All Chapters of Kebangkitan Sang Naga Emas: Chapter 111 - Chapter 120
217 Chapters
Episode 111. Tempat pengungsian
Recca berjalan dengan kesal. Mereka bertiga pulang paling akhir dari kelas botani karena kegagalan kedua pangeran yang tidak bisa membedakan tanaman yang seharusnya dimasukkan untuk bahan ramuan."Pokoknya aku tidak mau gagal gara-gara kalian," gerutu Recca.Rainsword berjalan santai menanggapi Recca yang sudah merah padam karena kesal."Tenang saja, kami akan berusaha," jawab Rainsword."Aku tidak mengerti memangnya apa yang salah jahe dengan ginseng terlihat sama bagiku," sambung Yuasa yang benar-benar polos tidak bisa membedakan tanaman herbal."Benar, mereka cerewet sekali serai dan alang-alang juga terlihat mirip," imbuh Rainsword yang sama parahnya dengan Yuasa dalam mengidentifikasi tanaman herbal.Recca menatap kedua temannya satu persatu lalu menghela napas panjang berusaha menenangkan diri supaya tidak meledak kemarahannya. "Sabar, Recca, sabar," batin Recca.Mereka berdua adalah pangeran yang harus dijaga keselamatannya dan dia juga harus bersikap sopan. Meskipun jika hany
Read more
Episode 112. Ular Berkepala Sembilan
Rainsword masuk ke dalam rumah pengungsian. Dia mengira akan berdesakan dengan pengungsi lain, tetapi kenyataanya dia mendapatkan satu rumah utuh dan hanya ada mereka berenam di rumah itu. Masih merasa canggung dengan teman pengungsinya, Rainsword mulai tidak nyaman duduk di ruang tamu."Lebih baik Pangeran Rainsword beristirahat, mari saya antarkan ke kamar Anda." Pria kekar yang belum dikenal Rainsword memecah kesunyian dan menawarkan diri mengantarkan Rainsword ke kamarnya. Tanpa menjawab dengan kata-kata, Rainsword langsung mengangguk dan berdiri mengikuti pria tersebut."Pangeran jangan takut, kami disini hanya akan membantu Anda memanggil makhluk penjaga atau spirit khusus yang mengikuti Pangeran. Seperti semua penjaga, mereka memiliki spirit khusus. Tuan Agni misalnya dia memiliki Phoenix," ucap pria yang mengantarkan Rainsword sampai kamarnya."Jadi makhluk apa yang ku miliki?" tanya Rainsword penasaran."Maaf, saya juga tidak tahu, dia berada dalam diri Pangeran," jawab pria
Read more
Episode 113. Menaklukkan Ular Berkepala Sembilan (1)
Rainsword kembali mendapatkan mimpi buruk yang lebih buruk, mimpi yang menjadi kenyataan. Bukan hanya mengejar tapi ular berkepala sembilan ini benar-benar menyerangnya. Kepala-kepala ular itu terbuka dan air di sekitarnya mulai berbuih kemudian terjangan air yang keras menyeret Rainsword hingga beberapa meter.“Bagaimana ini?!” Takut, cemas, dan bingung, keadaan Rainsword saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Dia berusaha menahan serangan dengan memanipulasi air untuk membuat pelindung. Namun, kekuatan airnya tidak cukup kuat sehingga dia terpental dan menabrak batu karang. “Apa hanya seperti itu kemampuanmu!” Suara makhluk di depannya bergema dalam benak Rainsword.Rainsword berusaha bangkit kembali, dia merasa harus ke permukaan untuk mengambil oksigen. Namun, ternyata dia merasakan sesuatu yang berbeda, dia bisa bernapas dalam air. “Bagaimana mungkin?!” Rainsword meraba bagian kepala dan lehernya, mencari sesuatu yang menyerupai insang. Kenapa dirinya bisa baik-baik saj
Read more
Episode 114. Menaklukkan Ular Berkepala Sembilan (2)
