All Chapters of Money And The Power: Chapter 161 - Chapter 170
316 Chapters
161. Jepang (Tujuh)
Anak perusahaan ketiga dari HG Group, lebih sulit digapai dibandingkan dua anak perusahaan yang sudah dihancurkan. Akan tetapi, mereka yang memiliki misi tidak kehilangan akal.         Seorang pria memberikan ancaman kepada Naura. Namun, Naura tetap terlihat sangat tenang. Seperti segala kendali ada pada tangannya."Hei, Tuan! Apa kau tahu, kenapa aku mencari bocah yang sedang bersamaku?" tanya Naura."Pasti kau khawatir kalau bocah itu kenapa-kenapa." Pria tersebut bicara dengan sangat percaya diri."Salah!" Naura menengadah. Ia menatap atap gedung yang memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan dengan gedung lainnya. "Karena aku sedang mengkhawatirkan kalian!" imbuhnya.           Naura menunjuk ke atas. Eren sedang berdiri di atas atap. Menunjukkan kotornya kemeja putih yang melekat ditubuhnya karena darah. Pria yang meremehkan kekuatan wanita, langsung terbelalak. "Tidak! Tidak mungkin! B
Read more
162. Jepang (Delapan)
          Naura dan Eren berdiri saling membelakangi. Mereka dikepung layaknya mangsa yang empuk untuk dijadikan makanan yang mengenyangkan perut.           Naura tidak langsung bertindak. Dia hanya berdiri mematung tanpa senjata apapun. Ben dan yang lain mulai mendekat. Mereka tidak sabar ingin menguji kemampuan Nyonya yang selama ini diangungkan, tapi terlihat lemah."Apa kalian sudah selesai berbisik? Bisa kita mulai?" ujar Ben dengan nada suara yang sangat arrogant."Eh? Kau belum tahu?" balas Naura. Ia mendelik karena terkejut. "Permainannya sudah dimulai," sambungnya."Ka--kapan?" pekik Ben."Lima belas menit yang lalu," jawab Naura."Apa? Hei, Nyonya! Karena aku bersikap sopan padamu, kau jadi seenaknya bicara, ya?" teriak Ben."Tidak. Aku tidak asal bicara," kata Naura."Jangan bercanda!" bentak Ben.          Eren melirik tajam. Ia yang biasanya liar
Read more
163. Jepang (Selesai)
Wanita yang dipanggil dengan Nona muda oleh seseorang yang bicara dengannya dipanggilan telpon, terlihat sangat buru-buru bergegas keluar dari president suite.           Wanita tersebut keluar dari hotel yang ia pilih sebagai tempat bernaung yang sangat aman untuk sementara waktu. Akan tetapi, ia belum menginjakkan kakinya di lobby, pria muda mendatanginya dengan membawa dua orang bodyguard bersamanya."Apa Anda sangat sibuk? Sepertinya saya datang diwaktu yang kurang tepat, Nona," ujar pria tersebut."Minggir! Saya terlalu sibuk untuk bicara dengan orang asing!" tolak Nona muda."Ternyata Anda memang sangat dingin seperti rumor yang saya dengar, Nona muda Dexel."Deg!          Nona muda tersebut terbelalak. Ia baru menyadari kalau pria yang ada di hadapannya, bukanlah orang sembarangan. Selain orang terdekat dan terpercaya, tidak ada yang mengetahui kalau dirinya putri dari Tuan Dexel
Read more
164. Darah (Satu)
                Naura dan Eren benar-benar siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Masalah sebesar apapun itu, tetap membuat mereka berdua tetap tenang. Padahal, sudah jelas kalau tubuh mereka seperti madu yang dikelilingi oleh semut.                Tatapan Eren begitu jijik melihat orang-orang itu memandang rendah dirinya. Aneh. Mereka seperti menunggu suatu perintah dari seseorang karena sampai kaki lelah berdiri, mereka tidak melakukan tindakan apapun.“Aku lelah, bangsat!” teriak Eren yang sudah tidak sabar.                Naura menepuk keningnya sendiri. ‘Sial! Padahal aku menunggu dua orang lagi untuk datang, tapi sepertinya putriku ini tidak sabar,’ batin Naura.      &n
Read more
165. Darah (Dua)
Tuan Dexel menjadi sasaran utama dari tiga kelompok yang sedang mencarinya. Kelompok Naura, kelompok Arta, dan kelompok Rai.         Sebenarnya, hanya Naura yang berkelompok karena ia langsung mendatangi markas utama Tuan Dexel. Sedangkan Loid dan Arta, mereka mendatangi tempat yang diduga sebagai persembunyian kedok perusahaan ketiga. Lalu Rai, ia berkelana untuk menghabisi orang-orang yang sudah membunuh Meysha.          Delice mendapatkan laporan kalau Naura aman setelah Jenny dan Vanya datang. Setidaknya, Delice bisa bernapas lega. "Ayah, bagaimana dengan Ibu?" tanya Kiana. "Semua lancar sesuai dengan rencana," jawab Delice."Apa Kak Zeki akan kembali bersama ibu?" tanya Kiana.          Untuk menenangkan Kiana, Delice mengusap ujung kepalanya. Memberikan kecupan kening yang begitu hangat. Senyum dibibir yang menyembunyikan sebuah jawaban yang juga tidak ia
Read more
166. Darah (Tiga)
