All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 91 - Chapter 100
143 Chapters
BAB 168
BAB 168Dengan segera Dokter Ardian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan amarah yang membuncah. Langkah kakinya sangat cepat dan penuh dengan emosi.“CITRA!” seru Dokter Ardian ketika sudah sampai di ruang tengah. Ia mengedarkan pandangan matanya untuk melihat Citra akan muncul dari arah mana.“KELUAR KAMU!” seru Dokter Ardian lagi.Bik Yati yang mendengar teriakan Dokter Ardian segera keluar dari dalam kamarnya. Ia pun menghampiri Dokter Ardian. Barangkali Dokter Ardian butuh sesuatu, pikirnya.“Mana Citra, Bik?” tanya Dokter Ardian pada Bik Yati.“Di kamarnya, Pak,” jawab Bik Yati dengan menunduk. Tiba-tiba ada rasa takut yang menjalar di dadanya. Tidak biasanya Dokter Ardian berteriak-teriak di dalam rumah.“Ikut saya ke atas. Bawa pergi Nizam. Saya mau bicara sama Citra,” ujar Dokter Ardian seraya melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Bik Yati mengekor di belakangnya.Citra yang mendengar teriakan Dokter Ardian di lantai bawah merasa sangat terkejut. Tiba-tiba jant
Read more
BAB 169
BAB 169 “Aku sudah pernah bilang, aku tidak akan membuatmu hamil! Kamu tidak percaya dengan ucapanku? Kenapa kamu sampai membeli pil-pil ini, Cit! Aku ini seorang Dokter SPOG. Kamu tahu kan kepanjangan SPOG itu apa? Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Kamu kira aku ini dokter bodoh? Kamu juga bidan. Harusnya kamu tahu kapan masa suburmu, kamu tahu, boleh dan tidak bolehnya berhubungan badan dalam metode kalender. Kenapa sih kamu selalu memutuskan semuanya sendiri? Kenapa tidak berunding denganku yang sekarang sudah menjadi suami kamu!” seru Dokter Ardian lagi. Ia sangat kecewa dengan Citra yang tidak mempercayainya. “Maaf, Mas …,” lirih Citra tiba-tiba di sela tangisnya. Ia tidak berani menatap Dokter Ardian. Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar melalui mulutnya. Kemudian ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Citra dan meraih tangan kanannya. Ia menaruh beberapa bungkus test pack di atas telapak tangan Citra lalu melipat jari-jari Citra agar menggeng
Read more
BAB 170
BAB 170 Meskipun begitu, Bik Yati akan tetap pura-pura tidak tahu apa yang terjadi barusan. “Ini, Nizam minta susu kayaknya, Mbak,” jawab Bik Yati. “Bentar ya, Bik. Aku buatkan sebentar,” balas Citra lalu bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju pada sebuah meja. Di meja itu ada banyak peralatan yang dibutuhkan Nizam, termasuk susu. Tidak lama kemudian susu itu sudah siap. Citra memberikan susu itu pada Bik Yati. “Bik, bisa jaga Nizam sebentar nggak? Aku lagi ingin sendiri sekarang,” ucap Citra seraya menyerahkan susu itu pada Bik Yati. “Iya, Mbak. Kalau begitu, Bibik ajak Nizam ke bawah ya,” balas Bik Yati. “Terima kasih, Bik,” balas Citra dengan menyunggingkan senyum yang dipaksakan. Hati Citra terasa sangat sakit. Ini pertama kalinya ia dimarahi habis-habisan dalam sejarah hidupnya. Bahkan Ibunya pun belum pernah memarahinya dan berteriak-teriak seperti Dokter Ardian. Namun, ia masih bersyukur karena Dokter Ardian tidak menyakiti fisiknya. Malam hari, Dokte
Read more
BAB 171
