All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 111 - Chapter 120
143 Chapters
BAB 188
BAB 188Citra baru saja menidurkan Nizam di tempat tidurnya usai puas bermain. Tiba-tiba ia mendengar ponselnya yang ada di atas nakas bergetar. Ia pun menoleh sambil terus menepuk-nepuk pantat Nizam agar tidak terbangun lagi.Setelah Nizam tertidur dengan pulas dan memastikan tidak akan bangun lagi, Citra pun menghampiri ponselnya yang tadi bergetar. Ia melihat layar ponselnya dan melihat ada sebuah pesan. Dengan segera ia meraih ponsel itu sambil duduk di tepi tempat tidur.[Cit … Dokter Ardian punya gebetan baru. Nih, aku kirimin fotonya.]Begitulah pesan yang dikirimkan Dewi beserta foto Dokter Ardian yang tengah berjalan beriringan dengan Miranda. Tiba-tiba dada Citra terasa meradang dan mulai memanas.[Kamu datang ke sekolah, Wik?], balas Citra berbasa basi. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur dan berterima kasih pada Dewi yang selalu memberinya informasi tentang Dokter Ardian tanpa disuruh.[Iya dong, Cit. Habis penasaran sih. Mumpung lagi libur juga. Hehe.], balas Dewi.Citra
Read more
BAB 189
BAB 189Citra diam saja dan tetap melanjutkan aktivitasnya membuat susu untuk Nizam.“Kok nggak jawab salamku sih, Cit?” gerutu Dokter Ardian di samping telinga Citra seraya mengeratkan pelukannya.“Wa’alaikum salam,” balas Citra singkat.“Kamu marah ya karena aku pulang telat?” tanya Dokter Ardian sembari merapikan anak rambut Citra dan menyisipkannya di belakang telinga.Citra tidak menjawabnya. Ia mengurai tangan Dokter Ardian yang memeluk tubuhnya lalu melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Nizam dan memberikan susu buatannya pada Nizam.Dokter Ardian mengikutinya. “Cit ... aku kerja. Aku baru saja menyelesaikan tiga SC,” papar Dokter Ardian menjelaskan.“Iya, Mas,” balas Citra tetap jutek.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia tahu Citra marah. Ia juga sadar kalau salah karena tidak menghubungi Citra seharian ini. Ia pun menghampiri almari Citra untuk mengecek dan berharap semua pakaian Citra sudah berpindah ke kamarnya.“Kok belum dipindah sih, Cit?” tanya Dokter Ardian seraya mena
Read more
BAB 190
BAB 190‘Kok malah lari ke massage sih, Mas,’ geram Citra dalam hati sambil menangis di dalam pelukan Dokter Ardian.“Wanita itu siapa, Mas? Kamu nggak ngijinin aku ikut karena mau berangkat bareng sama wanita lain, kan, Mas?” ucap Citra tiba-tiba.Dokter Ardian melepas pelukannya lalu menatap wajah Citra yang masih menangis tersedu-sedu. Begitu juga dengan Citra, ia menatap Dokter Ardian untuk mencari jawaban.“Wanita yang mana lagi sih, Cit? Kamu selalu saja begitu. Menuduhku yang tidak-tidak,” balas Dokter Ardian terheran-heran.Citra pun menatap nanar pada Dokter Ardian. Kemudian ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju nakas. Ia mengambil ponselnya di sana lalu membuka galeri foto.“Ini. Ini siapa, Mas?” seru Citra. Ia memperlihatkan foto yang dikirimkan Dewi yang ada di layar ponselnya pada Dokter Ardian.Dokter Ardian memberengut melihat fotonya bersama Miranda pada layar ponsel Citra.“Ck. Kamu dapat foto itu dari mana?” tanya Dokter Ardian seraya mengambil ponsel Citra. Kemud
Read more
BAB 191
