All Chapters of Bukan Pilihan: Chapter 91 - Chapter 100
149 Chapters
Chapter 91 : Berbicaralah
    Atmosfer dalam mobil begitu menyesakkan. Jack sudah menyetel pendingin sampai suhu terendah tapi masih saja berkeringat. Diliriknya Diana yang begitu tenang. Jack menghela nafas untuk kesekian kalinya.    'Adik Kecil, aku akan melindungimu,' batin Jack.    Ketegangan bertambah ketika mobil meluncur ke basement. Jack dan Diana berjalan beriringan menuju lift. Tidak satu suara pun tercetus saat lift menuju lantai tigapuluh.    Diana bergegas keluar saat pintu lift terbuka. Matanya menyapu sekeliling. Di mana Alex? Jack mengikuti di belakang Diana dengan waspada. Tanda-tanda pengrusakan bertebaran di seluruh penthouse.    "Alex?" Diana menangkap sesosok lelaki yang duduk di tempat tidur dalam keremangan. Tirai jendela tertutup dan tidak ada lampu menyala.    Terdengar suara nafas tertahan.    Jack mengawasi.    "Kubilang bawa dia pergi." Suara Alex begitu dingin
Read more
Chapter 92 : Rekonsiliasi
    Usai melampiaskan rasa frustasi Alex kembali ke kamar. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keberadaan Diana. Entah akan menjadi hal baik atau buruk. Satu hal yang ingin dipastikan, ke mana langkah berikutnya menuju.    Mata mereka bertatapan saat Alex menuju kamar mandi. Diana berpikir apa yang harus mereka bicarakan nanti. Saat Diana masih sibuk dengan pikirannya Alex telah selesai mandi.    "Kamu sempat tidur?" tanya Diana.    Alex tidak menjawab.    Diana memperhatikan Alex berpakaian.    "Aku membuatmu takut?" Alex duduk di tepi tempat tidur.    "Sedikit." Diana tersenyum tipis.    "Sebaiknya begitu," desah Alex.    Hati Diana terasa perih. Perasaan Alex mengalir bebas ke dalam dirinya, bercampur dengan perasaannya sendiri. Diana menggigit bibir.    "Jack menyebutku binatang bukan tanpa alasan, Princess...."
Read more
Chapter 93 : Energi Yang Tertimbun
    ''Apakah aku egois?' batin Diana. Jarinya menelusuri garis wajah lelaki yang masih terlelap di sisinya. Bibirnya mencium dahi Alex dengan lembut.    Tidak terasa hubungan mereka sudah terjalin selama hampir empat bulan. Masih segar dalam ingatan seperti apa perjumpaan pertama mereka. Diana tersenyum mengingat bahwa dulu hatinya langsung terpikat pada sosok Alex yang liar dan bertindak semaunya. Lelaki yang tampak keras namun berhati lembut.    Diana tidak tahu Alex sudah terbangun. Dia pura-pura tidur untuk menikmati kenangan yang melintas dalam pikiran Diana. Pikiran sang kekasih membuatnya merasa berharga dan dicintai. Alex juga mengenang perjumpaan pertama mereka. Dulu dia sempat terheran karena timbul keinginan untuk melindungi wanita mungil yang belum dikenalnya sama sekali.    "Pura-pura tidur ya?" cetus Diana.    "Hmm? Aku tidur kok."    "Ya sudah, tidur yang nyenyak. Aku mau--"
Read more
Chapter 94 : Kesepakatan
    Jack memperhatikan Alex dan Diana. Alex yang merasa diperhatikan balas memandangi Jack. Sementara Diana berusaha mengabaikan aura pertentangan di antara kedua lelaki itu. Dia terlalu lelah untuk menebak apa yang sedang terjadi.    "Apa? Kau ada masalah denganku?" tantang Alex.    "Huh, cuma Diana yang bisa menjinakkan binatang liar sepertimu," cetus Jack.    "Benar sekali, cuma dia yang bisa." Alex mengecup dahi Diana lembut.    Diana tidak berkomentar apa pun. Dia sibuk menikmati makanan.    "Kemarin wajahmu seperti mau membunuh orang. Sekarang berubah seperti anak kucing yang manja," ledek Jack.    "Anak kucing ini masih bisa melemparmu ke lantai terbawah." Alex menyeringai.    Jack tertawa. Dalam hati dia bersyukur karena Alex sudah terlihat normal. Jika tidak dia harus mempertaruhkan nyawa untuk melindungi Diana yang sudah dia anggap sebagai adik kecilnya
Read more
Chapter 95 : Persiapan
    "Kamu butuh gaun putih yang sederhana," ujar Alex. "Pilih yang mudah dilepas...," bisiknya kemudian.    "Pikiranmu." Diana tertawa geli.    "Aku serius, Princess... Aku tidak mau menghabiskan waktu terlalu banyak untuk membantumu keluar dari gaun yang rumit."    Diana terkikik geli saat Alex menciumi lehernya. Lelaki ini tidak peduli meskipun mereka sedang berada di dalam butik.    Setelah mencoba lusinan gaun akhirnya Alex menyetujui sebuah gaun yang sederhana tapi terlihat cantik di tubuh Diana. Gaun itu bermodel backless, memamerkan punggung dengan cara yang seksi. Bagian depan hanya ditunjang oleh tali kecil yang diikat ke leher. Bahan paduan sutra dan sifon dengan taburan kristal swarovski membuatnya terlihat berkilau di bawah cahaya.    Alex menatap dari ujung rambut hingga ujung kaki. Baginya Diana terlihat bagai bidadari yang turun dari langit. Alex mengamati gaun yang dipakai Diana
