All Chapters of Sang Panglima Perang: Chapter 201 - Chapter 210
290 Chapters
Pintu Gerbang Istana
   Melihat keadaan peperangan di depan mata mulai terbalik, Zhang Yuan terpaksa turun tangan sendiri untuk melawan prajurit Wei yang tersisa. Serangan pasukan pemanah dari atas sudah tak bisa lagi membantu menghabisi prajurit musuh sebab banyak di antara mereka juga sudah terluka karena balasan tembakan anak panah dari prajurit Wei.    Hal ini tentu saja harus dilakukan demi menutupi keadaan prajurit yang sebenarnya dan hasil dari peperangan mereka. Para prajurit yang tersisa di dalam penjara masih belum pulih seutuhnya untuk melakukan penyerangan jarak dekat, oleh sebab itu menggunakan trik menutupi kelemahan dengan berlagak telah membuat musuh masuk dalam jebakan.    Meski risiko trik ini cepat atau lambat pasti akan diketahui oleh Wei Hongli, tapi setidaknya bisa mengulur waktu agar memberikan kesempatan pemulihan bagi semua prajurit.    Lorong jalan menuju istana kini telah teralasi sekian banyak maya
Read more
Bala Bantuan Datang
    Suasana menjadi menegang. Semua ekspresi prajurit mulai gentar melihat pasukan Wei menerobos masuk ke dalam pintu gerbang yang baru saja roboh. Hal ini membuat Zhang Yuan segera memerintahkan pasukannya untuk membentuk formasi pertahanan, membentengi para prajurit yang tersisa.    Wei Hongli berjalan di tengah-tengah barisan prajuritnya hingga ke garis depan. Senyuman kemenangan terukir di sudut bibir begitu melihat kepanikan yang sengaja disembunyikan para prajurit Song.    “Sungguh prajurit setia yang malang.” Wei Hongli berdecak sembari menggelengkan kepalanya, bersandiwara memasang wajah haru melihat kesetiaan Zhang Yuan dan semua prajurit yang tersisa.    “Panglima Zhang, apa kau masih punya trik yang lain lagi?” tambah Dong Shuo tersenyum remeh.    Zhang Yuan hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Dong Shuo. Namun beberapa detik kemudian bunyi l
Read more
Dong Shuo Meninggal
    Peperangan di jalanan gerbang istana semakin membara. Sekian banyak tubuh prajurit yang sudah tak bernyawa menjadi pengalas bagi kaki semua orang untuk berpijak. Aroma darah menyebar hingga tak ada lagi udara segar untuk dihirup.    Zhang Yuan masih memainkan ayunan pedang di tangannya, menyayat prajurit musuh yang ada di hadapan hingga akhirnya mempertemukan dia dengan lawan seimbang. Begitu pandangan mata menyatu dengan Wei Hongli, lingkungan di sekitar yang kacau seakan menghilang, menyisakan mereka berdua di arena peperangan.    Aura membunuh dari kedua lelaki yang sejak tadi sudah membara akhirnya membawa mereka untuk saling menyerang satu sama lain. Benturan keras antara kedua bilah pedang di masing-masing tangan mendengung di telinga.    Berkali-kali layangan pedang diayunkan ke depan untuk saling menyerang, tapi belum juga ada yang terluka. Kemampuan bertarung antara Zhang Yuan dan Wei Ho
Read more
Pembunuh Sang Kakak
    Di sisi lain, Chao Yun masih bertarung melawan Wei Hongli, tapi luka di bagian perut menyebabkan setiap gerakannya tidak maksimal. Semakin bergerak maka darah yang mengalir begitu banyak dan memperbesar area luka, hingga akhirnya satu tebasan Wei Hongli mengena dan membuat dia menekukkan satu lutut ke tanah.    Wei Hongli tersenyum melihat musuh di depan mata tidak berdaya. Dia mengangkat tangannya, mengudarakan sekali lagi pedang ke arah Chao Yun.    Adegan itu dilihat oleh Zhang Yuan saat menoleh ke samping. Dia berlari cepat ke arah Chao Yun bersamaan dengan lemparan pedang yang kuat hingga menggagalkan tindakan Wei Hongli. Pedang terlempar, Zhang Yuan melayangkan pukulan ke bidang datar Wei Hongli tapi masih sempat dihadang. Namun di serangan kedua tidak dapat dihadang hingga membuat Wei Hongli sontak terpukul ke belakang.    Zhang Yuan buru-buru berjongkok lalu membantu Chao Yun berdiri. Sor
Read more
Kakek Wang Yi Meninggal
SREET!....    Mata Zhang Yuan membulat besar. Layangan pedang yang seharusnya digunakan untuk menebas Wei Hongli justru digunakan untuk menjadi penangkis jarum. Untung saja dia telah menyadari gerak-gerik Wei Hongli dan mempersiapkan diri jika ada serangan tak terduga. Namun sebenarnya semua itu hanya pengecoh.    Begitu melancarkan serangan jarum rahasia, Wei Hongli menggunakan kesempatan ini untuk melemparkan bubuk yang sejak tadi dipersiapkan ke depan wajah Zhang Yuan dengan tangan satunya.    Serangan kedua meski sempat di hadang dengan lengannya tapi bubuk yang menyebar di udara sebagian telah memasuki mata hingga membuat Zhang Yuan sontak mundur, menghindari Wei Hongli menggunakan kesempatan itu untuk mencelakainya.    Benar yang dipikirkan Zhang Yuan, Wei Hongli mengambil kesempatan ini dengan mengeluarkan belati lalu menyerang begitu cepat. Namun sayang seseorang mala
Read more
Weiheng Datang Menghalangi
