Semua Bab The New World: Bab 131 - Bab 140
146 Bab
Chapter 131. Kau Mengenalku?
Malam hari di Dimensi Waveryn sebenarnya sangatlah indah. Bintang-bintang dan bulan bersinar lebih terang daripada di Earthkine, semilir angin sejuk dan aroma dedaunan sejuk tanpa polusi begitu menyegarkan.Dahulu, sebelum terjadi peristiwa penyerangan oleh Makhluk Gosong, para penduduk Westeria gemar mengadakan pasar malam. Mereka membuka toko, menggantung lampion-lampion dan dekorasi, juga mengadakan permainan dan pertunjukan. Kegemaran mereka itu sempat ditunda selama beberapa saat karena Makhluk Gosong, namun malam itu, pasar malam dibuka kembali, yang disambut dengan baik dan penuh sukacita.Seorang wanita berjalan menembus kerumunan sembari mengenakan jubah sutra yang memiliki tudung untuk menyembunyikan wajahnya. Rambut panjang yang menjadi ciri khasnya dikepang dengan rapi mengikuti gaya rambut penduduk setempat.“Wah, ini benar-benar ramai… Nona, apakah tidak berbahaya..?”Aeri menggandeng tangan pelayan pribadinya, Chiza, menc
Baca selengkapnya
Chapter 132. Makhluk Gosong
Aeri menunduk dalam, tak mampu mengangkat wajah. Di sampingnya, Lock sedikit membungkuk agar dapat mengamati wajah Aeri dengan lebih baik.“Kau tidak apa-apa? Wajahmu memerah.”Aeri menggeleng. “Aku hanya sedikit kepanasan.”Lock tidak mendesak Aeri lebih jauh dan duduk lebih santai dengan kedua tangan yang di rentangkan ke belakang untuk menyangga tubuh. “Benar, ini panas sekali.” katanya, setuju dengan ucapan Aeri. Ia menghirup udara dalam-dalam, berusaha membuat badannya kembali dingin.Aeri mengintip pemuda tersebut dengan sembunyi-sembunyi. “Kenapa kau berlari seperti itu?” tanyanya penasaran.Lock menatap Aeri selama sepersekian detik sebelum ekspresi teringat melintas di wajahnya. “Ah, sial. Aku lupa,” ujarnya. Ia memijit pangkal hidungnya dengan jengkel sesaat, sebelum raut wajahnya kembali datar. “Yah, apa boleh buat.”Aeri mengerjap bingung mendapat jawaban ter
Baca selengkapnya
Chapter 133. Chaotic Night (I)
Jeritan pilu penuh peringatan memecah konsentrasi Aeri, membuat gadis itu menoleh secara otomatis.. Dan ia hanya bisa membeku.“Kenapa kau selalu saja lamban?”Pada kedipan berikutnya, Aeri merasa tubuhnya diangkat pergi. Kakinya tak lagi menginjak tanah.Braak!Arak-arakan ornamen raksasa itu terjatuh menghantam tanah, membuat jarak antara dirinya dan Makhluk Gosong. Mata Aeri mengerjap perlahan memandangi apa yang terjadi di sekelilingnya saat ia, entah bagaimana, berada di sebuah atap kios.Alun-alun porak poranda. Ornamen-ornamen api yang ditinggalkan, berkobar dimana-mana, menyulut kebakaran, membuat tempat itu terang benderang, mengalahkan langit malam. Manusia berlarian dengan panik; beberapa terinjak, beberapa terkapar tak berdaya, dan jeritan teror terdengar dimana-mana.Tubuh Aeri menggigil secara otomatis saat menyadari bahwa Makhluk Gosong itu berjumlah lebih dari satu – saking banyaknya hingga tak dapa
Baca selengkapnya
Chapter 134. Chaotic Night (II)
Lock menarik Aeri untuk berdiri tegak dan melanjutkan ucapannya yang belum selesai, “Karena hanya ada aku yang ada disini.”“Hah?” Aeri berkomentar seperti orang bodoh.Lock menyeringai dan menyentil pelan dahi Aeri. “Jika kau jatuh, tidak akan ada yang menolongmu. Si gila di bawah itu juga tidak akan melakukannya.”Aeri tak segera merespon. Ia masih terpana untuk menyadari maksud pemuda itu ataupun melihat apa yang tengah terjadi di bawah. Baru setelah Chiza berdiri di sampingnya dan berkata sesuatu, Aeri melongok ke bawah.Dan ia ternganga.Aeri mengenali sosok [Yang Terpilih] lainnya – pemuda bertubuh besar berambut cepak yang selalu tak bisa duduk dengan tenang. Pemuda itu sekarang berlarian di bawah, menebas para Makhluk Gosong dengan bersemangat. Lebih tepatnya, ia..‘Dia bermain-main dengan makhluk itu..’ batin Aeri ngeri.Hiro tidak segera membakar tubuh para Makhluk Gosong
