Semua Bab Money And The Power: Bab 121 - Bab 130
316 Bab
121. Penawaran Sinting (Satu)
Penawaran gila yang baru saja Jordan lontarkan. Di mana orang yang ingin menghancurkan HG Group, diminta untuk berada dipihaknya. Bukan hanya gila, tapi hal itu terdengar lucu dan tidak masuk akal."Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku tidak akan sudi bergabung dengan iblis seperti kalian!" ujar Rai. "Aku hanya perlu membuatmu turun dari tempatmu itu!" imbuhnya dengan suara yang terdengar lantang."Baiklah! Anda jelas menolak, Tuan muda Rai. Lalu, bagaimana dengan perwakilan keluarga Muchen, Kaleid, ah! Ternyata Keluarga Kinoy yang tidak datang?" ujar Jordan."Bukankah pertanyaanmu itu sangat gila? Kau bahkan sudah mendapatkan jawabannya sebelum keluar dari mulutku sendiri!" kata Arta."Siapa yang sudi bekerjasama dengan kalian? Bajingan!" balas Leon."Selain otak kalian yang kotor, mulut kalian juga bermasalah rupanya!" ujar Eren.         Mereka semua kompak membalikkan tubuhnya untuk segera pergi. Berdebat, menolak pena
Baca selengkapnya
122. Penawaran Sinting (Dua)
Leon tidak mengenal siapa pria yang saat ini ada dihadapannya. Ia tidak bisa menebak apa yang pria tersebut pikirkan. Rencana tersembunyi bisa Leon rasakan, namun rencana itu tidak dapat Leon uraian.“Bagaimana dengan hadiah yang aku berikan?” ujar Lukas. Leon menaikan sebelah alisnya. “Hadiah?” tanya Leon. Situasi mencengkam. Apalagi Renza dan Nick sudah bertarung tanpa ada jeda untuk istirahat. Mereka berdua seperti sedang berada di dalam ring. Leon percaya kalau Renza bisa mengatasinya. Leon hanya perlu fokus pada Lukas yang memberikannya kesan misterius. Apalagi hadiah yang Lukas katakan. Leon tidak mengenalnya, apalagi menerima hadiah, kecuali hadiah yang diberikan oleh orang yang ada di pasar gelap.“Kau orang itu? Kau yang menyebarkan peluru sebagai sapaan?” pekik Leon.“Aku?” Tunjuk Lukas pada diri sendiri. Ia tersenyum sinis. “Apa kau pikir, aku orang yang memiliki banyak w
Baca selengkapnya
123. Penawaran Sinting (Tiga)
Zaila orang yang paling santai diantara semuanya. Brian juga demikian. Mereka seperti tidak memiliki niat untuk bertarung, Apalagi Brian tidak suka jika harus menghadapi seorang wanita. Zaila juga diam seribu bahasa. Bahkan Zaila tidak memasang kuda-kuda atau sekedar teknik untuk menjaga diri sendiri jika sewaktu-waktu ada serangan.“Aku tidak tahu harus menilaimu wanita seperti apa. Mungkin, bodoh?” ucap Brian.“Terserah kau saja!” jawab Zaila begitu enggan untuk bicara. Brian yang pendiam harus berurusan dengan Zaila yang tidak suka bicara. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mungkin mereka berdua hanya berdiri saling menatap dalam jangka waktu yang cukup lama.“Jangan lama-lama menatapku. Kau bisa jatuh cinta padaku,” ucap Brian.“Aku bahkan sudah memliki pria yang jauh di atasmu. Untuk apa aku menyukai bocah sepertimu?” balas Zaila.“Apa kau hanya memiliki keunggulan dalam membalikkan ucapan
Baca selengkapnya
124. Penawaran Sinting (Empat)
Arta tidak akan membiarkan siapapun menghalangi Eren yang sudah berhasil masuk ke dalam tempat Jordan. Bagi mereka, Jordan adalah ujung tanduk dari HG Group. Jika bisa mengalahkan Jordan atau bisa membuat Jordan setidaknya waspada, mereka sudah berhasil mengusik."Untuk membuatnya menjauh dari tempat itu, aku memang harus menyingkirkanmu!" ucap Yogas. "Bajingan sepertimu memang layak untuk mati!" ujar Ryu."Majulah! Aku tidak suka banyak bicara!" tantang Arta.               Pertarungan sengit mulai kembali terjadi. Orang yang sangat tidak nyaman untuk melakukan itu hanya Lukas, Leon, Zaila dan Brian. Mereka berempat terlihat sedang memiliki diskusi lain dibandingkan harus mengeluarkan tenaga mereka tanpa ada hasil.              Rai berbeda. Dimatanya hanya ada dendam. Ia dikelilingi oleh dua Crew HG. Namun, Rai sama sekali tidak bergeming.    
