All Chapters of LIKA-LIKU HIDUP MAMAN: Chapter 41 - Chapter 50
77 Chapters
Bab 41
Gordo menundukkan kepalanya dengan kesal. Ia tahu, menghadapi para tamu ini membuatnya kesulitan, dan dia seharusnya tidak mencoba memprovokasi sejak tadi. Melihat Gordo hanya tertunduk, salah satu dari kelima tamu tersebut kemudian memberikan kode kepada keempat tamu lainnya untuk berdiri dan bersiap untuk meninggalkan rumah Gordo. Sebelum mereka mulai melangkah keluar, tamu yang paling dominan tadi berkata. "Sepertinya anda sudah paham maksud kami, terlalu lama disini hanya akan membuang-buang waktu!." Melihat para tamu itu akan pergi, Gordo hanya menatap sejenak ke arah mereka lalu dengan sedikit acuh tak acuh membalas. "Pergilah! Sisanya biar aku yang urus." Beberapa saat setelah kelima tamu itu pergi, seorang pria bertubuh gempal, berambut plontos, masuk ke ruang tamu. Pria tersebut kemudian menuju ke arah Gordo yang masih duduk gelisah.  "Aku tadi bertemu dengan lima orang aneh diluar, sia
Read more
Bab 42
Meskipun wanita itu sedikit takut dan ragu-ragu, Simon tak menyadarinya. Ia malah dengan sedkit kencang sambil terkekeh menarik tangan wanita tersebut untuk mengikutinya menuju ke arah sosok pria yang disangka hantu."Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran anak ini, namun kamu jangan tersinggung. Ia menyangka kamu hantu!." Kata Simon ke Mursalim yang memang sejak tadi hanya berdiri mematung dibelakang Simon dan wanita itu sambil menyaksikan interaksi keduanya. Setelah melihat dengan jelas sosok yang ia kira hantu. Wanita itu tertunduk karena ia merasa bersalah, jelas-jelas ia salah paham. "Oh ya kenalkan, ini adikku Yohana. Dia bekerja di salah satu perusahaan pemasaran." Simon memperkenalkan wanita itu ke Mursalim. Mursalim lalu mengulurkan tangannya ke Yohana. "Hai Yohana...aku Mursalim."  "Dia teman kerjaku." Sambung Simon. Yohana mengangkat wajahnya lalu menyambut
Read more
Bab 43
Maman menyeruput kopinya dengan santai, saat ini ia duduk di teras rumahnya. Sesuai percakapannya dengan Simon tadi, ia mengundang Simon dan Mursalim datang kerumahnya malam ini. Pandangan Maman fokus terarah ke arah jalan. Suasana jalan malam ini begitu lengang meskipun beberapa kendaraan bermotor sesekali lalu lalang, cuaca sehabis hujan membuat udara cukup dingin. Maman menikmati semua itu meskipun diotaknya sedang sibuk berpikir mengenai keadaan bagian produksi. Ekspresi wajah Maman berubah-ubah sesuai dengan rumitnya sejumlah hal yang ia pikirkan. Beberapa waktu terakhir ini keadaan bagian produksi mulai banyak berubah meskipun beberapa kali gejolak perlawanan muncul, namun Maman tak khawatir jika hal itu muncul dengan begitu ia bisa lebih mudah mengenali siapa-siapa yang menjadi penghalang. Yang perlu ia perhatikan saat ini tentu saja adaptasi para karyawan yang ada di bawah pimpinannya, selain itu ia harus mengantisipasi masalah yang
Read more
Bab 44
Mursalim melangkah sangat cepat, ia tak menyangka jika hari ini ia telat masuk kerja. Setelah pulang dari rumah Maman semalam, ia langsung merapikan kembali catatan-catatan tentang skema perbaikan bagian produksi. Mungkin karena terlalu capek sehingga tidurnya begitu lelap, begitu ia terbangun saat melihat jam dinding ia langsung bereaksi gelagapan karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Mursalim sedikit menyesal karena tidak mengaktifkan alarm tadi malam. Saat ini Mursalim sudah berada di depan ruang kerja kepala bagian produksi, setelah ia harus sedikit bersitegang dengan petugas absensi untuk meminta kompensasi akhirnya ia diizinkan untuk masuk meskipun ia harus menerima konsekuensi gajinya bulan depan dipotong karena absensi. Saat ia melongok melalui jendela, ia tak melihat sosok Maman di dalamnya. Setelah memastikan Maman tak ada di ruang kerjanya, Mursalim segera berbalik arah menuju ke lokasi prosessing. Biasanya M
Read more
Bab 45
Peserta rapat yang mengajukan diri tadi langsung menanggapi. "Jangan khawatir Pak, saya akan melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya." Pak Rudy mengangguk, lalu berkata. "Untuk selanjutnya kita akan bertemu kembali guna mendengarkan hasil penyelidikanmu." Pak Rudy kemudian mengalihkan pandangan dan perhatiannya ke seluruh peserta rapat. "Untuk hari ini pertemuan kali ini saya kira sudah cukup." Seluruh peserta rapat yang kesemuanya merupakan perwakilan dari beberapa keluarga yang termasuk ke dalam keluarga besar Pratama satu per satu berdiri, setelah memberikan hormat ke Pak Rudy mereka kemudian beranjak meninggalkan tempat tersebut.  "Kamu jangan pergi dulu!." Cegah Pak Rudy ke arah salah satu peserta rapat tadi. Peserta rapat tersebut merupakan pria yang mengajukan diri untuk melakukan penyelidikan ke target utama mereka.  "Siapa namamu?." Tanya Pak Rudy ke pria tersebut. Ia cukup mengagumi
