All Chapters of Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang: Chapter 51 - Chapter 60
84 Chapters
Bab 51-Aku Datang
07.45 “Selamat pagi!” Ujarku yang berjalan menuruni tangga dengan tubuh yang belum sepenuhnya sadar “Kamu pulang jam berapa kemarin, Rin??” Tanya Ibu sambil mengaduk kuah kaldu yang mulai mendiidih di hadapannya.  “Hmm….. Jam 2?? Atau sudah jam 3, ya??” Ujarku sambil mengusap mata yang masih tak mau terbuka lebar seraya berusaha mengingat. “Jam 3, katamu!? Tidak biasanya kamu lembur sampai sepagi itu.” Ujar Ibu yang cukup tekejut mengetahui Erin pulang selarut itu. “Ahh… sebenarnya aku itu sudah pulang dari kantor sekitar jam 12 malam. Namun, tiba-tiba aku melihat Barra sedang duduk di halte bus yang aku lewati saat perjalanan pulang.” Jelas Erin yang  akhirnya mulai mengingat potongan kejadian tadi malam.
Read more
Bab 52-Ulang Tahun Si Kembar
Hari ini adalah hari ulang tahun bagi kedua anak kembar Kak Rio dan Kak Ariana, Caleb dan Chana. Kedua anak Kak Rio ini merupakan anak kembar tidak identik. Caleb, Sang Kakak yang lahir 15 menit lebih dahulu dari adiknya, berjenis kelamin laki-laki yang wajahnya mirip dengan Kak Ariana (menurut Ibuku). Lalu, Chana, bayi cantik yang masih tertidur sejak tadi ini memang sikapnya tampak lebih tenang dari Caleb. Wajah Chana tampaknya akan mirip dengan Kak Rio, menurut Ibuku dan aku pun setuju dengan hal ini.  Hari ini merupakan ulang tahun yang pertama bagi mereka. Tak disangka, sudah satu tahun kedua anak menggemaskan ini hadir dan menghiasi kehidupan kami. Caleb dan Chana bukan lagi bayi yang hanya bisa merengek, makan atau tidur. Kedua bayi ini sudah mulai melakukan berbagai hal yang mereka mau. Mereka mulai bisa untuk menunjukkan berbagai ekspresi sesuai dengan apa yang sedang mereka rasakan. Rasa pe
Read more
Bab 53-Desember
Tidak di sangka, hari ini sudah masuk bulan Desember. Bulan yang akan mengakhiri satu tahun ini. Woah! Begitu banyak hal yang sudah terjadi di tahun ini. Aku seketika takjub dengan diriku. Rasa bangga mulai timbul dalam hatiku, setelah mengingat berbagai gelombang kehidupan yang berhasil aku arungi. Pikiranku mulai kembali merangkai kenangan-kenangan lama yang tersimpan rapi dalam memoriku. Berbagai kejadian mengejutkan yang aku alami di tahun-tahun sebelumnya. Seorang Artis Besar yang menginap di rumahku dengan tiba-tiba dan sekarang sudah seperti keluargaku sendiri.  Penolakan tidak langsung dari Ryan yang sempat membuat kerenggangan dalam persahabatan kami. Pertemuanku dengan Naomi, perempuan yang hampir menjadi musuhku namun kembali menjadi sahabatku. Keuangan keluargaku yang mulai sulit dan membuatku seketika merasa menjadi beban bagi orangtuaku. Aku yang akhirnya memberanikan diri bekerja sebagai seorang Manajer Barra, menggantikan Kak Rio.
Read more
Bab 54-Jalinan Tak Terduga
Beberapa jurnalis dan staf diminta untuk datang ke rumah salah satu staf perusahaan yang bekerja sama dengan kita di proyek ini. Seseorang yang akan menjadi produser untuk proyek besar ini. Kami diundang untuk makan malam di rumahnya. Berharap para staf dari masing-masing perusahaan bisa lebih dekat dan bisa mengakrabkan diri sebelum proyek ini benar-benar terlaksana.  Aku dengar calon Produser kami ternyata adalah orang Indonesia. Namun, dia sudah tinggal lama di Korea Selatan bersama orang tua angkatnya yang juga merupakan orang Indonesia, namun menetap di Korea Selatan. Kemampuan berbahasa yang dimiliki olehnya diharapkan mampu mempermudah komunikasi kedua perusahaan dari negara yang berbeda ini.  Namun, setelah kami tiba di rumah produser itu. Ada suatu hal yang langsung membuatku terkejut, sesaat setelah aku masuk ke dalam rumah itu.