BAB 191POV Dokter ArdianPagi ini aku berangkat ke rumah sakit lebih awal dari biasanya. Bukan bermaksud untuk menghindari percakapan dengan Citra, tapi aku sedang ingin bertemu dan bicara dengan Dewi. Aku ingin memastikan, Dewi yang main chat dengan Citra di w*atsapp kemarin apakah benar Dewi yang biasanya menjadi asistenku di ruang poli kandungan.Sesampainya di rumah sakit, aku melangkahkan kakiku dengan cepat menuju ruang poli kandungan. Dari kejauhan kulihat Dokter Herlina sudah menungguku di dekat meja informasi seperti biasanya.‘Duh … malas banget kalau harus ngobrol sama dia,’ gumamku dalam hati.Aku pun mengeluarkan ponsel dari saku kemejaku lalu berpura-pura sedang bertelepon dengan orang lain di hadapannya. Dengan begitu ia tidak akan berani menggangguku, kan?Aku menempelkan ponsel di telingaku sambil seolah-olah berbicara dengan mama. Kulirik Dokter Herlina sedang memperhatikanku. Terlihat sekali kalau ia hendak menghampiriku. Namun, ia urungkan karena aku terlihat sibu
Read more
BAB 192
BAB 192POV AuthorSore hari Dokter Ardian pulang ke rumah dengan membawa martabak yang dibelinya di pinggir jalan tadi. Ia berharap Citra tidak marah lagi padanya. Nggak enak juga tidak bertegur sama sejak tadi malam.Sesampainya di depan pintu kamar Citra, Dokter Ardian segera membuka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ia mengerutkan kening ketika kamar itu terlihat sepi. Citra dan Nizam pun tak ada di sana.“Ke mana mereka?” gumam Dokter Ardian lalu keluar dari kamar Citra dan menutup pintunya kembali. Ia pun masuk ke dalam kamarnya untuk menaruh tas kerjanya dan berganti pakaian sebentar.Usai berganti pakaian, Dokter Ardian membawa martabaknya ke lantai bawah menuju meja makan. Ia menaruh martabak itu di sana. Kemudian ia pergi ke taman belakang. Ia berharap bisa menemukan Citra dan Nizam di sana. Namun, hasilnya tetap sama.Dokter Ardian pun mengetuk pintu kamar Bik Yati. Tidak lama kemudian, Bik Yati membuka pintu kamarnya.“Citra dan Nizam mana, Bik?” tanya Dok
Read more
BAB 193
BAB 193Sebenarnya citra masih merasa kenyang karena habis jajan di luar. Namun, ia tetap pergi ke meja makan untuk menghargai Dokter Ardian. Jarang-jarang Dokter Ardian pulang bawa makanan.Ketika Citra pergi ke lantai bawah, Dokter Ardian segera membuka almari Citra lalu mengeluarkan pakaian Citra dan memboyongnya ke dalam kamarnya. Untungnya pakaian Citra tidak terlalu banyak, sehingga Dokter Ardian hanya perlu mondar mandir tiga kali saja untuk memindahkan pakaian dan barang-barang Citra ke dalam kamarnya.Sementara itu di meja makan, Citra menikmati martabak dengan lahap. Karena martabaknya enak, meskipun masih kenyang pun ia makan dengan suka cita.“Enak?” Tiba-tiba terdengar suara Dokter Ardian di ujung tangga.Citra pun menoleh dan tersenyum. Kemudian mereka menikmati martabak bersama-sama.*Malam hari, Citra terpaksa tidur di kamar Dokter Ardian. Mau tidak mau, ia harus tidur di sana karena semua pakaian dan barangnya sudah berpindah ke kamar Dokter Ardian. Begitu juga denga
Read more
BAB 194
BAB 194Dokter Herlina menerima undangan itu dengan suka cita saat Dokter Ardian menyerahkan padanya. Ia mengira itu adalah undangan ulang tahun Nizam. Ia merasa senang sekali karena Dokter Ardian mengundangnya.“Jangan lupa datang ya, Dok,” ujar Dokter Ardian lalu pergi meninggalkan Dokter Herlina.Dokter Herlina pun membaca undangan itu. Sesaat kemudian ia membelalakkan matanya.“Undangan pernikahan? Dokter Ardian mau menikah dengan Citra, pengasuhnya Nizam? Nggak bisa dibiarin ini,” geram Dokter Herlina. Ia pun bergegas menyusul Dokter Ardian yang masih belum jauh dari tempatnya berdiri.“Dokter Ardian! Tunggu!” seru Dokter Herlina seraya mengejar Dokter Ardian.Dokter Ardian pun menghentikan langkah kakinya. Ia tahu ini pasti akan terjadi.“Dokter mau menikah dengan Citra?” tanya Dokter Herlina panik setelah berhenti di depan Dokter Ardian.“Iya,” balas Dokter Ardian singkat.“Kenapa nggak menikah dengan saya saja, Dok? Masih belum terjadi, kan? Pernikahannya bisa dibatalkan ‘kan,
