Cinta karena benci

Cinta karena benci

Oleh:  Mustatirr  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 Peringkat
13Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Anabella Putri Hengkara, seorang gadis yang baru saja lulus kuliah S1 di Kairo. Ia terpaksa pulang ke Indonesia karena permintaan orang tuanya. Tak lama dari kepulangannya ke Indonesia, sang Abi ingin menjodohkan Ana dengan anak sahabatnya, Sean Alexander Dinata. Seorang miliarder dan CEO di salah satu perusahaan ternama di Indonesia. Sebelum Ana mengetahui jika dirinya akan di jodohkan dengan Sean, Ana menyetujui perjodohan tersebut. Akan tetapi, setelah Ana tahu jika lelaki yang akan di jodohkan dengannya adalah sahabat di masa kecilnya Ana langsung menolaknya.Akankah Ana berubah pikiran dan menyetujui perjodohan tersebut?

Lihat lebih banyak
Cinta karena benci Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
It's Me I
wah bagus kk, aku sukaaa semangat kk di tunggu kelanjutannya......
2021-08-16 18:27:31
0
default avatar
Tri Nur
Semangat kakkkkk
2021-08-13 19:41:01
0
user avatar
Dean Han
wah cinta sahabat. suka banget.
2021-08-13 00:27:58
0
user avatar
Ootbaho
Wahh kisah sahabat masa kecil selalu bikin gregetan. Suka suka sukaa ...............
2021-08-12 10:04:23
1
user avatar
Rein_Angg
Anabella, alangkah beruntungnya bisa menikah dengan sahabat. Lucky I'm in love with my best friens ......️. Keren Kak Othor... Ditunggu yessss next bab
2021-08-12 10:01:53
1
user avatar
Lolitta
Ditunggu bab selanjutnya, thor. Dan teyap jaga kesehatan biar bisa up dengan teratur ......
2021-08-12 09:19:17
1
user avatar
Mini Yuet
Semangat thor
2021-08-12 05:20:19
1
user avatar
Mustatirr
Semangat ya, jangan males-malesan
2021-08-12 00:40:28
1
13 Bab
Telepon dari Abi
Dret... Dret... Dret... Tiba-tiba handphone ku berdering. Aku yang merasa handphone berdering pun langsung mengambilnya dan terlihat nama 'Abi sayang' tertera di layar ponselku. Lalu aku langsung menggeser tombol hijau dan meletakkan ponsel tersebut di telingaku."Tumben sekali Abi meneleponku," gumamku dalam hati. "Assalamualaikum, Sayang," terdengar ucapan salam dari seorang laki-laki paruh baya di seberang sana. Siapa lagi jika bukan Miftah Hengkara, Abi ku. "Waalaikumsalam, Abi," jawabku girang, "bagaimana kabar Abi di sana? tumben, Abi menelepon Ana?" sambungku. "Alhamdulillah, Abi baik. kamu sendiri, bagaimana?" tanya Abi . "Alhamdulillah, Ana juga baik, Bi," jawabku. "Abi doang nih yang di tanya kabar?" sambung Aisyah Hengkara, Umi ku. "Eh, Umi sayang. Ana kira Umi enggak ada, hhhe. Gimana kabar Umi, baik kan?" jawabku tak b
Baca selengkapnya
Back to Indonesian
1 bulan kemudian. Headset yang masih mengumpal di kedua telingaku. Gurun di Senja hari yang cerah, memancarkan sinar oranye ke segala penjuru pandangan, yang bisa membuat setiap orang terhipnotis dan terpesona. Bulan yang Menikmati keindahan hamparan pasir dan bulan yang termenung menikmati embusan angin, yang dapat membuat wajah tertepa olehnya. Aluran musik instrumental yang berasal dari handphone menjadi soundtrack yang begitu serasi dengan keadaan sekitarnya.  Tak terasa, waktu melesat dengan begitu cepat. Dulu aku hannyalah seorang putri manja keluarganya. Berbeda dengan sekarang, si manja yang dulu kini menjelma menjadi putri yang mandiri yang mampu menopang tubuhnya agar tetap tegar berdiri dan melangkah di atas kerasnya hidup di dunia tanpa kasih sayang kedua orang tua. Meski sifat manjanya ini sering kambuh ketika berada bersama keluarganya. Berat rasanya jika harus meninggalkan tempat ini. Begitu banyak ce