    Zhang Yuan menegakkan badan dan menggenggam gagang belati dengan erat. Dia berlari cepat sembari mengangkat tangan, bersiap untuk menyerang Wei Hongli.    Sedangkan Wei Hongli yang melihat ekspresi Zhang Yuan hanya tersenyum, menikmati penderitaan musuhnya saat kehilangan nyawa seseorang karena diri sendiri.    Begitu jarak sudah dekat, Zhang Yuan melampiaskan berkali-kali serangan sayatan ke arah Wei Hongli. Namun sayang sekali masih berhasil dihindari, hingga akhirnya membuat bara api dalam diri Zhang Yuan yang telah disirami kepedihan akan kehilangan Chao Yun menyeruak hebat.    Serangan berkali-kali dari Zhang Yuan memang berhasil dihindari, tapi dengan kondisi Wei Hongli yang terluka saat pertarungan dengan Chao Yun membuatnya mulai kewalahan. Ditambah lagi tendangan Zhang Yuan baru-baru ini semakin memperburuk fisiknya.    Gerakan dan serangan dari Zhang Yuan mulai ta
Read more
Pesan Dari Kaisar Wei
    “Pangeran Hongli, ikut aku kembali ke kerajaan dan akui semua perbuatanmu!” Weiheng membalikan badan dari Zhang Yuan lalu melihat Wei Hongli yang ada di depannya.    Wei Hongli tertawa paksa, menahan perihnya sayatan di tubuh, “siapa kau sehingga aku harus mematuhimu? Kau pikir aku bodoh?!” Bagi Wei Hongli, kembali ke kerajaan hanya akan membuat dirinya dipermalukan atau bisa saja dihukum berat oleh kaisar, jadi lebih baik meneruskan perjuangannya di sini. Meski harus terluka saat peperangan terjadi itu tidak masalah asalkan bisa menduduki singgasana kerajaan Song dan menjadi penguasa. Dengan begini dia bisa mencapai keinginannya.    Meski pun dia adalah seorang pangeran, tapi statusnya berbeda dengan pangeran lain karena dia terlahir dari seorang selir tingkat rendah. Keinginan menjadi pewaris takhta juga tidak bisa didapatkan hingga dia sendiri harus berjuang menjadi yang terhebat dalam pertar
Read more
Keputusan Tersulit
    “Zhang Yuan, kau pikir aku juga tidak ingin membunuh Wei Hongli setelah tahu semua kebenarannya?” Weiheng menyambung perkataan Liu Bai. Setelah tahu Wei Hongli akan menyerang untuk menguasai kerajaan Song, Weiheng segera melaporkan hal itu pada kaisar hingga akhirnya bisa mendapatkan kepercayaan untuk meneruskan titah penangkapan Wei Hongli. Dia bahkan sengaja tidak beristirahat dalam perjalanan agar bisa menyusul pasukan Hongli.    Sekarang perkataan kedua lelaki yang ada di samping mulai membuat hati Zhang Yuan bimbang. Dia menarik napas panjang dan memejamkan mata sejenak. Keputusan ini membuat hatinya bingung, di lain sisi ada janji yang harus ditepati untuk setia pada Qin Huang dan kerajaan, di sisi lain juga dia tak terima dengan kematian Chao Yun.    “Zhang Yuan, jangan khawatir, Wei Hongli akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku jamin!”    “Baik!” S
Read more
Peperangan Berakhir
    Kedua pedang mengayun dan saling membentur beberapa kali. Kekuatan terakhir Zhang Yuan digunakan sepenuhnya untuk mengakhiri pertarungan melawan Wei Hongli dengan menggunakan teknik pedang yang diajarkan Chao Yun padanya.     Meski pun Wei Hongli sempat menghindar dan membalas serangan Zhang Yuan, tapi untuk tebasan terakhir tak bisa dihadang lagi. Pedang Zhang Yuan kini telah menembus tubuhnya hingga ke bagian belakang.     Zhang Yuan tersenyum puas menatap manik hitam Wei Hongli yang memaku. Keduanya saling berhadapan dengan posisi pedang di tangan Zhang Yuan telah menancap ke bagian jantung Wei Hongli. Kegeraman di dalam hati mulai terkikis sebab telah membalaskan penderitaan Chao Yun.     “Meski hari ini aku meninggal, tapi akan timbul semakin banyak orang sepertiku,” ucap Wei Hongli beriring dengan keluarnya cairan merah dari mulut.     “Tidak masalah ... selama aku ma
Read more
Permintaan Terakhir
Tak lama setelah Weiheng pergi, seseorang muncul di ambang pintu. Pandangan Zhang Yuan yang masih tertuju di pintu saat mengantar kepergian Weiheng memaku pada wanita cantik berstatus selir agung di dalam kerajaan. “Bagaimana keadaanmu?” Yinping masuk bersama dengan pelayan pribadinya, dia duduk dengan santai di depan Zhang Yuan yang masih berdiri. Zhang Yuan menjauh dari meja yang memisahkan jarak antara dia dan Yinping lalu menjura, “aku sudah jauh lebih baik, terima kasih selir agung.” Ekspresi Yinping yang tadinya terlihat santai kini telah berubah menjadi datar, dia melirik pelayan pribadinya—Yuwan, menginstruksikan agar menyajikan makanan di meja. “Semua ini adalah makanan yang sangat bernutrisi untuk memulihkan kesehatanmu—” “Terima kasih atas kebaikan selir agung, tapi maaf aku sudah selesai makan dan minum obat. Sekarang harus beristirahat,” sela Zhang Yuan menundukkan wajahnya. Yinping sontak berdiri memasang wajah kesal. Dia melirik sekali lagi ke arah Yuwan hing
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status