All Chapters of Cinta karena benci: Chapter 11 - Chapter 13
13 Chapters
Serpihan masa lalu
Ana dan Sean memang telah saling mengenal, mereka belajar di satu sekolah yang sama, tetapi berbeda tingkat. Sean memang tampan, putih, pintar, anaknya menyenangkan diajak ngobrol, postur tubuhnya proporsional, bisa di sebut primadona sekolah waktu itu, banyak orang-orang yang berusaha mendekatinya. Sean merupakan calon suami yang ideal, tetapi hanya satu permasalahannya, Ana tidak mencintainya karena Sean telah membuatnya kecewa. “Selamat malam Om, Tante, kak Se-,” ucapan Ana terhenti ketika pandangannya menatap manik hitam milik Sean. “Ayo duduk, sayang!” titah Abi Miftah. Ana pun hanya bisa diam dan tertunduk lesu di sofa, masih lekat di ingatan Ana tentang kejadian di hari itu, di mana Sean kakak kelasnya yang pernah ia cintai, tiba-tiba membuat Ana kecewa.  Dunia terasa runtuh saat itu, bertahun-tahun Ana menghindari Sean, bahkan ia harus pindah negara untuk menghind
Read more
Perampokan
“Lantas hubungannya dengan saya apa? Kenapa seakan-akan saya juga bersalah di sini,” tanya Sean, tak mengerti. “Coba Lo pikir-pikir lagi. Hal apa yang Lo laku in waktu itu,” suruh Rafan. “Enggak ada kok, Gue yakin,” jawab Sean setelah lama berpikir. “Kalau Lo enggak laku in apa-apa, enggak mungkin Adek Gue sampe ke gitu liat Lo,” ucap Rafan. “Coba kamu pikir-pikir lagi!” suruh papa Reza. “Iya, coba ingat-ingat lagi! Mungkin kamu lupa,” timbal mama Tari. Sean berpikir sejenak, berusaha mengingat kejadian 7 tahun lalu. “Bener kok, Ma, Pa, Sean enggak laku in apa-apa sama Abel. Malahan Sean terakhir bertemu Abel itu 1 Minggu sebelum kejadian itu,” jelas Sean. “Terus hubungannya sama Nak Sean apa?” tanya Umi yang ikut pusing.
Read more
Sean Alexander Dinata
Dret... Dret... Dret..., “Nomor tidak di kenal?” gumam Ana ketika melihat nomor Asing meneleponnya. Ragu-ragu Ana mengangkat. “Assalamualaikum,” ucap seorang perempuan di seberang sana. “Waalaikumsalam, dengan siapa ya?” tanya Ana terheran-heran. “Apa benar ini dengan Anaknya bapak Miftah Hengkara?” tanyanya lagi “Benar saya sendiri,” jawab Ana, sedikit khawatir. “Jadi begini, Mbak, Ayah, Ibu, dan kakak mbak sekarang ada di rumah sakit Pelita Jaya,” “Orang tua saya? Apa yang terjadi? Mereka baik-baik saja kan? Apa tidak ada yang serius? Dan siapa tadi? Kakak saya?” cecar Ana yang mulai hanyut dalam kesedihan. Pantas saja, perasaannya dari tadi tidak karuan dan gelisah. “Betul, Mbak. Ayah, Ibu dan kakak Mbak. Sebaiknya, Mbak seger
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status