Semua Bab LIKA-LIKU HIDUP MAMAN: Bab 51 - Bab 60
77 Bab
Bab 51
Setelah mengatakan itu, August mengalihkan pandangannya ke arah Winda yang sedang terikat di sebuah kursi dengan mulut tersumpal.Wajah August semakin menegang saat melihat hal tersebut, lalu dengan tegas memberikan perintah."Kamu!." Sambil menunjuk seorang pria dari keempat belas pria yang ada didepannya. "Dan kamu!." August menunjuk lagi pria yang berada disamping pria yang ditunjuknya tadi. "Bebaskan wanita itu, sekarang!."Dengan sigap kedua pria itu segera mendekati Winda. Mereka berdua dengan cepat mulai membuka ikatan yang membuat Winda tak berdaya."Hei, apa yang kalian lakukan!?." Teriak pimpinan mereka dengan nada frustasi. Ia tak rela jika rencana yang telah ia susun dengan rapi harus hancur berantakan. Ia dengan tergesa mencoba mendekati dua orang anak buahnya yang berusaha membebaskan Winda, namun tiba-tiba."Urusan kita belum selesai!." Kata Maman sambil memblokir langkah pemimpin kelompok penculik itu. Dengan san
Baca selengkapnya
Bab 52
Saat ini, Maman benar-benar fokus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh sekelompok pria ini. Meskipun dia tidak tahu kenapa August menempatkan mereka di depan rumahnya, namun menurut Maman tindakan yang barusan terjadi sudah keterlaluan.Pria yang paling dominan diantara sekelompok pria tersebut memandangi Maman dengan berkacak pinggang sambil menggelengkan kepala. Sepertinya ia menganggap Maman orang yang tak tahu diri dan kepala batu. "Kau, jangan buat dirimu celaka hanya karena tak tau batasanmu. Sebaiknya kamu pergi sekarang!."Maman merasa sudah sangat tersudutkan, apapun alasan yang ia utarakan tidak akan diterima dengan baik oleh mereka. Dia semakin kesal karena sekelompok pria ini bersikap sangat arogan didepannya.Ketika Maman mencoba mendekati arah pintu rumah, tiba-tiba salah satu pria langsung melompat ke arahnya untuk menghalangi. Maman sudah mengantisipasi gerakan tersebut sehingga dengan tenang ia langsung menyambut lompatan pria
Baca selengkapnya
Bab 53
Berita tentang penculikan Winda menyebar begitu cepat, bahkan saat Maman sudah berhasil menyelamatkan Winda, berita itu masih saja terus menjalar.Pak Sumardi sendiri, yang pada awalnya begitu kaget saat mendengar apa yang menimpa Winda, saat ini masih terlihat cemas. Ia tidak bisa duduk dengan tenang di ruang kerjanya. "Bagaimana keadaan Winda?." Tanya Pak Sumardi pada dirinya sendiri, Winda bukan hanya sekedar karyawan bagi Pak Sumardi, ia sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Pak Sumardi berkali-kali menatap layar ponselnya berharap ada informasi tentang Winda yang masuk, namun sampai saat ini hal yang ia tunggu-tunggu belum juga nampak. "Maman kok belum menginfokan apa-apa!?, Apa terjadi sesuatu dengan dia?." Baru kali ini dalam hidupnya Pak Sumardi merasakan kecemasan yang luar biasa. Ia sudah banyak menghadapi masalah dalam hidupnya, bahkan yang paling berbahaya sekalipun, namun belum pernah ia merasakan kecemasan seperti yang ia rasak
Baca selengkapnya
Bab 54
Di sudut sebuah kafe, Pak Sumardi sedang mengutak-atik ponselnya. Dia sebenarnya tidak terlalu suka menghabiskan waktu dengan menatap layar ponsel, namun ia tak punya kegiatan apa-apa lagi saat ini dimana dia harus menunggu kedatangan Pak Suryawan.Pak Sumardi menganggap Pak Suryawan seharusnya menelepon saja, tak usah mengajak bertemu. Tetapi sepertinya ada hal yang penting untuk dibahas oleh Pak Suryawan dan itu harus dengan tatap muka langsung.Selain itu, entah kenapa ia merasa keadaan semakin tidak menentu sejak Maman terus mendapatkan posisi penting di perusahaan."Ini pasti saling berkaitan, jika begini terus, bukan hanya Maman yang kehidupannya terancam, tapi juga orang-orang terdekatnya."Pak Sumardi meletakkan ponsel diatas meja, ia akhirnya merasa bosan sendiri sedari tadi hanya memandangi layar ponselnya. Segelas lemon tea yang ada dihadapannya ia minum dengan perlahan.Pada saat ini, Pak Suryawan nampak masuk ke dalam kafe.
