Semua Bab Money And The Power: Bab 141 - Bab 150
316 Bab
142. Exjen Vosaihe (Dua)
Jin Moures sudah tiba di rumahnya setelah ia bercengkrama sedikit dengan Son. Di ruang utama yang ia lewati, seorang pria paruh baya yang mengenakan kemeja putih sedang menunggunya. Pria tampan yang dewasa. "Bagaimana?"  "Ayah, Son belum membutuhkan bantuan kita," ucap Jin. "Negara mana yang harus kita kunjungi? Itali, Jepang, Rusia atau New York?"              Siapa lagi pria itu kalau bukan Serchan Moures. Bangsawan di Inggris. Hubungan persahabatn antara Serchan dengan Naura, membuat Serchan tidak sampai hati membiarkan permasalahan tentang HG Group melebar sampai ke setiap sudut dunia. "Hm... Kita tidak akan pergi. Kita akan di sini karena..." Jin terdiam. "Bicara terus terang. Aku lelah," ucap Serchan. "Karena kita harus berurusan dengan keluarga Exjen Vosaihe!"             Serchan mendelik. "Exjen Vosaihe? Kenapa?" tanya Serchan. "Karena
Baca selengkapnya
142. Exjen Vosaihe (Tiga)
Sejak pertemuan pertamanya dengan Meysha, hubungan Kiana dan Meysha semakin dekat. Bahkan tanpa disengaja setelah lulus dan masuk SMA, mereka satu sekolah, juga satu kelas.         Kejadian janggal setelah pertengahan semester. Meysha memang pendiam dan Kiana tidak jauh berbeda. "Kia, apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Meysha."Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ..." Kiana yang sedang minum sampai tersedak."Kiana, kau kenapa?" pekik Mesyha sembari menepuk punggung Kiana. "Apa yang kau tanyakan tadi? Cinta?" tanya Kiana.          Wajah Meysha tampak merona. Ia memalingkan pandangannya ke arah lain seperti sedang menahan malu."Meysha, apa kau sedang jatuh cinta?" tanya Kiana.         Meysha mengangguk. "Ak--aku dekat dengannya sebelum kenal denganmu," jelas Meysha. "Tap--tapi dia baik. Sungguh!" imbuhnya untuk meyakinkan Kiana."Kau bahagia?" t
Baca selengkapnya
143. Exjen Vosaihe (Empat)
                 Rahasia yang Meysha ketahui ialah adegan pembunuhan yang dilakukan oleh Tuan Den dari GE Group, Nick dari HG Group, Ben dari Dena Group, dan Tuan Dogam dari JK Group. Meysha tidak sengaja melihat mereka menghabisi bawahan Delice yang sedang mengirim sejumlah uang dengan nominal yang tidak sedikit. Uang untuk transaksi ilegal. Dan semua uang itu diambil alih oleh mereka.                Mengetahui rahasia orang lain adalah sebuah kesialan. Meysha hanya bisa lari dari kejaran mereka. Sayangnya, Tuan Den tidak bisa membiarkannya begitu saja. Ia yang mengurus untuk membuat Meysha bungkam.                               Meysha bungkam. Sedikitpun kal
Baca selengkapnya
144. Exjen Vosaihe (Lima)
 “Ibu, Ayah! Di mana Meysha?” pekik Rai.                Nyonya Exjen yang baru saja membeli buah-buahan lengkap, langsung menjatuhkannya. Ia berlari untuk melihat ruangan putrinya yang sudah kosong. Jantungnya terasa berhenti berdetak.Plak!Plak!Plak!                Nyonya Exjen menunjukkan amarah untuk pertama kalinya kepada para bodyguard yang mudah dibodohi oleh gadis yang sedang sakit. Ingin rasanya memaki tapi kalimat itu tertelan lagi. Lidahnya menjadi kelu dan satu katapun tidak keluar dari mulutnya.“Cepat cari. Tidak mungkin dia pergi jauh dari sini,” perintah Rai.                Tuan Exjen bekerjasama dengan Zaila untuk menemukan posisi Meysha. Sayangnya, Meysha
Baca selengkapnya
145. Exjen Vosaihe (Enam)
Deg!"Akh" pekik Kiana.           Guru yang sedang mengajar langsung terkejut mendengar suara rintihan dari mulut Kiana. Ia juga tidak tahu kenapa dadanya terasa sakit, sesak. Seperti tercabik-cabik dan tertusuk sesuatu.'Kenapa aku sulit bernapas?' batin Kiana.            Semua murid menoleh. Melihat Kiana yang pucat, guru meletakkan buku yang sedang beliau jelaskan materinya. "Kiana, apa kau sedang sakit?" tanya guru tersebut. "Bantu Ibu bawa Kiana ke UKS," pintanya pada murid yang ada di kelas tersebut.              Setelah sampai di tempat istirahat, minum obat, rasa sakit itu tidak kunjung berkurang. Malah rasanya semakin dalam. Ia tidak tahu sebuah firasat atau ia kelelahan karena mencari Meysha selama berhari-hari. Bahkan Kiana juga lupa kapan terakhir kali ia tidur."Apa aku kelelahan? Kalau aku tidur sebentar, apa sakitnya
Baca selengkapnya
146. Exjen Vosaihe (Tujuh)