Read more
BAB 195
BAB 195“Mas, dua bulan kemarin aku nggak haid,” ujar Citra panik.“Terus?” balas Dokter Ardian dengan alis saling bertaut.Tiba-tiba Citra pun segera membuka almari mencari alat test kehamilan yang dulu pernah ia beli. Setelah menemukan barang itu, ia pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Dokter Ardian mengerutkan keningnya lalu geleng-geleng kepala sambil tersenyum.Lima belas menit kemudian, Citra keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah kecut. Ia berjalan menghampiri Dokter Ardian yang ada di atas tempat tidur dengan lesu.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian setelah Citra duduk di tepi tempat tidur.“Barusan aku test pack, hasilnya garis dua. Apa benar aku hamil, Mas?” balas Citra tidak bersemangat. Ia merasa tidak percaya kalau saat ini sedang hamil anak Dokter Ardian. Dokter yang dulu ia segani di rumah sakit.“Yang benar, Cit?” sahut Dokter Ardian terkejut. Ia pun bergegas turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin melihat sendiri hasil test pack itu denga
Read more
BAB 196
BAB 196Dengan segera Citra membenahi pakaiannya lalu bangkit untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka, tampaklah Ayu dengan Nizam di gendongannya.“Ada apa, Yu?” tanya Citra.“Ini Nizam merengek terus. Kangen Mbak Citra kayaknya,” jawab Ayu.“Oh … Nizam kangen Mama ya, Nak,” ucap Citra seraya mengambil alih Nizam dari gendongan Ayu.Setelah itu Ayu pergi dan Citra menutup pintu kamarnya kembali. Citra mengajak Nizam duduk di atas tempat tidur di mana Dokter Ardian berada.“Aaahhh … Nizam …, kamu kok datang di waktu yang tidak tepat sih,” ucap Dokter Ardian seraya mentoel pipi Nizam gemas.“Dia tahu kali Mas kalau Papanya lagi mau ehem-ehem,” celetuk Citra.“Lagi pengen masa nggak boleh? Kamu nggak kasihan apa, punyaku udah berdiri, eeehhh malah nggak jadi masuk goa,” gerutu Dokter Ardian kesal.“Nizam pin … ter. Tos dulu Nak sama Mama,” ucap Citra seraya mengangkat tangan Nizam dan menepukkannya ke telapak tangannya.*Keesokan harinyaHari ini adalah hari pesta pernikahan Dokter A
Read more
BAB 197
BAB 197Sesampainya Dokter Herlina di hadapan kedua mempelai pengantin, Dokter Ardian, Dokter Herlina, dan Citra sempat tertegun.Dokter Ardian tidak menyangka kalau Dokter Herlina akan datang di pesta pernikahannya. Ia mengira kalau Dokter Herlina tidak akan datang karena sudah terlanjur sakit hati.Citra menatap Dokter Herlina dengan dada meradang. Sejak dulu ia selalu merasa cemburu dengan Dokter Herlina.Dokter Herlina merasa canggung. Ia merasa malu pada Dokter Ardian karena mengejar suami orang. Dengan segera ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dokter Ardian.“Selamat ya, Dok, atas pernikahan keduanya,” ucap Dokter Herlina dengan tersenyum yang dipaksakan.“Terima kasih,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum.Setelah itu Dokter Herlina juga berjabat tangan dengan Citra dan mengucapkan selamat.Usai turun dari pelaminan, Dokter Herlina segera keluar dari aula hotel menuju mobilnya yang ada di area parkir. Ia menangis tersedu-sedu di dalam mobilnya.“Kenapa sesak
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status