All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 71 - Chapter 80
143 Chapters
BAB 131-132
BAB 131 “Untuk kali ini, kamu tenang saja. Aku janji akan membantu persalinan kamu dengan tanganku sendiri. Bahkan bila perlu, kalau kamu mau SC juga nggak apa-apa. Aku akan temani kamu. Aku sudah nggak mau menikah lagi, Cit. Apalagi tanpa … cinta,” imbuh Dokter Ardian. Mendengar kata-kata menikah tanpa cinta, Citra pun kini terdiam. Jari-jarinya mengepal kuat pada tempat duduknya dan bibirnya pun semakin mengerucut ke depan. Hanya mendengkus yang bisa ia lakukan saat ini. Ia memalingkan muka ke arah lain, melihat lampu warna warni yang menyala di area pasar malam. “Jangan salah paham dulu. Menikah tanpa cinta bukan berarti aku tidak mencintai kamu loh, Cit. Aku tidak tahu ini perasaan apa. Yang jelas aku senang kamu di dekatku dan menjadi pasangan hidupku sekarang,” imbuh Dokter Ardian ketika melihat Citra memasang muka masam. “Hmm,” balas Citra singkat. Namun, ia tetap enggan menatap Dokter Ardian. Dokter Ardian menghela napas panjang dan dalam lalu mengembuskan-nya dengan pelan
Read more
BAB 133-134
BAB 133 “Nggak usah,” cegah Dokter Ardian sembari menarik tangan Citra hingga Citra terduduk di atas pangkuannya. Kemudian ia mengunci Citra dengan melingkarkan tangan kirinya di pinggang sang istri. “Buat apa pakai sendok dua kalau makanannya cuma satu,” bisik Dokter Ardian di telinga Citra. Citra merasakan udara hangat yang keluar dari bibir Dokter Ardian menyapu permukaan daun telinganya, dan itu membuatnya geli. Ia pun menggelinjang di atas pangkuan Dokter Ardian. “Jangan bergerak. Nanti ada yang bangun,” bisik Dokter Ardian lagi, menggoda di telinga Citra. Seketika wajah Citra pun terasa memanas saat mendengarnya. Ia memang merasakan ada sesuatu yang mendadak keras di bawah bokong-nya. Wajahnya pun tiba-tiba bersemu merah karena malu sendiri. Ia ingin bangkit dan duduk sendiri di kursi lain, tapi Dokter Ardian menahannya dengan memperkuat tangannya yang melingkar di pinggang Citra. “Mas, aku mau duduk sendiri,” pinta Citra dengan tetap berusaha berdiri dari pangkuan Dokter A
Read more
BAB 135-136
BAB 135 Setelah pertempuran sengit di atas ranjang tadi, kini mereka tidur dengan pulas setelah membersihkan diri. Kenapa dibilang sengit? Karena kali ini Dokter Ardian lebih agresif dari sebelumnya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Yang jelas, ia sangat berhati-hati agar tidak menyebut nama Nadia lagi. Namun, sayangnya di tengah tidur nyenyak-nya, Dokter Ardian mengigau dengan lirih, tapi jelas. “Sayang … jangan pergi! Kembalilah …,” lirih Dokter Ardian dengan tetap memejamkan matanya. Citra yang tidur di sampingnya tentu saja bisa mendengar itu karena kebetulan bibir Dokter Ardian berada di samping telinga Citra. Perlahan, Citra pun membuka matanya dan menoleh ke arah Dokter Ardian. Ia mengerutkan keningnya saat mendengar Dokter Ardian menyebut ‘Sayang’ dengan mata terpejam. ‘Sayang? Yang jelas itu bukan aku. Dia tidak pernah sekalipun memanggil-ku ‘Sayang’. Selalu saja begitu. Bercinta-nya denganku, tapi menyebut nama orang lain,’ gumam Citra dalam hati. Namun, kali ini i
Read more
BAB 137-138