Rainsword mundur beberapa langkah, dia kebingungan. Menyerang dengan elemen air ternyata tidak berhasil melumpuhkan musuhnya yang merupakan elemen air juga.“Andai saja aku punya pedang,” pikir Rainsword. Dia teringat dengan pedang peraknya yang ada di kamar, sedikit ada rasa sesal di hatinya kenapa tidak membawa pedang itu bersamanya. Akan tetapi dia berpikir lagi, percuma juga dibawa karena saat latihan di aula dia juga tidak membawa apapun.Rainsword menarik air yang ada di lautan lalu memadatkannya, membentuk menjadi sebuah pedang es. “Semoga saja ini cukup tajam,” gumamnya mencoba pedangnya. Dia melompat dan menyerang sang ular.“Bwahahaha!” tawa sang ular menggema. Dia hanya merasa seperti ditusuk dengan lidi. Pedang Rainsword tidak cukup tajam menggores sisik tebal ular berkepala sembilan itu.Salah satu kepala ular tersebut menyerang dengan mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya dan baju yang terkena cairan itu terkoyak, Rainsword juga merasakan panas pada kulitnya.“Apa ini
Read more
Episode 115. Nama untuk Penjaga
Rainsword terbangun lalu meraba tubuhnya, melihat apakah masih utuh atau tidak. Dia kemudian memijit pelipis kepalanya yang terasa pusing. “Apa semua itu mimpi? Mimpi yang benar-benar nyata.”Seketika mata Rainsword terbelalak melihat sebuah simbol ular berkepala sembilan di punggung tangannya.“Apa ini?!” Dia menggosok gambar itu tapi tidak juga hilang. “Apa ini semacam tato, siapa yang usil mengerjaiku,” pikir Rainsword. Pemuda berambut keperakan pendek itu bangun dan menuju ke kamar mandi guna menghapus coretan di tangannya. Saat gambar ular berkepala sembilan itu terkena air bukan semakin menghilang justru bersinar. Warna yang awalnya hitam berubah menjadi biru laut.
Read more
Episode 116. Luka Lama (1)
Kembali ke Kerajaan Cahaya, Raja Yuichi merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya. Telapak tangan yang menghitam semakin menjalar hingga mencapai lengannya. Tiba-tiba dia terjatuh saat berjalan mendekati meja kerjanya. "Yang Mulia!" seru seorang pengawal yang melihat Raja Yuichi terjatuh di dekat meja kerjanya. Pengawal itu membawa sang raja beristirahat di sebuah kursi panjang yang ada di ruangan itu. "Saya panggilkan tabib," ucap pengawal yang terlihat cemas melihat rajanya sakit. Tanpa kata, Raja Yuichi hanya mengangguk saja. Dia menyandarkan kepalanya pada lengan kursi panjang dan meluruskan kedua kakinya. "Blood moon, kegelapan dalam diriku mulai bangkit," batin Raja Yuichi. Dia hanya tersenyum kecut menyadari kenyataan yang jauh dari keinginannya. "Yang Mulia!" Suara nyaring yang sangat merdu terdengar. Meskipun tidak melihat, sang raja tersenyum. "Aku baik-baik saja, sepertinya hanya terlalu lelah," balas Raja Yuichi perlahan melihat wajah cantik yang saat ini melihat
Read more
Episode 117. Luka Lama (2)
Permaisuri Sawatari bersama dengan seorang jenderal memeriksa sebuah ruang bawah tanah. Tempat yang jarang dikunjungi maupun dihuni karena pada masa pemerintahan Raja Yuichi dia sangat jarang menghukum dengan memenjarakan mereka. Cara memerintah yang halus membuat rakyat tidak melakukan banyak tindakan kriminal. Meskipun terlihat tenang bukan berarti tanpa masalah. Beberapa orang yang menduduki jabatan di pemerintahan berusaha menyingkirkannya.“Sepertinya hanya ruangan ini yang berada di bawah tanah tanpa ada celah keluar,” terang Jenderal yang menemani Permaisuri Sawatari.“Terima kasih,” ucap sang permaisuri dan pria itu membiarkan wanita cantik dan anggun itu melihat-lihat ruangan pengap dan lembab yang dikunjunginya sambil bertanya-tanya untuk apa ruang bawah tanah ini.“Saya bisa keluar sendiri, Jenderal bisa melanjutkan tugas kembali dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” ucap Permaisuri Sawatari dengan sopan, tidak bermaksud mengusir.“Baik, Permaisuri,
