All Chapters of Tenggelam: Ketulusan Istri Pelaut: Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
Bab 71: Lamaran
Kedua pesan itu kuabaikan. Tak terhitung sudah rasa sakit yang mereka torehkan. Jika kuingat perlakuan dua orang itu selama ini, ingin rasanya kuejek betapa balasan perbuatan mereka sudah dibayar kontan. Bukan oleh tanganku, tetapi lewat tangan-tangan lain yang telah digerakkan Sang Maha Pencipta. Sebab aku yakin, setiap kebaikan sebesar biji sawi akan ada balasan. Pun demikian dengan keburukan.                 Saat terbesit niat untuk membalas dendam, maka kuingat janji Allah itu. Makanya jangan sampai aku mengotori lisan, tangan, dan hati ini untuk balas dendam kepada mereka hanya karena ingin melihat mereka sengsara. Sebab janji Allah atas semua perbuatan itu nyata. Maka, biarkan skenario Allah berjalan sebagaimana mestinya.                 Aku belajar dari kematian mantan ibu mertuaku. Tanpa niat mengungkit ai
Read more
Bab 72: Buka Puasa
Masjid Jami’ masih tampak lengang. Namun panitia akad nikah sudah berjajar menyambut kehadiran kami. Selain dari pihak keluarga, kepanitiaan juga melibatkan takmir masjid. Di tengah ruang utama masjid telah disiapkan meja kecil. Tamu laki-laki dan perempuan dipisah layaknya salat berjemaah. Ada sekat setinggi orang berdiri yang membagi ruang utama masjid menjadi dua bagian. Sisi kanan untuk tamu putra dan sisi kiri untuk tamu putri.                 Aku saat ini duduk dengan gusar menanti prosesi ijab Kabul, meski diapit Ibu dan Mama. Kuedarkan pandangan ke sekeliling, ada beberapa orang yang melakukan salat. Sepertinya mereka para pensiunan yang datang lebih awal untuk melangsungkan salat Jum’at. Akhirnya mereka ikut menyaksikan prosesi akad nikah yang akan segera digelar. Untungnya jumlah nasi kotak dan kue yang akan dibagikan kepada tamu seusai akad dilebihkan.     
Read more
Bab 73: Walimah
Saat azan pertama di masjid sudah terdengar, aku yang sudah punya wudu segera salat Zuhur. Lima belas menit kemudian, diriku sudah duduk di kursi rias. Meski nanti tempat walimah dikonsep syar’i, yakni tamu pria dan wanita berbeda ruang, aku tetap tidak menghendaki make up yang berlebihan. Sentuhan terakhir di pipi, blush on tipis yang kata periasnya bisa memberi kesan fresh.               “Kamu akan jadi pusat perhatian siang ini Mbak Alya, jangan lupa selalu tersenyum. Sebaik apapun riasan make up, tapi jika pengantinnya mahal senyum, maka kecantikannya tak akan terpancar.” Perias yang sudah melalangbuana mendandani pengantin selama dua puluh tahun itu mengangkat kedua sudut bibirnya. Memberiku contoh langsung bagaimana cara tersenyum yang baik.              
Read more
Bab 74: Penggoda
“Selamat ya, Alya. Kamu sudah berhasil menaklukkan hati mantan suamiku. Gercep juga ya kamu itu. Belum setengah tahun menjanda sudah menikah aja.” Jasmin belum juga melepaskan salamannya. “Sepertinya aku perlu belajar banyak hal darimu. Bahkan berbagi suami sepertinya seru. Kan Papanya Bilqist tajir, pasti mampu menghidupi dua istri,” lanjutnya. Baru setelah itu dia melepaskan tanganku. Matanya melirik genit. Bibirnya tersungging menunjukkan kelicikan.               Kini giliran Nely, tamu tak diundang ini berada di depanku. Apa yang bakal diucapkannya? Aku tak akan mengucapkan selamat padamu, Al. Sekarang siapa yang lebih tepat dapat julukan rondo gatel? Aku atau kamu? Enggak lama cerai sudah kawin lagi. Dasar gatel! Siap-siap saja menjanda lagi. Jasmin akan kuajari caranya.” Nely tertawa lirih. Dia  terlihat puas sekali mengancamku di hari b
Read more
Bab 75: Kapal Siar Menanti
Aku tak tahu kalimat yang barusan diucapkan Jasmin itu serius atau hanya guyonan. Kalaupun itu sekadar candaan, rasanya tetap tak pantas dilakukan. Segera kubalikkan badan dan menghampiri Mas Akmal. “Gimana Mas, buka puasanya? Mantab enggak?” Kuucapkan kalimat itu dengan raut semringah. Jasmin yang masih berdiri di samping Mas Akmal terlihat berpikir mencerna omonganku barusan.               “Mantab banget, Yang. Tar malem kita lanjut lagi. Sekarang isi amunisi dulu. Gemetar ini. Belum sehari dah tiga ronde.” Mas Akmal bicara lurus menatapku, tanpa memperhatikan Jasmin sama sekali. Seolah wanita yang berkemeja kotak-kotak dengan rambut sepunggung terurai itu tak ada di sampingnya.                Kuamati wajah mamanya Bilqist itu. Setelah mendengar jawababn dari Mas Akmal, barulah dia p