BAB 137 Tampaklah nama “Mama” tertera pada layar ponsel Dokter Ardian. Dokter Ardian pun menatap Citra yang duduk di sampingnya. “Angkat!” ujar Dokter Ardian seraya memberikan ponsel-nya pada Citra. Citra mengerutkan keningnya seraya menerima ponsel Dokter Ardian tanpa tahu siapa yang menelepon. Ketika ia melihat nama di layar ponsel, matanya pun tiba-tiba membelalak. “Aku takut, Mas,” ucap Citra ragu-ragu untuk menerima telepon dari Mama mertuanya. “Udah angkat aja. Aku kan lagi nyetir,” sahut Dokter Ardian beralasan. Citra pun menghela napas panjang terlebih dahulu setelah itu ia menggeser tombol hijau pada layar benda pipi itu dengan bibir cemberut. “Assalamu’alaikum, Ma …,” sapa Citra dengan sopan. “Loh, Ardian mana?” tanya Bu Indah heran ketika mendengar suara Citra bukannya Dokter Ardian. “Lagi nyetir, Ma,” jawab Citra. “Kapan kalian jemput Nizam? Ini sudah satu minggu loh. Bukannya Mama nggak mau jaga, tapi tingkahnya itu loh masya Allah … bikin pinggang Mama nyeri,” g
Read more
BAB 139-140
BAB 139 “Denger-denger, Dokter Ardian sedang dekat sama Dokter Herlina. Banyak yang lihat kalau Dokter Herlina hampir setiap hari membuatkan bekal makan siang untuk Dokter Ardian. Ternyata Dokter Ardian orangnya gampang move on ya? Padahal istrinya belum ada satu tahun kan meninggalnya? Sekitar sembilan bulan kalau nggak salah? Anaknya belum campak kan? Uuuuh … kalau sampai Dokter Ardian dan Dokter Herlina menikah, pasti pesta pernikahannya sangat meriah dan mewah. Aku mau datang dengan pakaian terbaik-ku biar bisa dapat gebetan di sana. Kamu juga harus datang, Cit. Kita cari jodoh sama-sama,” cerocos Dewi sembari melipat pakaiannya yang sudah kering tanpa melihat ekspresi wajah Citra yang pias menatapnya. Citra mendengarkan pemaparan Dewi dengan tangan mengepal kuat. “Eh, ngomong-ngomong tumben kamu bisa keluar? anaknya Dokter Ardian siapa yang jaga, Cit?” tanya Dewi seraya menatap Citra. “Eh, oh, anu … sedang di rumah neneknya,” jawab Citra gugup. Tadinya ia mau memberitahu Dewi
Read more
BAB 141-142
BAB 141 Dewi menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. Citra menghela napas dan mendengkus pelan. Kemudian Dewi menarik tangan Citra untuk masuk ke dalam toko itu. Di dalam toko, Dewi melihat-lihat celana dalam yang menurutnya lucu dan sexy. Namun, ketika ia akan mengambilnya, niat itu ia urungkan setelah melihat harganya. “Kenapa, Wik? Kok nggak jadi diambil?” tanya Citra. “Hehe. Harganya fantastis. Padahal cuma celana dalam doang loh,” balas Dewi seraya berbisik mendekat ke telinga Citra. Citra mengambil celana dalam itu untuk melihat harganya. Ia pun membelalakkan matanya saat melihat harga lima puluh lima ribu untuk satu potong celana dalam. “Kamu mau beli, Cit?” tanya Dewi. Citra menanggapinya dengan gelengan kepala. Buat apa beli celana dalam mahal-mahal, toh pakainya juga di dalam celana, pikir Citra. “Keluar yuk! Ikut aku ke baby shop,” ajak Citra seraya menarik tangan Dewi keluar dari toko underwear. “Mau beli apaan?” tanya Dewi dengan tetap mengikuti langkah kaki Cit
Read more
BAB 143-144
BAB 143 Setelah mengempengi Nizam, Citra mengajak Nizam pulang karena hari sudah sore. Bu Indah pun mengizinkan dan memesankan taksi online. Sementara itu di rumah sakit, Dokter Ardian tidak segera pulang setelah pekerjaannya selesai. Ia menunggu waktu yang tepat sebelum berangkat ke pasar malam. Ia sangat ingin memastikan kalau wanita yang dilihatnya kemarin Nadia atau bukan. Dokter Herlina sudah berada di parkiran rumah sakit. Ketika melihat mobil Dokter Ardian masih ada, ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Ia kembali ke poli tepatnya poli kandungan. Sesampainya di depan pintu poli kandungan, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. “Iya, masuk!” sahut Dokter Ardian karena tidak tahu siapa yang mengetuk pintu. “Dokter belum pulang? Kenapa?” tanya Dokter Herlina seraya berjalan masuk lalu menutup pintu itu kembali. Beberapa orang yang melihatnya mulai membicarakan mereka. “Lihat deh, itu Dokter Herlina ngapain masuk ke ruang poli kandungan sore-sore? Bukannya jam praktek sudah
