All Chapters of Cinta Segiempat: Chapter 51 - Chapter 60
69 Chapters
Bab 51.
   Nada dering panggilan berbunyi berkali-berkali dalam tas Adelia, membuat gadis yang tengah belajar dengan Adrian itu pun mengangkat kepalanya dari buku yang dipegangnya dan mengambil ponselnya dalam tas itu."Aduh, gue masih nggak ngerti nih! Gima---" gumam Adrian terpotong."Bentar, nyokap gue telfon!" Adelia langsung menggeser dial phone warna hijau itu dan mendekatkan ke telinganya."Hallo Mah!" sapa Adelia sembari menolehkan kepalanya keluar."Hallo Adel? Kamu kemana sih nak? Kok belum pulang juga? Langit udah mendung loh! Kamu pulang sekarang yah, keburu hujan!" kata Marissa di seberang.Adelia yang melihat cuaca hampir gelap itu pun mengiyakan ucapan Marissa, "Iya deh, Ma! Aku pulang sekarang! Lagian aku juga udah selesai kok!" putusnya."Tapi kamu naik apa? Apa perlu mama suruh Mang Diman aja bua
Read more
Bab 52.
MALAM ini diluar sedang turun hujan, tidak terlalu deras juga tidak disertai petir dan gledek, hanya hujan ringan. Membuat udara menjadi agak dingin dan menusuk tulang. Dan dengan ditemani gitar kesayangan dan segelas white coffee panas itu, Adelia duduk di sofa yang memang terdapat pada balkon kamarnya, memandangai rinai hujan yang turun dengan keroyokan itu."Woyy sendirian aja lo? Kasian banget, lagi ngelamunin gue ya?" ledek Dicky yang baru saja melompat dari balkon kamarnya, karena letak kamar mereka yang memang bersebelahan.Adelia menatap malas cowok di depan nya itu, lalu menegakkan posisi duduk nya, ia merasa bosan sekali mendengar kenarsisan Dicky yang tak ada habis nya. "Resek banget sih lo! Ngapain gue ngelamunin lo? Kerajinan banget! Kayak nggak ada kerjaan lain aja!"Dengan kekehan kecilnya, Dicky pun langsung duduk di samping Adelia dan seketika pandangannya jatuh pada gelas bermoti
Read more
Bab 53.
"MEMASUKI tahun 1945, posisi Jepang menghadapi Sekutu semakin tidak menguntungkan. Tanda-tanda bahwa Jepang akan kalah perang sudah mulai terlihat. Pendaratan Sekutu di Irian pada bulan April dan jatuhnya Pulau Saipan pada bulan Juli 1944 telah mengancam kedudukan Jepang di Indonesia. Maka, untuk mempertahankan diri dari Sekutu, Jepang tidak mempunyai cara lain kecuali dengan meningkatkan bantuan kekuatan dari rakyat Indonesia." Pak Benni berdiri tegap di depan kelas, menerangkan materinya sebaik mungkin dengan mengacu pada buku cetak yang tebalnya kurang lebih 5 cm di tangannya. Suasana kelas yang tercipta pun selalu hening setiap guru itu mengajar, karena predikat killer yang melekat di dirinya. Semua murid harus disiplin, fokus dengan yang beliau sampaikan, karena ketika diberi pertanyaan, semua harus bisa menjawab. Bahkan terkadang beberapa murid sampai menguap karena bosan mendengarkan ocehannya, kebanyakan mereka berpendapat bahwa cara mengajar guru itu sa
Read more
Bab 54
"NTAR pulang sekolah belajar lagi kan, Kak!" Adelia mendongakkan kepala dari mangkuk di hadapannya, diikuti juga Friska. Masih dengan mengunyah bakso di mulutnya, Adelia mendapati sosok Adrian yang tengah tersenyum miring di kursi depannya. Ya! Tadi setelah dari perpustakaan, dan mencuci muka di toilet, Adelia langsung menyusul Friska di kantin dan meninggalkan Dicky di kelas, karena cowok itu yang sibuk membaca dan dikerubungi cewek-cewek di kelas. Adelia menelan bakso yang telah ia kunyah di mulutnya, kemudian meneguk sedikit minumannya dengan sedotan. "Hah, eh-iya! Tapi kalo boleh jujur sih, sebenernya gue capek, kalo abis pulang sekolah, terus mesti ke rumah lo, belajar lagi .. Huft! Gue sendiri aja jarang belajar, terus pulangnya sore .. Hmm~ lumayan capek lah," keluhnya. Adrian menganggukan kepalanya beberapa kali, sejujurnya ia merasa kasian juga dengan Adelia, tidak tega melihat gadis itu kelelahan. "Hmm~ Yaudah
Read more
Bab 55.