Baca selengkapnya
Bab 55
Hari telah berganti, Maman kembali disibukkan dengan tugasnya sebagai kepala bagian produksi. Ada beberapa pekerjaan yang belum sempat ia selesaikan karena belakangan ini fokusnya masih tertuju ke kasus penculikan Winda. Ia masih belum mengerti mengapa Winda diculik hanya untuk membuat Maman menandatangani sebuah surat yang ia sendiri tidak tahu apa maksudnya.Saat ini Simon telah ada di depannya, koodinator data control itu datang untuk melaporkan pekerjaannya sekaligus menanyakan soal peristiwa yang menimpa Winda."Jadi Winda diculik hanya karena ingin kamu menandatangani sesuatu?." Tanya Simon."Yah begitulah, sayangnya orang yang menjadi pemimpin penculik itu tidak mau buka mulut. Bahkan Briptu Muthalib pun belum bisa mendapatkan keterangan yang jelas dari orang itu." Jawab Maman.Pada saat ini, ponsel Maman berdering. Melihat id pemanggil adalah Pak Sumardi ia segera mengangkat telepon tersebut."Halo Pak Sumardi." Sapa Maman."Halo Man...kamu ke ruanganku sekarang." Balas Pak Sum
Baca selengkapnya
Bab 56
Maman kaget saat mendengar perkataan Pak Suryawan, ia tahu aset yang ia miliki tidak banyak bahkan asetnya masih sedikit dibandingkan beberapa teman sekerjanya. Bagaimana bisa Pak Suryawan mengatakan hal tersebut?.Semua hal yang ia lihat dan dengar saat ini terasa rumit, bahkan sedikit rasa curiga muncul dalam dirinya. Begitu banyak hal kah tentang dirinya yang ia sendiri tidak tahu?.Maman memandang serius ke arah Pak Suryawan, ia menunggu perkataan selanjutnya yang keluar dari mulut lelaki itu."Apa kamu tidak kaget mendengar informasi ini?, Atau sebenarnya kamu hanya berusaha untuk tenang?." Pak Suryawan bertanya ke Maman.Berusaha untuk tenang? Maman merasa dirinya tidak perlu merespon terlalu banyak. Meskipun informasi tadi begitu mengejutkan, namun ia tak mau gegabah untuk menanggapinya."Dengan segala hormat, sebaiknya perkataan yang tadi Paman Suryawan sampaikan bisa dijelaskan dengan rinci." Jawab Maman tegas.Mendengar jawaban Maman, Pak Suryawan m
Baca selengkapnya
Bab 57
Jejak kemarahan terlukis di wajah Maman, tetapi dia segera menghela nafas panjang. Maman kemudian merapikan kembali kertas yang berisi data keluarganya ke dalam map."Aku sekarang paham. Tapi aku mau membawa data-data ini pulang.""Tentu saja boleh, supaya kamu bisa semakin mengenal siapa mereka."Pak Suryawan tidak mau menahan keinginan Maman, dia berharap Maman bisa lebih waspada pada orang-orang tersebut.Maman awalnya ingin banyak bertanya ke Pak Suryawan mengenai latar belakang dirinya, namun dia khawatir jika ada fakta yang belum bisa ia terima. Sekarang dia sudah tahu beberapa hal dari misteri yang selama ini tak ia ketahui, bagaimana ia tidak kaget?. Maman merasa sepertinya dia harus beradaptasi dengan keadaan yang mulai berubah."Tentang perusahaan itu, bagaimana Paman?." Tanya Maman dengan segera setelah teringat soal nama perusahaan tempatnya bekerja yang masuk di dalam daftar asetnya.Pak Suryawan tersenyum lalu melirik ke Pak Sumardi."Saya
Baca selengkapnya