BAB 171 “Bicara dong, Cit. Jangan diam terus. Aku kan nggak ngerti maunya kamu apa. Kalau kamu mau cerai, aku nggak bisa. Sejak awal aku sudah bilang, aku nggak mau ada perceraian,” imbuh Dokter Ardian. Tangannya pun mulai nakal meraba dan meremas lembut buah dada Citra. “Terus, sampai kapan kamu akan mengurungku di penjara rumah tanggamu ini, Mas? Aku sudah capek,” balas Citra. Akhirnya ia mau bicara juga. Meskipun tangan Dokter Ardian meremas buah dadanya, ia tidak menampiknya, malah justru menikmatinya. Sudah lama ia ingin dicumbu. “Lah, kenapa capek? Kan kamu sendiri yang bikin capek. Marah-marah nggak jelas. Semua wanita yang dekat denganku kamu cemburui. Dewasa dikit lah, Cit. Kan aku nggak main apa-apa di belakang kamu. Dan juga, ngapain kamu beli pil KB? Memangnya kamu nggak mau hamil anak kita? Apalagi kamu beli postinor, seolah-olah kamu mau membunuh calon anak kita,” balas Dokter Ardian. Karena tidak ada perlawanan dari Citra, ia pun memberanikan tangannya untuk membuka k
Read more
BAB 172
BAB 172Di saat percintaan terjadi, Citra tidak menolak ketika Dokter Ardian mencumbuinya. Sudah lama ia sangat ingin disentuh. Meskipun hanya dua minggu, tapi rasanya sudah berbulan-bulan lamanya Dokter Ardian tidak tidur dengannya.Dokter Ardian pun semakin bersemangat saat Citra memberikan respons positif pada apa yang dilakukannya. Bahkan Citra lebih agresif dari sebelumnya.“Kamu habis nonton blue film, ya?” tanya Dokter Ardian ketika sudah sama-sama mencapai puncak kepuasan. Dan kini mereka sama-sama berbaring di atas tempat tidur dan di bawah selimut yang sama untuk melepaskan lelah. Keringat membasahi tubuh mereka yang baru saja selesai bertempur.Citra merosot masuk ke dalam selimut tidak mau menampakkan wajahnya pada Dokter Ardian. Ia merasa sangat malu malam ini. Bisa-bisanya dia mengimbangi permainan Dokter Ardian seolah-olah sudah mahir dan minta lebih.“Cit, ngapain sih ngumpet gitu?” ujar Dokter Ardian seraya membuka selimut yang menutupi wajah Citra.“Jangan, Mas! Aku
Read more
BAB 173
BAB 173Usai makan dan minum, Citra menatap Dokter Ardian yang juga baru saja menaruh gelas di atas meja setelah menghabiskan minumannya. Ia ingin mengutarakan sesuatu, tapi masih ragu. Ia takut terjadi pertengkaran lagi.“Ada apa?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba. Ia tahu Citra seperti ingin berbicara sesuatu.Citra menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar melalui mulutnya.“Ehm … ehm, anu, Mas, tadi kenapa tidak pakai pengaman dulu?” tanya Citra seraya menatap Dokter Ardian.“Kenapa memangnya? Takut terkena PMS (Penyakit Menular Seksual)?” jawab Dokter Ardian juga dengan menatap Citra.“Bukan … bukan itu maksudku, Mas,” balas Citra dengan menggoyangkan kedua tangan ke kanan dan ke kiri di depan dadanya.“Takut hamil?” tebak Dokter Ardian. Citra menanggapinya dengan anggukan kepala.“Nggak apa-apa. Sudah cukup umur ‘kan? Mau sampai kapan juga kamu menundanya? Di luaran sana, banyak loh orang yang sudah menikah dan pengen punya anak. Kamu kalau dikasih rejeki anak kok
Read more
BAB 174
BAB 174Citra menghela napas panjang mendengarnya. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Dokter Ardian.“Nggak gitu, Mas. Kamu kan tipe laki-laki yang doyan CO. Masa dua minggu nggak nyamperin aku sama sekali, ‘kan aku jadi curiga. Jangan-jangan kamu main sama wanita lain di luaran sana,” balas Citra.“Kamu cemburu, ya?” sahut Dokter Ardian seraya mentoel ujung hidung Citra.“Iya lah. Mas kan suami aku sekarang,” balas Citra sewot.Dokter Ardian tersenyum. “Mana mungkin aku main sama wanita lain. Punya istriku masih rapet kok. Lagian ngapain juga ganti-ganti pasangan? Kan sama aja namanya cari penyakit. Aku kan Dokter SPOG, tahu dong sumber penyakit dan gaya hidup yang bagaimana yang nggak baik. Udah ya, jangan cemburu yang berlebihan lagi. Aku janji akan setia sampai mati,” ujar Dokter Ardian seraya membelai tangan Citra di atas telapak tangannya.“Jangan bilang mati dong, Mas. Memangnya Mas mau ninggalin aku dan Nizam?” sahut Citra tidak suka Dokter Ardian m