Read more
Bab 76: Mengganti Memori
“Kamu itu mau bulan madu atau apa, Mal? Kok pake nawari kami ikut segala?” Papa memperjelas maksud Mas Akmal. Mungkin karena melihat respon istrinya yang langsung memalingkan muka.               Dari sini pun aku bisa megambil hikmah. Saat kita diam mengalah, justru hati suami mulai terketuk untuk membuka diri atas apa yang kita inginkan. Coba jika tadi Mama langsung besikap frontal, mendebat apa yang Papa nasihatkan. Mungkin ego Papa sebagai pemimpin merasa tak dihargai. Malah mungkin akan diambil keputusan dengan tegas. “Enggak boleh ikut. Titik.” Ini namanya seni mengalah untuk menang. Duh … salut aku sama Mama. “Bulan madu, Pa. Tapi kami ‘kan tak boleh egois. Aku dan Alya sama-sama punya anak sebelumnya. Apalagi anaknya Alya masih kecil-kecil. Kami memang berkomitmen untuk selalu melibatkan anak-anak saat kami bepergian selama itu
Read more
Bab 77: Work on Cruise Ship
Undangan pernikahan Alya dan Akmal dikirim Lek Titik lewat aplikasi pesan. Ada perasaan tak percaya Alya begitu cepat menerima laki-laki lain dalam hidupnya. Kupikir, saat aku mengucapkan talak kepada Nely di hadapan semua orang dan dia juga menyaksikannya, itu bisa menjadi jalan bagi kami kembali bersatu.              Nyatanya wanita yang dulu kunikahi secara sederhana itu move on begitu cepat. Padahal dia selama ini perempuan yang kalem. Tidak agresif. Namun keputusannya menikah lagi dalam waktu dekat benar-benar membuat mataku terbelalak. Apakah ini hanya pelariannya?              Pagi ini, nama yang ditulis ibuku dalam lembaran kertas di akhir hidupnya itu telah melangsungkan akad nikah. Maafkan anakmu ini Ibu, tak bisa menjalankan amanat terakhirmu.           &nbs
Read more
Bab 78: Terhenyak
“Kamu sudah bangun?” Dengan entengnya dia bertanya. Seperti tak ada rasa kaget sama sekali.              “Apa yang terjadi semalam?” Tanpa melihatnya, kulontarkan tanya.               “Kamu mabuk. Sepertinya kamu enggak pernah minum ya sebelumnya? Jadi minum sedikit saja sudah membuatmu sempoyongan.”               “Trus?” tanyaku tak sabar mengetahui apa yang terjadi setelahnya.              “Kebetulan shiftku jaga bar sudah selesai. Kamu kubantu ke kamar.”              “Gimana kamu tahu ini kamarku?”   &n
Read more
Bab 79: Gigitan Lebah
Jam dinding di restoran hotel menunjukkan pukul 07.25 WIB. Namun matahari pagi belum menampakkan sinarnya. Hampir semua tamu yang bermalam di sini sudah menikmati sarapan. Bahkan sebagian dari mereka telah menandaskan isi piringnya. Yang tersisa tinggal menghabiskan minuman hangat yang ada di cangkir-cangkir warna putih tulang itu.               Sementara itu, Akmal dan Alya baru melangkah menuju meja hidangan. Mereka tak sadar ada dua pasang mata yang terus mengikuti gerak-geriknya.               “Enggak usah diliatin terus, kali! Tar mereka tambah belagu lagi!” Nely mencoba mengingatkan teman satu mejanya. “Aku sepertinya enggak bisa deh jalanin idemu, Nel. Rasanya kayak wanita murahan. Bukan aku banget!” Jasmin seketika meletakkan garpu dan sendoknya. Nafsu
Read more
Bab 80: Wellcome to Marina Bay Cruise Center
Alya dan Akmal kini dalam perjalanan menuju Bandara Juanda. Jadwal penerbangan yang dipilih pukul 10.05-11.40 WIB. Sebelum keluar dari mobil, Akmal mengecup kening istrinya itu lembut. Alya kian membenamkan wajahnya seolah enggan berpisah. Kali ini Akmal yang bisa mengotrol diri. “Sudah ya …, Sayang. Aku pergi sebentar saja kok.” Tepat pukul 09.05 mereka sudah berada di ruang tunggu. Bandara ini aktivitas penerbangan internasionalnya cukup ramai, bahkan termasuk tersibuk kedua setelah bandara Soekarno Hatta. “Kamu sebenarnya enggak perlu anter aku sampe sini. ‘Kan bisa naik taksi online tadi. Tar kamu capek.” Akmal menggenggam tangan Alya erat. Mereka duduk di salah satu deretan kursi tunggu.               “Enggak apa-apa, Mas. Selagi aku ada waktu.” Alya memberikan senyum terman
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status