Read more
Episode 118. Mata Keemasan
Rafael tidak mau melakukan penyegelan, tetapi jika dia tidak melakukannya saat ini semua akan terlambat. Darah dalam diri kakaknya ternyata mengalir darah bangsa kristal hitam juga. “Pantas saja selalu janggal, dia kristal cahaya, tetapi bisa bersama dengan kami yang merupakan kristal hitam.” Rafael mengganti simbol pada lingkaran sihir yang dia buat. Segel berbeda memerlukan kecocokan simbol yang berbeda pula.“Sepertinya bukan yang itu,” ucap Raja Yuichi mengoreksi satu simbol yang menurutnya kurang tepat. Rafael mengangguk dan mengganti simbolnya.“Bagaimana dengan Yuan?” tanya Rafael.“Dia akan baik-baik saja bersama Erina. Selama dirinya jauh dariku,” jawab Raja Yuichi dengan senyuman tipis yang terasa perih. Ayah mana yang ingin berpisah dengan anaknya. Jika bukan karena keadaan mana mungkin dia melakukan hal itu.“Apa dia benar-benar seperti Yui?” imbuh Permaisuri Sawatari yang duduk di dekat suaminya.“Ya, sangat mirip. Perbedaan mereka hanya warna mata dan rambut saja. Mata
Read more
Episode 119 Kunang-Kunang
Agni membawa Pangeran Yuasa ke sebuah tempat yang dikenalnya sebagai tempat pemeliharaan hewan tunggangan. Dia sering ke tempat ini untuk belajar menunggang. “Kenapa ke sini?” tanya Pangeran Yuasa.Agni tersenyum kemudian membuat api dengan kekuatannya, api itu kemudian dilemparkan ke atas. Lemparan api itu langsung menghilang, namun menampilkan semacam barrier yang melindungi tempat ini.“Di sini terdapat tujuh barrier yang melindungi seluruh wilayahnya, serangan dari luar tidak akan bisa masuk dengan mudah. Seperti saat kejadian waktu itu, semua anak panah tidak bisa menembus barier ini tetapi kelemahannya sama seperti kelemahan pertahanan akademi. Barrier hanya melindungi serangan dari luar, jika yang berada di dalam keluar atas keinginan sendiri maka dia tidak lagi mendapatkan perlindungan.” Agni menjelaskan sistem pertahanan akademi dan keadaan saat ini. “Ada manusia dan half human, bagaimana kalau mereka bertemu!” seru Pangeran Yuasa yang mengetahui keduanya berada di tempat y
Read more
Episode 120. Blood Moon (1)
Rosaline menemui Pangeran Yuasa yang sedang berusaha melepaskan rantai di kakinya.“Pangeran,” panggil Rosaline hingga pemuda itu menoleh dan melihat Rosaline dengan wajah senang.“Syukurlah, bisakah kau lepaskan rantai ini?” pinta Pangeran Yuasa.“Maaf, Pangeran, tetapi Tuan Agni memerintahkanku untuk menjaga Pangeran tetap di sini, lagi pula tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Rosaline yang duduk di bawah pohon.“Apa di luar terkendali?” tanya Pangeran Yuasa yang mulai melepaskan rantai dari tangannya, dia mendekat ke arah Rosaline dan duduk di sebelahnya.“Ya, terkendali. Kunang-kunangnya juga sudah pergi entah ke mana, mungkin mereka sudah terbang ke tempat lain,” sahut Rosaline.“Syukurlah kalau sudah pergi, aku khawatir dengan kunang-kunang tadi, makhluk itu memiliki aura dunia bawah yang gelap,” balas Pangeran Yuasa, dia merasa lega ternyata yang dikhawatirkannya tidak terjadi.“Sebentar lagi bulan penuh,” ucap Rosaline memandang bulan yang mendekati bulat sempurna. Bula
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status