Read more
Bab 55-Pulang
Hari ini adalah hari keberangkatan kami dari Korea Selatan menuju Indonesia. Sesuai permintaan Bu Trisha waktu itu, dia ikut pergi bersama denganku dan para staf lain hari ini.  Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 7 jam. Kami akhirnya tiba di Indonesia dengan selamat. Aku dan para kawan sekerjaku mulai berpisah di bandara, untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Bu Trisha akan tinggal di rumahku untuk sementara. Aku sudah mencoba untuk menghubungi Barra sejak tadi. Namun, sepertinya dia masih berada di luar negeri, sibuk dengan konser tunggalnya itu. “Ibu tidak apa, bukan? Jika harus tinggal di rumahku untuk sementara. Barra sepertinya masih sibuk dengan konsernya. Hmm... Atau Ibu mau tinggal di hotel saja?” Tanyaku kepada Bu Trisha. “Ahh tidak! Jika boleh, aku lebih memilih untuk tinggal di rumahmu
Read more
Bab 56-Pertemuan
Kami akhirnya masuk ke rumah Barra. Namun, tiba-tiba langkah Bu Trisha yang berada di depanku terhenti, setelah dia melihat foto Ibu Barra yang tergantung di dinding rumah Barra. Kemudian dia jatuh terduduk di lantai. Aku dan Barra yang melihat hal itu langsung spontan memegan tangan Bu Trisha, berusaha membantunya bisa berdiri kembali.  Kaki Bu Trisha begitu lemas. Dia tak mampu berdiri tanpa bantuan kami. Wajahnya seketika berubah menjadi pucat. Tatapan matanya mulai kosong dan air mata mulai keluar dari sana. Dia hanya menangis tanpa berkata apapun kepada kami. Air matanya terus berjatuhan dengan deras. Aku dan Barra sesekali saling bertatapan, bertanya apa yang harus kami lakukan sekarang. “Apa mungkin Bu Trisha menangis, karena dia sudah yakin bahwa Ibu Barra memang benar-benar adalah Kakaknya??” Pikirku yang menduga-duga.
Read more
Bab 57-Penantian
Bu Trisha mulai tinggal dengan Barra hari ini. Dia bertekad untuk mendampingi keponakan satu-satunya itu di sisa hidupnya. Bu Trisha juga sudah mulai mengurus segala hal untuk rencana kepindahannya ke Indonesia. Ini sebenarnya cukup sulit untuk Bu Trisha. Terlalu banyak hal dan kenangan yang dia habiskan di negeri ginseng itu bersama mendiang orang tuanya. Negara itu sudah seperti kampung halaman baginya. Semua sahabat dan orang-orang yang berjasa dan menemaninya selama ini, terpaksa harus dia tinggalkan. Bu Trisha sudah benar-benar membulatkan tekadnya untuk menemani keponakannya yang selama ini sebatang kara itu. Bu Trisha merasa bahwa Barra ikut menjadi tanggung jawabnya. Walaupun, mereka bahkan tidak pernah mengenali satu sama lain sebelumnya. Namun, pertemuan mereka untuk pertama kalinya itu langsung mampu membuat ikatan batin yang kuat antara mereka.  Barra masih merasa bahwa pertemuannya denga
Read more
Bab 58-Kemalangan
21.09 “Ibu! Aku pamit pergi, ya! Aku harus kembali ke asrama sekarang.” Ucap Dino yang mulai beranjak ke arah pintu rumah sambil memakai kedua sepatunya dengan terburu-buru. “Lah kok!? Kamu bilang, kamu baru mau kembali ke asrama besok, bukan?? Hei! Astaga... Dasar anak itu. Dia datang dan pergi sesuka hatinya saja.” Ujar Ibu kepada Dino yang sudah berlari keluar rumah tanpa sempat menjawab satu pun pertanyaan dari Ibu. “Ada apa dengannya, Bu? Mengapa dia terburu-buru seperti itu?” Tanyaku yang baru pulang kerja dan berpapasan dengan Dino yang keluar dari rumah dengan agak berlari. “Entahlah! Ibu juga tidak tahu. Dia begitu terburu-buru hingga tidak mampu menjawab pertanyaan Ibunya ini terlebih dahulu. Ya, mungkin pelatihnya membutuhkannya sekarang atau ada sesuatu yang anak itu lupakan.”
Read more
Bab 59-Usaha
“Ishh anak ini! Aku sudah bilang padamu untuk tidak berdiri sendiri, bukan??” Ujar Naomi nada agak marah kepada Alessa yang ketahuan sedang berusaha berdiri dari tempat tidurnya. “Kamu ini... Untuk apa aku berada di sini, kalau tidak membantu kamu apa-apa.” Lanjut Naomi. “Ya, aku sudah bilang sejak kemarin, bukan? Kakak pulang saja, aku bisa sendiri di sini.” Balas Alessa yang menolak untuk dibantu. “Sstt diam! Kamu mau ke kamar mandi, bukan?” Ujar Naomi yang berusaha untuk menuntun dan membantu Alessa berjalan. “Iya, aku hanya mau ke kamar mandi saja kok.” Jawab Alessa. “Hanya? Kamu itu tidak boleh terlalu banyak menggerakkan bahumu, Alessa. Kamu tahu itu, bukan?? Apa kamu tidak mau cepat-cepat sembuh dan berlatih kemba
Read more
Bab 60-Kemenangan
19.30 “Eh? Kak Naomi sudah datang ternyata.” Ucap Dino yang terkejut melihat sosok Kak Naomi yang sedang membereskan barang-barang di lemari. “Iya, aku sebenarnya sudah datang sekitar... 20 menit yang lalu. Namun, kata Perawat di depan, kalian sedang pergi keluar untuk mencari udara segar. Hmm... Kamu pasti bosan ya, Alessa?? Maaf, ya... Kakakmu yang satu ini tidak peka.” Ucap Naomi yang tersadar bahwa sebenarnya anak itu bosan dan ingin keluar dari kamarnya. “Ahh tidak kok, Kak. Ini hanya... kebetulan saja, Dino menawarkanku untuk berjalan keluar sebentar.” Ucap Alessa yang berusaha membuat alasan agar Naomi tidak merasa bersalah. “Oh begitu...” Ujar Naomi yang tahu bahwa Alessa sedang berusaha membuatnya tenang. “Kak Naomi?” Panggil Dino.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status