Kiana membutuhkan ketenangan. Ia sampai di rumah duka tapi Meysha sudah dikuburkan. Kiana akhirnya melihat dari kejauhan. Menunggu semua orang pergi, lalu ia mendekati tanah merah yang bertaburan bunga dan tertulis nama Meysha."Hiks … Hiks … Hiks … Mey!" gumam Kiana.           Kiana didampingi oleh Naura. Kiana sangat kacau. Ia terus saja menangis membuat Ken juga harus turun tangan. Sayangnya, Delice, Naura, Ken, bahkan saudaranya yang lain, tidak dapat menenangkan Kiana dengan baik."Sayang, ini sudah hampir pagi. Ayo kita pulang." Naura mendampingi Kiana yang tidak beranjak dari matahari terik, matahari tenggelam dan sampai sekarang matahari sudah terbit."Ibu pulang dulu saja. Aku masih mau di sini sebentar lagi," gumam Kiana."Kiana sayang, dengarkan Ibu! Duniamu tidak akan berakhir. Ibu pasti akan membuat orang yang membuat kesayangan Ibu menjadi seperti ini, mendapatkan hukumannya!"&
Baca selengkapnya
147. Exjen Vosaihe (Delapan)
Senyum terukir dari bibirnya. Namun, derai airmata membasahi pipinya. Tidak henti-hentinya isak tangis itu Son luapkan bersama rasa rindunya."Siapa? Siapa yang mengganti bunga untukmu setiap hari? Maaf! Aku terlalu pengecut dan tidak menerima kenyataan hingga aku baru datang sekarang," gumam Son.         Son memeluk erat makam Meysha. Ia meluapkan segala rindunya. Ia tidak pernah datang. Sekalipun tidak pernah. Sore ini, untuk pertama kalinya dia datang menemui Meysha ditempat istirahat terakhirnya."Aku berharap berita kematianmu adalah mimpi buruk. Sayangnya, berapa lama waktu yang aku biarkan berlalu tanpamu, tidak membuatku terbangun dari mimpi itu."         Son menangis seorang diri. Seolah-olah Meysha sedang ada di depan matanya. Son ingin sekali memeluknya. Ia yang menolak kenyataan sampai hampir gila, mengutuk dirinya sendiri yang sudah menjadi pengecut."Sayang, apa kau meninggalkanku de
Baca selengkapnya
148. Exjen Vosaihe (Selesai)
                 Keluarga Exjen Vosaihe, memiliki kebijakan tersendiri. Amarah tidak akan bisa membuat Meysha hidup kembali. Akan tetapi, bukan berarti mereka melupakan kejadian itu. Peristiwa yang sudah menewaskan keturunannya.                Keluarga Exjen menyelidiki dalam diam. Tidak ada emosi di dalamnya karena hanya bertujuan untuk menghukum siapa saja yang harus memetik dari bibit yang mereka tanam. Keputusan itu sudah diresmikan oleh keluarga besar.“Meysha tidak menyukai kekerasan. Itu alasan utama, kenapa kami semua tidak menggunakan hal itu. Termasuk dalam menghadapimu,” kata Zaila.“Ayah, serahkan urusan Son pada kami. Ayah dan Ibu silahkan lakukan hal lain,” ujar Rai. Ia berusaha membuat ruang menjadi lebih lega.       &nb
Baca selengkapnya
149. Lamaran
Mansion Kaleid sedang sibuk dengan sebuah acara yang akan dimulai beberapa menit lagi. Naura mengenakan gaun panjang berwarna coklat muda. Delice mengenakan pakaian formal yang senada."Sayang, kemeja ini sudah sesak. Padahal belum pernah aku pakai," keluh Delice."Mungkin kemejanya menyusut," jawab Naura sembari terkekeh. "Sayang, kau mengejlekku lagi?" Delice merajuk."Siapa? Aku tidak melakukan apa-apa," elak Naura. "Kemarilah! Aku akan merapikan dasimu," pinta Naura.           Di dalam kamar Naura, terdapat kursi kecil yang fungsinya khusus untuk dipakai Naura ketika Naura mau memakaikan Delice dasi. Tinggi badan yang sangat berbeda, membuat Naura sedikit kesulitan."Melihatmu dari dekat, kenapa wajahmu tidak menua?" tanya Delice. "Karena aku mendapatkan pria yang mencintaiku. Tentu saja aku awet muda," jawab Naura."Intinya, aku adalah pria tepat sebagai pilihan?" tanya Delice. Ia berharap mendap
Baca selengkapnya
150. Tua Berkarisma
Loid bersembunyi dibalik tubuh Aretha. Tamu tersebut adalah Gerald, Serchan, Dev, Jenny, River, Vanya, dan Morgan. Mereka adalah firasat buruk yang tidak membahagiakan."Sayang, bantu aku menyingkirkan mereka," pinta Loid."Kenapa? Bukankah kau senang karena bertemu dengan orang yang selalu kau rayu?" kata Aretha."Apa? Kau cemburu dengan pria?" pekik Loid."Pft…" Naura tidak tahan untuk terus menahan tawanya. "Gerald, kau tidak ingin memeluk Loid?" tanya Naura. "Kalian kekasih yang lama berpisah. Pasti saling rindu," ejek Naura."Ken, kau tidak ingin membantuku?" rengek Loid."Untuk apa aku membantumu?"            Mereka semua masuk dan duduk. Gerald terlihat lebih tampan setelah ia berumur."Ken, kau cemburu?" celetuk Delice."Sial! Pertanyaan menjijikkan apa itu?" pekik Ken. Ia merasakan tubuhnya merinding dalam seketika."Ibu, apa dulu Ayah belok?" tanya Eren dengan polosnya."Gara-gara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
32
DMCA.com Protection Status