Read more
Bab 46
Simon percaya dengan kata-kata Maman, ia sudah lama menduga hal tersebut namun ia tidak berani untuk berinisiatif melakukan pengecekan. "Kalau begitu biar aku saja yang mengecek hal tersebut." Kata Simon dengan antusias. "Tidak...tidak...itu bukan jalur kerjamu. Biar nanti Mursalim yang mengerjakannya." Jawab Maman sambil menggelengkan kepala. Simon sedikit kecewa dengan jawaban Maman, namun ia sadar bahwa ada seseorang yang lebih pas untuk melaksanakan tugas itu dibanding dirinya. "Kamu fokus saja ke bagian data control." Kata Maman kemudian. Simon mengangguk sambil tersenyum, ia sepenuhnya mendukung rencana Maman karena apapun yang sedang dirancang Maman pasti akan bermanfaat untuknya juga. "Jadi skema perbaikan bagian produksi belum bisa kita aplikasikan?." Tanya Simon lagi. "Sepertinya belum bisa kita laksanakan karena aku belum berte
Read more
Bab 47
August kembali berbalik ke arah Pak Sumardi dengan tatapan penasaran, ia belum terlalu lama mengenal Maman namun pertanyaan Pak Sumardi membuatnya seolah-olah telah cukup mengenal sosok pria itu. Ia tahu bahwa Maman adalah seseorang yang unik. Pria itu terlihat sangat lemah, namun saat ia diprovokasi maka saat itu pula pria itu menjadi seseorang yang tak mudah untuk ditaklukkan.  "Saya hanya tau sedikit tentang Pak Maman, tapi yang jelas ia orang yang sangat baik." Pak Sumardi hanya mengangguk, ia kemudian memberikan kode ke August untuk segera keluar ruangan. "Bagaimana wawancaranya?." Tiba-tiba suara seorang pria langsung menyambut August begitu ia sudah berada diluar ruang kerja Pak Sumardi. Spontan ia menoleh ke arah sumber suara, dan menemukan sosok Maman telah berdiri dengan sikap tenangnya namun tetap mendominasi lawan bicara. August buru-buru menjawab. "Semuanya lanc
Read more
Bab 48
Maman memperhatikan dengan seksama ekspresi Winda yang begitu gembira. "Kamu terlihat ceria sekali malam ini!."Winda mengangguk sambil memberikan senyuman manisnya ke Maman. "Aku ceria karena bahagia." Ujar Winda. Maman hanya bisa mendesah bingung, ia masih belum memahami situasi sederhana yang mampu membuat Winda terlihat sangat bahagia. "Ayo ikuti aku!." Ujar Winda setengah berteriak, dengan spontan tangan kanannya langsung menarik tangan Maman yang hanya terdiam mengikuti langkah Winda. Ini kali kedua Winda melakukan tindakan spontan seperti itu, tindakan yang membuat Maman seperti terhipnotis sehingga tak mampu berkata apa-apa. Sementara itu... Setelah mendapatkan laporan hasil pengintaian dari Hartomo yang sejak lama mengikuti Maman dan Winda. Pak Rudy kemudian melakukan sejumlah pengaturan, termasuk menghubungi Gordo. Kali ini rencana yang telah
Read more
Bab 49
Kata-kata August mampu membuat hati Maman sedikit tenang. "Baiklah aku tunggu info darimu secepatnya." Setelah menutup panggilan teleponnya ke August, Maman mengutak-atik kembali telepon genggamnya. Kali ini dia menghubungi Simon, dari temannya itu Maman berharap bisa mendapatkan sedikit bantuan. Memang cukup beresiko tapi layak untuk dilakukan dengan perhitungan yang matang. "Halo Simon!?." "Halo Pak Maman...ada tugas apa hari ini?." Simon belum tahu tentang situasi terkini yang dihadapi Maman. "Kali ini bukan soal pekerjaan, tapi tentang hidup mati seseorang." Maman kemudian menjelaskan ke Simon apa yang sedang ia hadapi. "Gila!...kelompok siapa yang melakukan itu?." Nada geram terdengar dari perkataan Simon. "Itu yang harus aku cari tau...aku minta tolong kepadamu untuk menghubungi Briptu Muthalib agar melakukan sesuatu untuk membantuku menyelamatkan Winda. Tapi buat semuanya secara rahasia dan rapi." "Baik aku paham...aku akan segera menghubungi Briptu Muthalib." Ujar Simo
Read more
Bab 50
Ketika ketiga orang anggota penculik tersebut mendekati Maman, terasa sekali aroma permusuhan yang tercipta. Maman bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Dengan gaya arogan dan mengancam ketiga orang tersebut saat ini telah berdiri tepat dihadapan Maman, mereka memberikan tatapan tajam ke Maman. Namun mereka sedikit terkejut karena Maman membalas tatapan tersebut dengan hal yang sama, jika orang biasa mungkin akan langsung menundukkan kepala jika menerima tatapan seperti itu. "Siapa kamu? Apa tujuanmu kemari?." Teriak salah satu dari mereka pada Maman. "Saya Maman, saya diperintahkan oleh pimpinan kalian kesini!." Maman memperhatikan dengan seksama pada ketiga sosok tersebut. Dari profil kasar yang terlihat Maman berasumsi jika ketiganya hanya seorang preman biasa yang lebih sering menggunakan ancaman, ia sudah bisa menebak gaya bertarung apa yang dimiliki ketiga orang ini jika ia harus berkonflik secara fisik.
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status