DICKY menghentikan laju motornya di depan gerbang rumah Adelia. Cewek itu kemudian turun dari jok belakang dan melepas helmnya diikuti Dicky. Rambut panjang yang digerai Adelia pun terlihat sedikit berantakan, membuat Dicky tak berkedip melihat cewek itu yang mulai merapikannya hingga seperti semula. "Lo kenapa masih disini?" heran Adelia, ia pun seolah-olah berfikir sebentar. "Oh iya! Gue sampe lupa! Emang ongkosnya berapa, Pak? Dua puluh ribu cukup?" katanya seraya merogoh saku baju dan menemukan uang berwarna hijau yang terlipat menjadi 2 bagian itu. Yang ada, Dicky malah memanyunkan bibirnya dan mengalihkan pandangan nya kearah lain. Hal itu membuat Adelia pun terkekeh geli melihatnya. "Hahaha .. Kayak bebek deh lo, Dick! Manyun jelek gitu," Adelia menoyor pipi Dicky dan kembali memasukan uang itu ke dalam sakunya. Dicky meliriknya, "Abisnya sih, lo ngeselin juga ya! Emang lo kira gue tukang ojek, segala nanya ongkos
Read more
Bab 56.
GEMERCIK air terdengar dibalik sebuah pintu. Tak lama kemudian muncullah sosok dari dalam, Dicky yang bertelanjang dada dan hanya berbalut celana boxer, tengah mengusap-usap rambutnya yang basah. Memperlihatkan lekuk badan yang atletis dengan perut kotak-kotaknya. Sungguh, siapapun gadis yang melihatnya dalam keadaan seperti ini, pasti akan menganga lebar dan menahan napas.Dengan bibir yang asik bersiul, Dicky berjalan kearah cermin yang berada di satu sudut dinding kamarnya. Cowok itu menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Sedangkan di depan rumahnya, Adelia baru saja datang dengan membawa sebuah tempat makanan berbentuk lingkaran dan Renata yang membukakan pintu."Adelia? Ayo masuk," perempuan paruh baya itu menarik tangan Adelia supaya mengikutinya ke dalam rumah.Gadis itu tersenyum ramah, "Iya tante," jawabnya.Mereka berjalan masuk sampai di ruang keluarga. Hendrawa
Read more
Bab 57.
MENANGIS karena seorang cowok adalah hal paling bodoh untuk dilakukan seorang cewek. Adelia sangat sependapat dengan itu. Apalagi setelah Friska bercerita kepadanya soal gadis itu yang semalaman harus begadang karena tidak bisa tidur, karena cairan bening terus saja menetes dari pelupuk matanya mengingat Dimas-cowoknya-yang tiba-tiba saja memutuskan hubungan mereka tanpa sebab, ditambah lagi hal itu dilakukan lewat sambungan telefon. Benar-benar membuat tanda tanya besar di kepala. "Udahlah Friska, nangisin cowok tuh nggak ada gunanya tau nggak, cuma bakal nguras fikiran lo aja! Lagian, dunia ini nggak selebar daun kelor keules, cowok yang lebih baik dari Dimas itu banyak! Lo pernah berfikir nggak sih, air mata lo tuh terlalu berharga untuk dibuang cuma karena satu cowok! Duh~ please deh ya, kantung mata lo udah tebel tau sekarang, jadi kayak mata panda deh! Nih minum," Adelia berusaha memberikan nasihat kepada sahabatnya itu supaya tidak te
Read more
Bab 58.