Baca selengkapnya
Chapter 135. Sergei
Tak lama kemudian, kemarahan Soren yang berapi-api mulai sedikit surut berkat campur tangan Rigan.Soren mencengkram leher Lock segera setelah Rigan keluar dari ruang makan dengan raut wajah khawatir. “Kau-lah yang mengeluarkan Suku Macan itu.” Soren berdesis dari sela-sela giginya.Genggaman tangannya menjadi lebih kencang, sehingga ia terlihat seperti hendak menghancurkan kacang kenari. Namun, ekspresi Lock masih tetap tenang. ‘Ah, aku ketahuan.’ **Sehari sebelumnya..Penjara bawah tanah Istana Westeria terasa begitu pengap dan menyesakkan. Dindingnya terbuat dari batu padat tanpa satupun jendela, membuat tempat itu berpenerangan samar dan remang-remang, dengan pantulan cahaya dari obor api. Suara tikus berdecit-decit di tiap kali kesempatan, membuat tempat itu tak hanya berbau kotoran dan darah, tetapi juga bau hewan pengerat.Berlutut di sebuah tonggak panas raksasa adalah seorang pria bertelanjang
Baca selengkapnya
Chapter 136. Alasan Menolong
Lock tak segera menjawab pertanyaan Soren. ‘Kenapa aku melakukan apa yang diinginkan bocah Ian itu?’Sebuah pertanyaan yang tak pernah dan tak ingin Lock pikirkan. Saat ia dipaksa untuk berpikir seperti saat ini, ia berjengit karena itu menjengkelkan. Jadi, sederhananya, Lock sama sekali tak pernah berpikir jauh.‘Oh, tunggu dulu. Sepertinya aku sempat berpikir bahwa suatu hari nanti aku bisa memanfaatkan suku itu,’ Lock tiba-tiba teringat dengan salah satu alasan mengapa ia memutuskan untuk membantu Sergei. Tentu saja itu alasan absurd yang hanya didasari oleh insting belaka, tetapi Lock tidak peduli. ‘Jadi, ini seperti investasi jangka panjang.’Tentu saja tidak mungkin mengatakan hal itu pada Soren. Jadi, Lock terpaksa memikirkan hal lain dan sebuah kalimat terngiang di benaknya.“Bau ini.. Lebih kuat. Orang yang mengambil Caila dariku..”Itu adalah kata-kata yang digumamkan Serge
Baca selengkapnya
Chapter 137. Di Dalam Hutan (I)
Dengan berjalan memutar, Soren dan Lock harus memasuki hutan tanpa kuda. Mereka pun harus menyeberangi sungai deras yang menjadi pembatas wilayah hutan. Soren memilih menyeberangi sungai dengan melakukan lompatan tinggi. Dia berpijak pada batu besar di sungai sekali, sebelum akhirnya mendarat di tepi hutan. Sementara itu, Lock memusatkan ‘Caera’ pada telapak kakinya untuk menyeberangi sungai dengan berlari di atas air. Triknya adalah dengan berjalan dengan cepat, tanpa memberikan tekanan berlebihan pada permukaan air.Soren berkomentar sarkastis, “Kau pikir kau ninja, ya?”Kaki Lock menginjak tanah tepat di sebelah Soren. “Kukira lebih baik daripada katak?”Soren menggumamkan sesuatu, lalu segera berlari meninggalkan Lock. Lock tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan Soren, tetapi kedengarannya seperti: ‘Harusnya aku membunuh si brengsek ini sejak awal.’Pada dasarnya, kecepatan berlari dengan menggunakan
Baca selengkapnya
Chapter 138. Di Dalam Hutan (II)
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di
Baca selengkapnya
Chapter 139. Di Dalam Hutan (III)
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Baca selengkapnya
Chapter 140. Di Dalam Hutan (IV)
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status