kaki."Dia punya alasan ketika pergi, Kai." "Tentu saja dia punya alasan." Pria itu mendengkus rendah. "Apapun yang kau katakan, aku tidak akan pernah berubah pikiran untuk memecat dia." Tatapan Kai yang datar ja
Read more
96. Hanya Milikku
"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padaku. Tapi, akhir-akhir ini, aku kesulitan untuk mengontrol emosiku. Semuanya terasa membuatku selalu ingin mengumpat pada keadaan." Nathalie terdiam sebentar. Sebelum akhirnya membalikkan badan dan melihat pria yang memiliki tinggi badan jauh berada di atas darinya itu dengan lekat. Memandang manik kelam Kai yang sayu dengan tatapan yang lembut."Kau mungkin stres karena pekerjaanmu. Ditambah dengan beberapa kejadian baru-baru ini," kata Nathalie kala melihat wajah lelah dari pria itu.Kai merasakan telapak tangan Nathalie menyentuh pipi tirusnya. Disertai dengan senyum hangat yang membuat Kai kembali merasakan arti hidup yang sesungguhnya.Ia menggenggam telapak kecil tersebut dan mengecupnya perlahan."Mungkin ...." gumam pria itu."Aku akan membantumu memijat kepala. Wajahmu terlihat benar-benar lelah. Apa kau tidak tidur dengan cukup? Bahkan wajahmu yang tampan ini memiliki kantung mata sek
Read more
97. Si Pengkhianat
Kai melempar dokumen yang ada di tangannya di hadapan pria yang kini terdiam dengan tenang. "Apa ini?" Dalton angkat suara setelah ia menghembuskan asap rokok ke udara. Tatapannya melirik bergantian antara Kai dan dokumen yang baru saja pria itu berikan padanya. Tergeletak di atas meja yang membuat Dalton penasaran. Namun, ia lebih penasaran lagi pada hal yang membuat Kai mengunjungi kediamannya. Tidak seperti biasa. Biasanya Kai hanya memberikan pesan singkat agar Dalton datang menemui. Dan Dalton pikir apa yang akan Kai sampaikan sangatlah penting karena pria itu bergerak sendiri menuju kemari."Laporan CCTV saat kejadian," jawab Kai."Oh, Jordi sudah sadar?" Kai duduk di hadapannya dan langsung menyilangkan kaki. Kedua tangannya terlipat dan tatapannya semakin dingin saat itu juga.Dalton juga merasakannya. Ruang tamu kediamannya tiba-tiba sedingin es dengan aura mengerikan yang menguar dalam diri Kai. Ia ta
Read more
98. Tamu tak Diundang
Eden menatap lekat pada potret seorang wanita bersurai pirang dalam ponselnya. Ekspresinya tetap datar sembari mengusapkan ibu jarinya pada wajah wanita itu. Dengan salah satu tangan yang menyangga sisi kepala, Eden terus mengusap layar dan sampailah di mana dia pada potret yang menurutnya paling bagus dari yang ia lihat sebelumnya. Eden mengingat momen tersebut. Yaitu ketika Angelista dan dirinya sedang berada di Jepang pada tahun lalu. Mereka menghabiskan waktu bersama layaknya sepasang kekasih meski kenyataannya adalah tidak. Eden pikir Angelista selalu menganggap dirinya spesial karena ia adalah seseorang yang paling dekat dengan wanita itu. Bahkan Eden sempat berpikir suatu saat wanita itu akan menyukainya. Namun, hal tersebut ternyata sangat mustahil bagi Eden. Jangankan menyukainya, Angelista berkali-kali menjalin hubungan dengan berbagai pria yang pada akhirnya akan menyakiti wanita itu. Dan yang bisa Eden lakukan hanyalah membalaskan r
Read more
99. Pengejaran
"Jangan mendekat!" Nathalie berteriak sembari menahan rasa takut. Terus melangkah mundur menghindari Eden yang semakin mendekat ke arahnya. Tidak akan ada waktu untuk menghubungi Kai sekarang. Para penjaga yang ada rumah ini tidak terlihat. Nathalie yakin jika Eden telah membereskan semuanya sebelum pria itu masuk ke sini. Dan sekarang. Nathalie tidak bisa mengandalkan apapun selain dirinya sendiri. Meski hanya kemungkinan kecil ia bisa meloloskan diri, setidaknya ia harus mencoba daripada tidak sama sekali.Eden menghela napas pendek."Aku tidak akan menyakitimu jika kau tidak banyak tingkah." Ia berhenti melangkah. Memberikan Nathalie sedikit waktu untuk berpikir.   Namun, tampaknya tawaran yang ia berikan sama sekali tidak digubris oleh wanita itu. "Kau memilih cara kasar ternyata." Eden menyeringai tipis ketika melihat sebuah pisau yang Nathalie arahkan padanya. "Jika kau berani mendekat. Aku aka
Read more
100. Waktu yang Berbalik Arah
"Master, kita tetap pada tujuan awal?" Salah satu anak buah Eden yang tengah mengemudi itu melirik lewat kaca mobil. Mendapati ekspresi Eden yang datar.Cukup lama Eden terdiam. Dengan kedua matanya yang tak berkedip memikirkan sesuatu. Memutar otak lebih keras dalam menghadapi situasi sekarang. "Tidak. Jalankan rencana kedua." Eden melirik wanita yang pingsan di sampingnya. Memasang senyum separuh sebelum kemudian kembali melihat ke depan."Dia tidak akan bisa mengejar kita." Dan seringai licik tercetak jelas pada wajah pria bersurai merah tersebut. Pria bawahan Eden yang sedang mengemudi itu mengangguk. Lantas menginjak gas lebih dalam dan mobil yang mereka tumpangi melaju semakin kencang. Mengabaikan beberapa klakson dari pengendara lain yang merasa terganggu....Kai terus mengikuti ke mana titik hijau itu pergi. Mendecih pelan saat ia tahu ke mana arah ini tertuju.Dengan
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status