Read more
BAB 145-146
BAB 145 “Nggak apa-apa, Mas. Kamu lapar banget ya?” sahut Citra. “Iya,” jawab Dokter Ardian singkat lalu melanjutkan makannya. Setelah itu suasana hening kembali. Tidak ada percakapan di antara mereka. Usai menghabiskan makanannya dan minum air putih, Dokter Ardian menatap Citra yang masih setia menemaninya di meja makan. “Kamu nggak tanya?” tanya Dokter Ardian. “Tanya apa, Mas?” tanya Citra balik. “Kenapa aku pulang terlambat, misalnya,” balas Dokter Ardian. “Aku mengantuk, Mas. Aku mau ke atas dulu. Selamat malam,” pamit Citra menghindari Dokter Ardian. ‘Lebih baik aku nggak tahu apa-apa, Mas. Terserah kamu mau melakukan apa. Aku nggak mau tahu, aku nggak perduli, dan aku nggak mau dikasih tahu. Kalau pun kamu mau berkencan dengan Dokter Herlina, silakan! Aku bertahan karena Nizam dan karena rasa terima kasihku padamu lantaran membayar hutang Ibuku. Abaikan aku. Jauhi aku. Jangan membuatku jatuh cinta kepada-mu, Mas,’ gumam Citra dalam hati dengan berjalan menapaki anak tang
Read more
BAB 147-148
BAB 147 Saat Bidan itu membuka pintu ruang poli kandungan, Dokter Ardian sedang menunduk menatap layar ponsel-nya. Ia mengirim pesan pada Citra kalau akan pulang terlambat karena ada SC cito. “Permisi, Dok,” ucap Bidan itu seraya masuk ke dalam ruang poli kandungan. Dokter Ardian pun segera mengangkat pandangannya untuk menatap Bidan itu. Betapa terkejut-nya ia saat melihat wajah Bidan tersebut. “Nadia,” gumam Dokter Ardian pelan. “Apa, Dok?” sahut Bidan itu karena tidak mendengar suara Dokter Ardian dengan jelas. “Silakan duduk,” ujar Dokter Ardian mempersilakan Bidan itu duduk di hadapannya. Ia menatap wajah Bidan itu dengan sangat lekat. Bidan itu menjadi malu karena Dokter Ardian memandangi-nya terus. Kemudian ia menyerahkan surat rujukan dan partograf di atas meja Dokter Ardian. “Ini, Dok, laporan kemajuan persalinannya,” ucap Bidan itu. Dokter Ardian menerima lalu membacanya. “Nama Anda Lidia Rahayu?” tanya Dokter Ardian setelah membaca surat rujukan Bidan tersebut. “Iy
Read more
BAB 149-150
BAB 149 Sesampainya di lantai dua, Dokter Ardian mengajak Citra masuk ke dalam kamarnya dan menutup serta mengunci pintu kamarnya. “Kenapa dikunci pintunya, Mas? Nizam kan di kamar sebelah,” tanya Citra heran saat melihat Dokter Ardian mengunci pintu. “Menurut-mu?” tanya Dokter Ardian balik sambil mulai melepas kancing atas kemeja-nya. “Mas, kamu mau apa? Kemarin kan sudah?” tanya Citra dengan jantung bertalu-talu. Ia sedang malas dan tidak ingin bercinta sekarang. “Aku gerah habis makan. Lagi pula aku harus ganti baju karena baju ini kotor habis dari rumah sakit,” sahut Dokter Ardian dengan menahan senyum. Bisa-bisanya Citra berpikiran mesum, pikir Dokter Ardian. Citra jadi malu sendiri dibuatnya. “Sekarang katakan, apa salahku sampai-sampai membuat kamu seperti ini padaku? Kalau kamu tidak bicara, aku juga nggak tahu salahku di mana? Aku juga nggak bisa memperbaikinya mulai dari mana, Cit,” tuntut Dokter Ardian seraya melepaskan celananya. Ia menunggu jawaban dari Citra sambil
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status