SUDAH menjadi takdir kalau manusia diciptakan dengan berpasang-pasangan. Tak ada yang tahu, siapa yang akan menjadi jodoh kita selain Tuhan. Semua itu rahasia. Tuhan juga hanya sebatas mempertemukan, tidak mempersatukan. Namun, Adelia sempat bingung, untuk apa dua orang manusia yang sebelumnya tidak saling mengenal, itu dipertemukan jika mereka saja tidak dapat bersatu. Karena Adelia tidak mungkin merusak persahabatannya dengan Dicky hanya karena ke-egois-an-nya. Apakah mereka ditakdirkan bertemu hanya sebagai sepasang sahabat? Tak bolehkah jika lebih dari itu? Entahlah. Tapi yang pasti, Adelia masih ingat, 10 tahun yang lalu-tepatnya saat ia masih berusia 6 tahun, untuk yang pertama kalinya, ia bertemu dengan Dicky. --Flashback On-- Sore itu, matahari sudah terlihat sedikit condong kearah barat tetapi sekumpulan anak kecil terlihat masih begitu asik dan bersemangat saling mengoper bola sepak dari kaki satu ke kaki yang lain di sebuah lapang
Read more
Bab 59.
SABTU malam atau biasa juga disebut malam Minggu adalah surganya bagi para remaja. Biasanya, sebagian besar remaja akan menghabiskan waktu mereka untuk jalan-jalan bareng sama pacar-bagi yang punya-atau sekedar berkumpul bersama teman di satu tempat, nongkrong bareng sambil minum kopi, ketawa-ketiwi, dan bercanda gurau. Untuk Dicky, malam ini adalah malam minggu pertamanya di Indonesia. Setelah selesai shalat Isya, pemuda itu langsung mendudukkan pantatnya di tempat tidurnya. Tak tahu apa yang akan ia lakukan-kalau belajar rasanya kurang seru-Dicky memutar kepala kearah balkon kamarnya yang masih terbuka, dimana berhadapan langsung dengan balkon kamar Adelia."Kenapa tuh cewek jadi makin deket aja ya sama anak kelas 10 itu? Mana tadi pake acara makan bareng lagi, untung gue lagi ada disana, jadi mereka nggak berduaan deh!" gerutu Dicky. "Walaupun gue juga tau sih kalo Adel bersikap biasa-biasa aja,"Dicky menghela
Read more
Bab 60.
PANDANGAN Dicky menatap fokus ke depan, kearah dimana terdapat sebuah botol kaca. Sedangkan di tangannya, ia menggenggam sebuah benda yang berbentuk gelang. Tak lama, Dicky langsung melemparnya kearah botol itu dan .. masih meleset, belum jatuh tepat disana. Pemuda itu menghela nafas. Ia belum putus asa."Gue pasti bisa!" gumamnya sembari mengambil gelang di depannya lagi dan melemparnya kearah botol itu berdiri. Berkali-kali ia gagal dan mencoba lagi.Ya! Permainan itu! Entah apa namanya, tetapi yang pasti itu berhadiah. Setiap pengunjung yang ingin mencoba, akan dibekali benda berbentuk gelang yang berjumlah 10. Dan barangsiapa yang bisa memasukkan gelang itu kedalam botol-minimal 3 buah, maka akan mendapatkan hadiah. Deretan boneka pun terpampang manis di samping si laki-laki penjaga tenda itu, pemenang boleh memilih salah satu dan itu gratis. Karena pembayaran hanya dilakukan di awal, sebelum bermain.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status