Bab 58
Keesokan paginya, karena hari ini hari minggu maka Maman tidak punya kewajiban untuk masuk kerja. Sebenarnya hari ini dia ingin menikmati hari libur dengan bersantai dirumah, namun pesan teks dari Simon yang ingin bertamu dirumahnya membuat dia agak sibuk sedikit.Maman masih bersibuk ria, ketika ia mendengar suara motor dari halaman rumahnya. Ia kemudian meninggalkan kesibukannya itu lalu menuju ke depan. Maman melihat Simon turun dari motornya. "Kamu kenapa datangnya terlalu cepat?."Simon hanya melambaikan tangan sejenak kemudian menghampiri Maman yang menunggunya didepan pintu. "Aku takut kamu tiba-tiba pergi, jadi aku datang kesini secepatnya.""Tidak mungkin!, Mana berani aku melakukan itu?." Simon tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Masuklah!."Simon sudah hafal situasi didalam rumah Maman, jadi dia segera menuju ke tempat favoritnya saat dirumah Maman. Tempat itu hanya sebuah kursi panjang yang menghadap ke jendela, dari jende
Baca selengkapnya
Bab 59
Maman yakin peristiwa yang barusan terjadi dirumahnya berhubungan dengan orang-orang yang ingin merebut asetnya. Mereka mencoba menakut-nakutinya dengan aksi teror semacam itu.Melihat pecahan kaca yang sudah berhamburan di sekitar tempat duduk Simon tadi, Maman menghela nafas jengkel. Ia kemudian mencari sapu dan tempat sampah lalu mulai memunguti pecahan kaca tersebut.Simon pun segera menyusul Maman, ia menggunakan sebuah kantong plastik besar yang ia temukan di belakang pintu untuk membersihkan serpihan pecahan kaca yang berhamburan."Hati-hati tanganmu!." Maman memperingatkan saat melihat Simon sedikit tergesa-gesa saat memungut pecahan kaca.Simon mengangguk mendengar peringatan Maman."Kamu yakin mereka akan melakukan tugasnya?." Tanya Simon kemudian. Ia masih penasaran dengan cara Maman tadi memperlakukan kedua preman tersebut."Mereka itu hanya preman jalanan, orang-orang seperti itu akan melakukan pekerjaan kotor hanya demi selembar uang. Jika saja
Baca selengkapnya
Bab 60
Mendengar jawaban Maman, wajah pria itu semakin membuat penuh kekecewaan. "Apakah aku harus diambil polisi? Bahkan setelah aku berterus terang?."Maman mengangguk dengan tegas sambil menatap dingin. "Seperti itulah, lagipula kamu masih menyembunyikan banyak hal."Pria itu tertunduk menatapi lantai rumah Maman. "Aku hanya orang suruhan, mengapa aku diperlakukan berbeda dengan kedua orang tadi?."Maman memang baru saja memutuskan untuk membiarkan kedua preman yang disewa pria itu pergi. Ia memiliki pertimbangan sendiri saat membuat keputusan itu. "Mereka layak mendapatkan itu karena mereka sudah menunjukkan kesetiaan mereka. Lagipula bukankah kamu belum membayar mereka!?."Pria itu mengangkat sedikit wajahnya dengan tatapan penasaran. "Bapak tahu dari mana?."Pria itu tak menyangka jika fakta sederhana seperti itu ternyata diketahui juga oleh Maman. Dan sekarang, hal itu menjadi bumerang buat dirinya!."Tolong selamatkan aku. Apapun informasi yang bapak butuhka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status