Baca selengkapnya
3 permintaan
“Eughk...,” lenguhku yang baru saja terbangun dari pingsannya. Di sofa samping ranjangku, ku lihat bang Rafan yang tengah bersandar dengan kedua tangan yang berada di dadanya. “Adek udah sadar?” tanya Bang Rafan yang baru saja terbangun dari duduknya karena mendengar lengukanku. Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil. “Aws..., kepalaku,” ucapku sambil memegangi kepala yang tera sakit, ketika aku hendak membenarkan posisiku menjadi duduk. “Kepalanya masih sakit? Udah istirahat dulu aja, jangan terlalu banyak pikiran,” ucapnya hendak menidurkanku kembali. “Cuma dikit kok, enggak papa,” sanggahku yang kekeh ingin duduk. Akhirnya Bang Rafan menuruti keinginanku, dan membantuku untuk duduk. “Dasar keras kepala,” celotehnya, aku hanya memasang bola mata jengah. “Jam berapa?” tanya
Baca selengkapnya
Permintaan pertama
Bang Rafan menghentikan mobilnya saat tiba tepat di depan Mansion keluarga Abu Hamka. Bang Rafan segera keluar dari kursi kemudi. Mengitari mobil dengan membuka pintu untukku.“Makasih Abang,” ucap dengan melihat deretan gigi gingsul putihku.“Jang lupa siap-siap. Nanti luka kita pergi ke bandara,” ucapnya mengingatkan. “Iya, bawel,” jawabku malas. Aku berlalu meninggalkan Bang Rafan yang masih berada di belakangku. Ketika sampai di depan pintu utama, di sana sudah berdiri beberapa orang yang menyambut kedatanganku dan Bang Rafan. “Siapa mereka?” gumamku seraya mengatakan satu alisku. “Silakan Tuan, Nyonya,” ucapnya seraya tersenyum ramah padaku, aku hanya balas dengan senyum canggung. Aku menatap bingung ke arah Bang Rafan. “Ayo masuk, itu maid baru di sini. Abang yang pekerjakan mereka untuk
Baca selengkapnya
Permintaan ke dua
Sudah 7 tahun, aku tinggal dan menempuh pendidikan di Kairo untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas dan S1 di sana. Kini aku harus kembali ke negara asal, negara kelahiranku. Tak lama, perjalanan dari Kairo ke Indonesia, kini aku dan Bang Rafan sudah sampai di Bandara. “Den, teriak seorang laki-laki seraya melambai-lambaikan tangannya. Tanpa memberi jawaban, Bang Rafan langsung menghampiri orang tersebut. “Udah lama, Mang?” tanya Bang Rafan pada laki-laki tersebut. Ya, beliau adalah Mang Amin, sopir pribadi keluargaku. Beliau bekerja sudah sangat lama, mungkin sejak aku masih duduk di bangku SD beliau sudah bekerja di keluargaku. “Enggak kok, Den. Mungkin sekitar 5 menit aja,” jawab Mang Amin. “Maaf ya, Mang udah bikin Mang Amin nunggu,” ucapku. “Enggak papa kok, Neng. Santai aja,” jawab Mang Amin. “
Baca selengkapnya
Dedek bayi
Sepulang kerja, aku langsung bergegas ke kamar mandi. Memang cuaca sangat menyengat hingga membuat tubuhku menjadi lengket. Aku beranjak ke lantai bawah setelah selesai melaksanakan ritual mandiku. Mataku mendelik kesal saat menatap Bang Rafan yang tengah tersenyum devil ke arahku. Kapan ia sangat menyebalkan? Apalagi hari ini.‘Hurft...,'  “Umi!” teriakku saat akan duduk bersama di ruang keluarga. Netra Bang Rafan terus menatapku kesal, senyuman devil terukir di bibirnya. Entah apa yang ia pikirkan, itu benar-benar menyeramkan. “kebiasaan deh teriak-teriak,” ketus Umi yang berada di sampingku. “Iya, Dek, lama-lama kuping Abi bermasalah lagi karena dengerin kamu teriak-teriak tiap hari,” sambung Abi sembari mengusap telinganya. “Ih, kok gitu sih,” ucapku seraya mengerucutkan bibirku.&nb
Baca selengkapnya
Kerjasama dengan Alexsander grouf
