Semua Bab Affair with Playboy: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
20. Putus Cinta atau Keluar dari Penjara?
"CUMA perasaan gue doang, apa emang muka lo kelihatan jelek banget hari ini?" tanya Alva begitu dia melihat Ralf yang baru datang dan terlihat begitu mengenaskan.Tubuh Ralf terlihat lesu layaknya tak berdaya. Langkah kakinya bahkan agak sedikit sempoyongan. Dan jangan lupakan, kantung hitam di bawah matanya yang kini terlihat begitu mencolok dari penampilannya.Alva mengernyitkan dahi, menatap Ralf dengan wajah serius sebelum bertanya, "Lo nggak lagi abis diputusin sama Sienna semalam, kan?"Ralf langsung mendelik dengan mata nyaris melompat keluar dari matanya. "Lo jangan ngomong yang enggak-enggak. Gue sobek mulut lo yang lemes itu, tahu rasa!""Terus, ngapain aja lo semalaman sampai nggak tidur dan jadi zombie berjalan kayak gini?" Alva mengerling dengan tatapan tidak percaya. "Nggak mungkin, kan, kalau lo tiba-tiba aja ke kelab malam terus lepas perjaka sama salah satu cewek yang ada
Baca selengkapnya
21. Alan
"LO mau ngomong soal apa?" tanya Risa begitu waktu sudah memasuki jam istirahat dan Ralf datang menghampirinya.Perempuan itu memasang senyuman seperti tak pernah terjadi apa-apa, tapi sedikit kantung hitam di bawah mata dan warna mata yang agak kemerahan membuktikan jika Risa telah menangis semalam. Walau entah apa yang terjadi kemudian hingga membuatnya terlihat begitu tenang dan tampak baik-baik saja sekarang."Lo baik-baik aja, kan?" tanya Ralf dengan nada tenangnya.Tak ada niat membela siapa pun, tidak ada niat untuk membantu siapa pun, dia hanya ingin memastikan jika tidak terjadi apa pun dengan Risa dan ia memang sedang baik-baik saja."Lo bisa lihat sendiri kalau gue baik-baik aja, bahkan mungkin lebih baik dari sebelumnya, kan?" Risa masih tersenyum, senyuman yang terlihat tulus hingga mencapai kedua bola matanya."Gue mau nanya apa aja yang terjadi sama kalian b
Baca selengkapnya
22. Mana jatah gue?
ALVA tidak tahu apa yang hilang atau kembali dari diri Risa yang sekarang. Karena menurutnya, Risa masih terlihat sama saja dengan Risa yang dikenalnya sebelum ini. Kecuali, mungkin, aura yang menguar di sekeliling tubuhnya terlihat agak berbeda.Risa sekarang lebih terlihat begitu memikat dan teramat mempesona. Alva tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta dan menginginkan Risa dalam dekapan tubuhnya. Alva ingin membagi suhu tubuh dalam dinginnya malam bersama, tak lupa memuja seluruh inci tubuh perempuan itu dengan perasaan bangga luar biasa.Namun, dia sadar sepenuhnya kalau sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk meminta hal seperti itu dari perempuan itu. Terutama, setelah apa yang baru saja dialami oleh Risa tiga hari lalu.Alva tahu batas untuk tidak mengganggu ketenangan yang kini dibangun dengan susah payah oleh Risa. Jadi, Alva tidak akan mengganggunya, tapi bukan berarti dia hanya terdia
Baca selengkapnya
23. Malam Minggu
RISA memegangi lengan kirinya dengan perasaan gelisah. Tatapannya terus berubah-ubah, menatap satu arah lalu arah lainnya secara bergantian. Bahkan semenjak Alva membukakan pintu untuknya, perempuan itu sudah tidak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menggerogoti dadanya secara perlahan.Padahal, dia datang kali ini bukan karena ingin lepas perawan. Dia sudah tidak perawan sejak minggu lalu dan pria itu pula yang mengambil kesuciannya itu.Risa menarik napas panjang, lalu mengembuskannya dengan perlahan. Tepat saat itu Alva menyentuh bahunya dan menggiringnya untuk lantas duduk di sofa yang ada di ruang utama."Nggak usah tegang kayak gitu juga kali, Sa. Sini makan dulu! Gue baru pesan seafood khusus buat makan malam kita hari ini."Risa menelan ludah susah payah. Ditatapnya Alva dengan dahi mengernyit penuh tanya. Bukannya mereka akan melakukannya? Kenapa Alva malah menyuruhnya makan? Apa ini tipe
Baca selengkapnya
24. Bikin gue nggak nafsu
ALVA terpaksa mengiyakan dan berhenti mengusik Risa lagi. Pendapat seseorang memang tidak bisa dipaksakan, tidak bisa langsung diubah begitu saja, terlebih jika orang itu sejatinya sangat keras kepala seperti perempuan dalam dekapannya."Oke, gue ngerti." Alva mengeratkan pelukannya sembari menciumi setiap sisi wajah Risa dan sesekali mengerang pelan di dekat telinganya. "Kalau menurut lo semua rasa ini cuma euforia aja, gue pasti bakal ngerasa bosan suatu hari nanti, kan?"Risa mengangguk pelan. Dia menatap Alva dengan tatapan tak mengerti. Terutama saat pria itu kembali mencium bibirnya, memagutnya dengan pelan, sebelum ciumannya turun ke leher dan mulai memberikan sebuah gigitan di sana.Risa mengerjap, dia langsung mendorong Alva menjauh dan menatapnya tajam. Tidak, dia tidak akan membiarkan Alva meninggalkan tanda apa pun di lehernya mulai sekarang."Kenapa?" protes Alva tampak tak te