Read more
Chapter 96 : Pernikahan
    Sore ini laut terlihat tenang. Ombak kecil berkejaran menuju pasir. Diana senang merasakan percikan air laut di jari kakinya. Jaket hitam Alex tersampir di bahunya.    "Entah kenapa aku senang sekali suasana di pantai," desah Diana.    "Kalau mau kemari bilang saja, pasti kutemani." Alex mengecup pipi Diana.    "Hmmm...."    "Aku sudah menemukan tempat yang cocok untuk bulan madu."    "Oh ya? Di mana?" tanya Diana dengan antusias.    "Labuan Bajo. Pantainya jauh lebih indah dari ini."    "Kamu selalu memberi kejutan." Diana tersenyum lebar.    "Apa saja akan kuberikan untukmu." Alex memberikan kecupan ringan di bibir.    "Aku belum pernah ke Labuan Bajo... Kalau ke Bali pernah."    "Aku yakin kamu akan menyukainya. Kita menginap tiga malam. Kalau kamu ingin lebih lama kita tinggal perpanjang liburan."    "Tidak sangka
Read more
Chapter 97 : Bulan Madu
    Pemandangan dari jendela pesawat  menampakkan lautan biru yang luas di balik awan putih berarak. Indah sekali! Pulau besar dan kecil bagaikan permata hijau bertebaran di laut. Alex merasakan antusiasme Diana dari genggaman tangannya.    Beberapa menit kemudian pesawat mendarat dengan lembut di Bandara Komodo. Penumpang bergerak turun. Mereka mengambil bagasi dan naik mobil carteran menuju hotel. Diana menikmati hembusan angin yang nyaris tanpa polusi. Suasananya jauh berbeda dengan kota asal mereka. Pepohonan tampak rindang tak tersentuh.    Mobil masuk ke halaman sebuah hotel bergaya modern. Alex harus menarik Diana yang tertakjub melihat pemandangan pantai yang terbentang tepat di depan hotel. Proses check in berjalan tanpa hambatan.    Begitu berada di dalam kamar Diana langsung menjatuhkan diri ke kasur yang empuk. Perjalanan selama tiga jam membuatnya lelah. Alex meletakkan koper mereka di depan lemari. Dia membuka je
Read more
Chapter 98 : Pengantin Baru
    "Kita video call Mama ya?" pinta Diana. Mereka sudah kembali berada di penthouse.    "Oke." Alex duduk berdampingan.    Diana menghubungi nomor Mikaela. Hatinya berdebar membayangkan apa reaksi Mikaela saat tahu dirinya telah menikah.    "Diana, apa kabarmu, Nak? Kamu baik? Sehat?"    "Kami baik, Ma." Diana tersenyum lebar.    Mikaela terdiam sesaat. Matanya mengamati wajah-wajah bahagia yang ada di layar handphone.    "Ma, kami sudah meresmikan hubungan."    Mikaela mendekap mulut, "Oh, selamat Anakku. Sayang sekali Mama tidak menghadirinya. Kalian baru pulang bulan madu?"    "Iya." Diana melirik Alex malu-malu.    "Aku punya satu anak lelaki lagi sekarang. Selamat ya Alex. Aku percaya kamu menjaga Diana dengan baik."    "Iya, aku akan melindunginya seumur hidup." Alex mengecup dahi Diana.    "K
Read more
Chapter 99 : Wanita Penipu
    "Huh, kupikir kalian tidak akan datang!" Jack mengomel.    "Kami sudah di sini kan? Masih perlu kau menggerutu seperti lelaki tua?" Alex mengawasi monitor CCTV. Semuanya terlihat baik.    "Terima kasih, Jack, sudah mengurus semua dengan baik." Diana tersenyum.    "Tidak ada masalah selama kami pergi?" tanya Alex.    Jack melirik Diana lalu berkata dengan enggan, "Aman. Hanya saja masalah selalu mengikuti kemana pun dia pergi."     "Siapa? Alex?" Mata Diana membulat.    Alex menoleh dengan malas. Melihat Diana rasanya ingin segera pulang dan bermesraan kembali.    "Vorst," panggil Jack sambil memberi kode supaya mendekat.    "Apa? Katakan saja."    Jack melirik Diana lalu memberi kode keras lagi kepada Alex.    Alex menghela nafas, "Ada apa?"    Jack menarik jaket Alex dengan tidak sabar, "Ad
Read more
Chapter 100 : Manager Baru
    "Aku seperti melupakan sesuatu," ujar Alex.    "Apa?" Diana mengernyit. "Tentang pekerjaan?"    "Itu masalahnya, aku tidak ingat."    "Tanda-tanda penuaan mulai terlihat pada dirimu, Vorst," kata Jack sambil membalik pancake dengan melemparnya ke atas. Pancake itu mendarat dengan mulus di tengah panci.    "Semoga panci itu jatuh mengenai kakimu," tukas Alex kesal.    "Hei! Mulutmu kotor sekali!"    "Masalah?"    "Sial, kupikir menikah bisa membuatmu.lebih lembut, ternyata sama saja," Jack mengomel panjang lebar.    "Sebelum ngomong ngaca dulu."    Panci pun melayang ke arah Alex. Refleks Diana menunduk sambil memegangi kepala, takut jadi sasaran nyasar. Ternyata tangan Alex lebih cepat. Dia menangkap gagang panci sebelum menyentuh apa pun.    "Bosan hidup rupamya," geram Alex.    "Kau yang bosan hidup! Lanjutkan di at
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status