Read more
BAB 175
BAB 175“Selamat datang ...,” ucap Dokter Ardian menyambut kedatangan Lidia dengan tersenyum ramah.Lidia tersenyum seraya melangkahkan kakinya memasuki pintu gerbang rumah Dokter Ardian. Ini pertama kalinya ia datang ke rumah Dokter Ardian. Ia juga tidak datang sendiri, melainkan mengajak ibunya yang sekaligus ibu kandung Nadia juga.Citra menatap Lidia yang tengah berjalan menuju ke arahnya. Matanya memandang Lidia dengan membulat lebar dan tanpa berkedip. Napasnya pus terlihat memburu.“Cit!” celetuk Dokter Ardian ketika Lidia sudah berada di hadapan Citra.Citra pun menatap Lidia yang sudah berdiri di hadapannya. Ia terus menatap Lidia dengan sangat lekat tanpa berkedip dari ujung kepala hingga ujung kaki.Dokter Ardian mendesah pelan lalu berjalan mendekat ke arah Citra yang sedari tadi tercengang melihat Lidia.“Ini anak saya. Namanya Nizam,” ucap Dokter Ardian seraya mengambil alih Nizam dari gendongan Citra.Citra pun baru tersadar dan terlihat kebingungan setelah Dokter Ardia
Read more
BAB 176
BAB 176“Jadi, Anda mengira saya menggoda Papanya Nizam gitu? Terus tidur bersama sampai hamil agar dinikahi, gitu?” celetuk Citra tiba-tiba seraya menatap Bu Farha.“Bukan … bukan seperti itu, tapi … kebanyakan pembantu dan pengasuh kan gitu. Kayak cerita di novel-novel online itu loh, majikan menikahi pembantu atau babysitter anaknya. Apalagi majikannya kaya, siapa yang nggak pengen jadi istrinya, ya ‘kan? Pas banget majikannya duda,” sahut Bu Farha tetap tidak mau kalah.“Saya menikahi Citra karena saya sayang sama dia. Dia tidak menggoda saya. Malah saya yang memaksanya agar mau menikah dengan saya,” sahut Dokter Ardian tiba-tiba.“Syukurlah kalau begitu. Padahal kalau mau, Dokter bisa loh menikahi Lidia. Lidia kan mirip dengan Nadia,” balas Bu Farha.Lidia yang tengah meneguk teh-nya pun menjadi tersedak dan terbatuk-batuk mendengar penuturan Ibunya.“Ibuk!” tegur Lidia dengan mata melotot pada Ibunya.Dada Citra tiba-tiba terasa berat. Ada rasa dongkol di dalam hatinya. Ia pun s
Read more
BAB 177
BAB 177Setelah mengemasi barang-barang Nizam, kini Citra mulai berganti pakaian. Ia melepas celananya terlebih dahulu. Kemudian ia melepas beberapa kancing bajunya dan menaikkannya ke atas seperti melepas kaos. Sebelum baju itu sempat lepas dari kepalanya, tiba-tiba ia merasakan ada dua tangan yang merangkul perutnya lalu naik meremas buah dadanya yang masih tertutup bra. Dengan segera Citra memberontak dan melepas baju yang ada di kepalanya.“Mas!” pekik Citra saat mengetahui pelakunya adalah Dokter Ardian. Karena terlalu terburu-buru, ia tidak menyadari kalau Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya.“Apa?” sahut Dokter Ardian lembut. Namun, tangannya tetap bergerilya nakal masuk ke dalam cup bra Citra untuk mencari puncak gunung kembar.“Geli ah!” rengek Citra dengan memberengut.Dokter Ardian tersenyum lalu menarik tangan Citra mendekati tempat tidur. Ia menidurkan Citra di sana dan menindihnya.“Main bentar yuk! Tanggung nih, udah telanjang juga, kan?” ucap Dokter Ardian di hadapan
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status