All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 131 - Chapter 140
143 Chapters
BAB 208
BAB 208Pagi-pagi sekali, tepatnya subuh, Citra segera menelepon Dokter Ardian. Ia sangat rindu dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sekaligus ia juga ingin membangunkan suaminya agar segera menunaikan ibadah salat subuh.Sayangnya, ponsel Dokter Ardian sedang dimatikan karena baterainya habis dan tengah di cas saat ini. Dokter Ardian juga sudah bangun dari tadi.Citra pun kecewa. Namun, ia juga merasa khawatir karena tidak tahu kabar dan keadaan suaminya yang jauh di sana. Tiba-tiba dadanya berdebar-debar hebat. Ia bingung harus bagaimana saat ini. Ia pun segera turun dari tempat tidur untuk mengambil wudu dan salat subuh. Ia akan mendoakan suaminya agar urusannya lancar, sehat, dan selalu dalam lindungan-Nya.Pagi hari setelah baterai ponselnya penuh, Dokter Ardian menelepon Citra. Namun, Citra tidak bisa menerima panggilan teleponnya karena Citra sedang berjalan-jalan pagi dan meninggalkan ponselnya di rumah.Akhirnya Dokter Ardian mengirimkan sebuah pesan karena ia harus segera be
Read more
BAB 209
BAB 209Di tengah perjalanan, Dokter Ardian merasa sedikit mengantuk. Akhir-akhir ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pagi-pagi sekali ia juga harus sudah bangun untuk mencari makan dan mengikuti acara seminar dan pelatihan. Acara selalu selesai pada malam hari. Ia jadi kurang istirahat beberapa hari ini.Ia ingin berhenti untuk istirahat sebentar, tapi rasa rindunya pada istri, anak, dan rumah mengalahkannya. Ia pun bertekad tetap melanjutkan perjalanannya.Tiba-tiba rasa kantuk yang teramat sangat mendera. Ia pun tertunduk dan tanpa sadar memejamkan matanya. Ketika tangannya sudah lemas untuk mengemudi dan jalan mobilnya sudah tidak stabil, sebuah mobil bus di hadapannya memencet klakson beberapa kali. Dokter Ardian terkejut dan segera membuka matanya. Pandangan matanya silau karena sorotan lampu dari mobil bus yang ada di hadapannya lalu membanting setir ke kiri. Mobilnya menabrak pembatas jalan dan akhirnya jatuh masuk ke dalam jurang.Citra yang tengah tertidur pun bermimpi a
Read more
BAB 210
BAB 210Setelah berbincang-bincang dengan Ayu dan Bik Yati, Dokter Amanda pun naik ke lantai dua di mana kamar Citra berada. Ia mengetuk pintu kamar Citra dan memanggil namanya.“Citra …,” panggil Dokter Amanda. Ada sedikit keraguan yang mendera hati dan pikirannya, tapi ia harus tetap menyampaikan kabar buruk ini pada istri Dokter Ardian.Citra pun mengernyitkan dahinya saat mendengar suara Dokter Amanda. Ia merasa heran dan bertanya-tanya. Kenapa Dokter Amanda datang ke rumahnya? Ia pun menengok jam yang tergantung di dinding kamarnya dan ia tidak salah lihat. Ini masih pagi, tepatnya setengah tuju pagi.Citra pun segera turun dari tempat tidur dengan pelan-pelan seraya memegangi perutnya yang besar. Kemudian ia membuka pintu kamarnya dan tampaklah Dokter Amanda di sana.“Kak Amanda?” Citra masih terkejut dengan kehadiran Dokter Amanda pagi-pagi di rumahnya.Dokter Amanda menatap Citra kemudian pandangannya turun ke bawah, tepatnya perut Citra yang membuncit. Ia pun tersenyum meskip
Read more
BAB 211
BAB 211Citra mengernyitkan keningnya. Tiba-tiba ia merasa pening pada kepalanya. Selain itu, ia juga merasa mual dan lemas. Tidak lama kemudian pandangannya kabur dan akhirnya gelap.Dokter Amanda, tiba-tiba merasakan tubuh Citra menjadi berat. Tangisan Citra pun sudah tidak terdengar lagi. Dengan segera ia mengurai pelukannya pada tubuh Citra untuk melihat keadaan Citra. Ketika tahu Citra pingsan, ia pun segera membaringkan tubuh Citra di atas tempat tidur. Inilah yang ditakutkan Dokter Amanda, yaitu Citra pingsan. Untungnya mereka berada di atas tempat tidur. Jadi, Dokter Amanda tinggal menaikkan kaki Citra ke atas tempat tidur.Setelah itu Dokter Amanda mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya. Ia membalurkan minyak kayu putih itu pada telapak tangan, kaki, perut, dada serta mengangin-anginkannya di depan hidung Citra.Karena Citra tak kunjung sadar, Dokter Amanda pun memanggil ambulans Rumah Sakit Bunda. Ia tidak bisa membawa Citra ke rumah sakit sendirian dalam keadaan p
Read more
BAB 212
BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso
Read more
BAB 213
BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil
Read more
BAB 214
BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan
Read more
BAB 215
BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi
Read more
BAB 216
BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,
Read more
BAB 217
BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status