Delice sedang mengurus segala hal di New York. Selain lelah, ia juga benci terhadap sikap yang seseorang yang hanya terpaku dalam satu penilaian. Hingga Delice tidak mampu lagi menahan emosinya.         Sam terkulai tidak berdaya. Ia akhirnya merestui hubungan antara Zeki dan Kiana. Akan tetapi, sepertinya restu itu datang terlambat karena saat ini, Zeki membawa Zea bersamanya untuk melindunginya dari dua orng asing yang ingin menusuknya."Zeki, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Gerald."Maaf, Paman. Zea terlibat karena menolongku.""Oh, dia wanita yang kau ceritakan itu?" tanya Gerald.         Zeki mengangguk. Terlihat kekhawatiran dari wajah Zea. Ia takut kehadirannya tidak diterima. Sedangkan rumah yang ia gunakan untuk bersembunyi dari dunia, sudah diketahui oleh orang yang sangat berbahaya."Namamu, Zea?" tanya Gerald. Ia mengulurkan tangannya. "Selamat bergabung. Semoga kau nyaman t
Read more
167. Darah (Empat)
Dua puluh enam tahun yang lalu, Loid dan Sien memiliki sebuah cerita yang menarik, keji, dan terlewat sadis. Hubungan Loid dengan Delice yang begitu kental seperti darah, membuatnya murka ketika Sien menganggap semua anggota Naga Hitam bodoh.            Sien membuat acara palsu yang melibatkan beberapa rekan bisnis. Acara yang didanai oleh Hamid Gul. Meski itu adalah kisah masa lalu yang sudah teramat lampau, tapi mereka berdua masih menyimpan dendam yang sama.            Berkat tipuan yang dibuat oleh Sien begitu rapi karena Sien merupakan salah satu orang yang memegang anak perusahaan milik Delice di Jepang, Sien bisa membuat Delice kehilangan satu ginjalnya.             Saat itu, Loid yang teramat marah, membunuh semua keluarga Sien tanpa terkecuali termasuk keturunan dan istrinya. Akan tetapi, Loid menyisakan nyawa Sien karena ia ingin membuat Sien hidup dalam amarah
Read more
168. Darah (Lima)
Buagh!         Entahlah. Arta yang santai langsung menyilangkan kedua tangannya. Ia terpukul mundur setelah mendapatkan satu tinju dari dua tangan yang tiba-tiba menyerangnya tanpa persiapan."Kau!" hardik Arta."Kenapa? Orangtua itu jelas kalah, jadi tugasku untuk menyeret kalian, akan aku lakukan sekarang.""Menyeret katamu? Sepertinya aku terlihat kurang tampan," ujar Arta. "Apa hubungannya dengan tampan, sialan?" "Ada. Ingin tahu? Biar aku perlihatkan."Buagh!Buagh!Buagh!         Arta menyerang mereka. Akan tetapi, ia bergerak sangat lamban seperti orang yang tidak terlatih. Bahkan pukulannya sama sekali tidak terasa sakit.           Dalam situasi yang membuatnya terjebak dalam lingkaran lawan yang kuat, Arta masih membuat candaan yang membuat hatinya puas sebelum menggila."Kenapa pukulanmu mengecewakan sekali? Aku kira set
Read more
169. Darah (Enam)
"Kalian kembalilah ke markas," pinta Naura."Tapi, Nyonya…" kata Vanya tanpa melanjutkan kalimatnya."Kita memang harus bertemu langsung dengan Dexel. Tapi, sepertinya sistem mereka sedang kacau. Itu sebabnya aku meminta kalian untuk kembali. Perburuan kita sudah selesai," jelas Naura.          Perburuan sudah selesai, akan tetapi Naura tidak mendapatkan apapun. Bahkan Ben bisa kabur dari kejarannya. "Kalau sistem mereka sedang kacau, tentu saja tidak akan seru kalau mereka menyambut kita dengan panik. Aku sudah mengirimkan signal pada kelompok lain," ujar Naura lagi."Baik, Nyonya. Mari kita kembali," ujar Jenny."Hanya kalian. Urusanku masih belum selesai," jawab Naura."Saya tidak akan membiarkan Nyonya seorang diri," kata Vanya."Bibi, setidaknya biarkan aku yang menemani Bibi," sahut Eren."Kalian tidak perlu khawatir. Aku hanya akan menarik paksa hasil buruanku yang tidak patuh."  &n
Read more
170. Hati
Naura membawa Ben ke markas utama. Begitu juga dengan kelompok Loid yang membawa buruannya. Di sana sudah ada Rai yang duduk sendiri tanpa membawa kelompok manapun. Rai bahkan tidak membawa buruannya kecuali ponsel yang terus ia genggam. Sedangkan hasil buruan milik Zeki, dibawa oleh Gerald."Bibi, tangan Bibi." Eren membalut tangan Naura yang memar menggunakn pita yang melekat dirambutnya. "Tidak apa-apa. Luka seperti ini wajar didapatkan," ujar Naura.            Semuanya berjaga. Kecuali Naura dan Eren yang kembali ke mansion. Mansion yang digunakan mereka untuk singgah ketika ada pekerjaan yang mengharuskan untuk datang ke Jepang.            Awalnya, semua terlihat baik-baik saja. Pelayan yang menyambut kedatangan Naura dan semua anggota yang sedang mengerjakan tugasnya. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Naura terkejut. "Eren, apa kau mengenalnya?" tanya Naura.
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
32
DMCA.com Protection Status