Baca selengkapnya
25. Tamu Bulanan
RISA mulai menanyakan kembali keputusan yang ia ambil minggu lalu. Apakah langkah yang diambilnya benar? Apakah dengan membiarkan dirinya menjadi wanita murahan yang tubuhnya rela dinikmati setiap malam memang tindakan yang tepat untuk membuat Alva lekas bosan padanya?Sepertinya ... tidak. Bahkan sebaliknya, Alva kian bernafsu dan makin bersemangat begitu tahu Risa lagi dan lagi akan menginap di tempatnya.Baru seminggu ... kenapa gue udah mulai ngerasa ragu? Dilihatnya Alva yang bekerja dengan serius di balik meja kerjanya. Di sisi lainnya ada Ralf yang diam-diam menatapnya penuh tanya.Risa mengulum senyum, menggeleng pelan, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya. Baru seminggu ... sebulan lagi dia pasti udah bosan sama gue. Tenang, Sa, dia nggak mungkin suka sama lo, dia cuma berambisi buat dapatin lo. Itu semua hanyalah obsesi gila dia yang ditambah dengan euforia, dan semua itu bukanlah c
Baca selengkapnya
26. Perang Dunia Babak 1
RISA sedang berpikir. Apakah tidak apa-apa jika malam ini ia tidur di sini? Mengingat, sekarang dia sedang berpura-pura mendapat tamu bulanan. Bagaimana kalau Alva tiba-tiba saja ingin memeriksanya secara langsung, karena dia tidak percaya pada Risa?Risa bergidik ngeri membayangkan pemikirannya sendiri. Perempuan itu baru saja berbaring saat Alva keluar dari kamar mandi hanya menggunakan celana pendek sampai lutut. Pria itu bertelanjang dada dengan santainya, sedang di tangan kirinya sebuah handuk putih yang sedang digunakan untuk mengusap rambutnya yang basah."Va?" panggilnya terdengar ketakutan saat Alva melemparkan handuk kecil itu ke keranjang pakaian kotor, lalu bergabung dengannya di atas ranjang."Hm? Kenapa?"Risa melirik perut Alva yang entah kenapa terlihat menggoda. Dia merasa ingin menyentuhnya, tapi gelengan cepat dia lakukan untuk kembali menyadarkan dirinya.
Baca selengkapnya
27. Penjelasan yang Tak Perlu
MALAM itu, kepala Risa terasa begitu penuh. Pertanyaan demi pertanyaan menghantui isi pikiran, tapi tak ada satu pun tanya yang keluar dari bibirnya. Dia hanya diam saja dan mencoba untuk memejamkan mata. Tepat di sebelahnya, Alva terus memandanginya. Pria itu mengamati Risa, sejak Risa sedang mengobati bekas luka di wajahnya."Kalau lo mau ngomong sesuatu, ngomong aja, jangan hanya diem aja kayak gini," kata Alva sembari mengulurkan tangan, menyentuh pipi Risa yang terpaksa kembali membuka mata dan menatap pria di sebelahnya tanpa ekspresi. "Sa, kalau lo ngerasa nggak ngerti, lo bisa nanya ke gue."Risa hanya tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Itu semua nggak perlu, Va. Kalau gue emang mau tahu, bukan lo orang yang tepat buat gue tanyain soal itu."Alva membungkam bibirnya rapat-rapat. Risa benar, jika dia ingin mengetahui sesuatu, maka dia harus membicarakan masalah itu dengan Alan, bu
Baca selengkapnya
28. Rasa Penasaran
HAL yang paling ia nantikan selama ini adalah pertemuan dua orang itu setelah semua masalah di antara mereka terjadi. Alva ingin tahu, bagaimana reaksi Risa setelah apa yang telah Alan lakukan terhadapnya selama ini.Apakah perempuan itu akan kembali luluh dan diam saja seperti sebelumnya? Atau dia menunjukkan adanya perubahan dari sifat jelek yang diam-diam dia miliki sebelumnya Alva ingin tahu bagaimana reaksinya.Alva bersembunyi di balik pohon besar sambil melirik interaksi mereka yang berada tak jauh dari hadapannya. Walau kedua tangannya harus mengepal lantaran geram saat wanitanya disentuh, dipeluk, bahkan dicium oleh sepupunya.Namun, pada akhirnya dia puas saat melihat reaksi Risa mengenai perlakuan Alan padanya. Senyumnya mengembang dengan sempurna. Bahkan dia tampak sangat puas saat melihat dua orang itu terlihat berdebat hebat di seberang sana.Wajah tak berkutik Alan dan ekspr
Baca selengkapnya
29. Makan Siang
RISA harusnya mengerti jika dia akan bertemu dengan Alan sekali lagi untuk hari ini. Terutama karena Alan berada di kantornya sekarang. Pria itu datang kemari dengan alasan pekerjaan yang tentunya, dia tidak akan pergi sebelum kerjaannya selesai. Dan Risa ragu, pekerjaan Alan akan selesai tepat waktu.Alasannya sederhana. Alan ada di sini, karena Risa. Dia sengaja datang karena ingin mengembalikan hubungan mereka kembali seperti semula. Dan mengingat sifatnya, sekeras apa pun Risa menolak dan mengatakan jika semua usahanya percuma, Alan akan tetap di sana dan menunggu Risa untuk mengubah keputusannya.Risa mengembuskan napas kasar saat melihat Alan melambaikan tangan ke arahnya atau ke arah mereka. Pria itu langsung mendekati meja dan menarik kursi yang ada di depan Risa. Mereka kini berhadapan di sebuah meja makan yang ada di kafetaria kantor.Risa merasa jika perutnya langsung kenyang. Terutama saat Alan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status