Suara adzan kini telah berkumandang. Ana bangun dari tidurnya. Ia kemudian bergegas pergi ke kamar mandi untuk wudhu. Setelah selesai, Ana langsung mengambil mukena dari lemari dan menggelar sejadah. Setelah selesai Shalat, Dzikir, dan tadarus Quran, Ana memutuskan untuk pergi ke lantai bawah. Tap... Tap... Tap...Satu persatu anak tangga Ana lewati. Ana langsung pergi ke dapur. Dilihatnya Mbok Sri yang sedang memotong daging dengan lihainya untuk sarapan. Memang, di keluarga Hengkara sengaja menyiapkan Roti beserta selainya dan makanan berkalori saat sarapan. Mereka hanya tinggal memilih mana yang ingin mereka makan. “Mbok, mau masak apa?” tanya Ana setelah berada di samping Mbok Sri. “Mbok mau masak Opor ayam, Neng,” jawab Mbok Sri, masih fokus pada ayam yang sedang di potongnya. “Ana bantuin ya, Mbok,” ucap Ana me
Baca selengkapnya
Bertemu dengan Sean Alexander Dinata
3 bulan telah berlalu. Kondisi Ana kian hari kian membaik. Tiap bulan Ana pulang pergi ke luar negeri bersama Rafan sang kakak untuk konsultasi kesehatannya. Sekitar 70 persen kondisinya kian membaik. Hari ini, Ana dan Rafan baru saja sampai di Indonesia. Siang ini Rafan dan Ana sudah berada di kantor. Rafan memang benar-benar penggila kerja, bahkan ketika baru saja pulang dari penerbangan yang cukup jauh tak membuatnya bermalas-malas di rumah. Ana terpaksa ikut ke kantor karena permintaan sang kakak. Meskipun sebenarnya Ana sangat malas. Sifat Ana dan Rafan sangat berbeda, Rafan yang terkenal dengan kenarsisan serta keaktifannya, sedangkan Ana terkenal pendiam tetapi, Ana sangat cengeng. Ana akan berubah menjadi narsis dan dan manja ketika sedang bersama dengan orang-orang tertentu. Akan tetapi, Ana akan menjadi pendiam ketika berada di sekitar orang asing.  Rafan terlihat masih sibuk dengan segudang dokumennya, be
Baca selengkapnya
Rencana perjodohan
“Dek, kamu kenapa?” tanya Rafan setelah berada di dalam mobil.   “Adek enggak papa, kok. Cuma lagi enggak enak badan aja, kok,” jawab Ana setelah menyeka air mata yang tadi meluncur di atas pipinya.   “Kamu nangis?” tanyanya lagi.   “Hehe, Adek enggak tahan nahan sakit, jadinya nangis deh,” kilah Ana seraya senyum terpaksa.   “Jujur, Adek kenapa? Cerita aja sama Abang,” ucap Rafan.   “Adek enggak papa, Bang, suer,” ucap Ana seraya mengangkat tangannya sehingga membentuk huruf V. “   “Kalau ada apa-apa, ngomong aja,” ucap Rafan.   “Iya, bawel,” jawab Ana   “Masih sakit enggak?” tanya Rafan seraya menatap sang Adik di sampingnya.   “Lumayan,” jawab Ana.   “Ya udah, kita ke dokter dulu,” ajak Rafan.   “Enggak usah Bang. Adek mau istirahat aja di rumah,” tolak
Baca selengkapnya
Perjodohan
Di kediaman keluarga Dinata, nampak Reza Alexander Dinata dan Tarina Dinata, orang tua dari Sean Alexander Dinata. Mereka sedang duduk berdua di ruang keluarga sembari menunggu kedatangan Sean sang anak. “Bi, tolong panggil Sean di kamar! Bilang in kalau papa sama Mamanya nungguin di ruang keluarga,” ucap papa Reza menyuruh Bi Asih untuk memanggil Sean. “Baik, tuan,” ucap Bi Asih seraya pergi ke kamar Sean. “Papa rasa udah saat nya kita mengatakan tentang perjodohan ini kepada Sean!” ucap papa Reza kepada mama Tari sang istri. “Tapi enggak kecepetan itu, Pa? Apa Sean mau kita jodohin?” cecar mama Tari pada sang suami. “Menurut papa, ini udah waktu yang pas, lagian Sean juga sudah dewasa kan! Enggak kepengen apa dia nikah,” ucap papa Reza. “Kalau Sean enggak mau gimana, Pa?” tanya mama Tar
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status