Baca selengkapnya
125. Penawaran Sinting (Lima)
 Hahahaha...                Mendengar ucapan Zaila yang meminta bayaran dimuka, Brian dan Sofia tertawa. Mereka menganggap remeh ucapan itu dan menilainya sebagai wanita yang haus akan uang, uang dan juga uang.“Tertawalah kalau kau menganggap semuanya lucu. Aku tidak akan melarangnya,” ujar Zaila.                Membiarkan lawan tertawa sampai tenang, itulah cara Zaila menanggapi musuh dengan santai. Ia tidak gugup, tidak juga tergesa-gesa. Zaila sangat pandai memanfaatkan waktu yang ada.“Kalau kau suka uang, kenapa kau harus bertarung dan menolak tawaran sejumlah uang?” tanya Brian yang sudah tenang.“Siapa bilang kalau bayaran itu aku meminta uang?” balas Zaila.“Lantas?” tanya Sofia.“Aku mengingingkan darah kalian
Baca selengkapnya
126. Akhir
 Buagh!                Semua orang terdiam. Mata mereka terpaku menatap ke arah ujung tangga yang gelap. Suara pukulan terdengar seperti runtuhan bebatuan. Itukah kekuatan yang sebenarnya? Pikir mereka semua tanpa terkecuali.                Mereka yang sedang bertarung, menghentikan aksi hanya untuk mengetahui siapa yang berhasil membuat suara retakan tulang yang menggema menusuk telinga.“Eren!” pekik Leon.                Arta menyeringai. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang. “Erenku luar biasa!” ucap Arta.“Bocah itu terlihat sedang bersenang-senang,” kata Zaila.“Apa perlu kita membantunya?” sahut Renza.“Tidak!” Rai menjawab dengan te
Baca selengkapnya
127. Pahlawan Kesiangan
                 Jordan hanya mendengarkan suara teriakan Eren yang memakinya. Semuanya masih terdiam dan tidak bertindak apa-apa. Jordan mengamati Eren dari kegelapan yang menyelimutinya. Bibirnya tertutup sangat rapat. Ia menatap tanpa berkedip. Mengamati Eren dari sela-sela tersembunyi sekalipun.‘Meski aku tidak mengeluarkan seluruh tenagaku, tapi bocah itu mampu menandingiku. Semuanya jadi semakin menarik,’ batin Jordan.Tap ... Tap ... Tap ...                        Eren mulai menapakkan kakinya ke tangga. Ia mengepalkan dengan erat jari-jemarinya yang sudah memegang knuckle. Bahkan knuckle tersebut sudah berdarah karena mengenai pelipis Jordan.‘Dia memang bukan lawan yang mudah. Powernya sangat kuat, tapi aku tidak akan tahu hasi
Baca selengkapnya
128. Perasaan
Zavier menyusul mereka dengan segera. Ia meminjam motor salah satu penjaga yang ada di markas pusat. Namun, ia tetap saja terlambat.          Zavier membawa Eren naik di motor bersamanya. Mereka berhenti dibawah pohon rindang. Malam sudah larut, namun Zavier tidak membawa Eren langsung kembali ke mansion."Kenapa membawaku ke sini?" tanya Eren. Ia terlihat masih marah karena Zavier sangat, sangat terlambat malam ini."Duduklah!" pinta Zavier.           Eren duduk di samping Zavier. Ia berdiam diri tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. "Masih marah?" tanya Zavier."Tidak!"            Zavier bukan pria romantis. Ia bahkan terkadang bingung harus bicara apa. Zavier memegang tangan Eren. Ia membalut tangan Eren yang terluka menggunakan sapu tangannya. "Kalau aku tidak terlambat, mungkin kau tidak akan terluka. Maaf!" ucap Zav
Baca selengkapnya
129. Kedewasaan Diri
Delice memberikan secangkir teh untuk Naura sebelum ia memulai pertarungannya dengan Kiana. "Sayang, minumlah supaya tubuhmu terasa lebih hangat," kata Delice."Terima kasih!" jawab Naura singkat.         Naura menerima teh tersebut. Cangkir cantik itu sudah berpindah tangan dari tangan Delice ke tangan Naura.  Namun…Prang!"Eh!" Pekik Naura sembari mematung. Bahkan posisi tangannya yang elegant itu tidak bergerak. "Ibu!" pekik Kiana.            Teh tersebut berserakan. Puingan kacanya bertebaran. Apa yang terjadi? Kenapa Naura tiba-tiba gemetaran? Pikir Ken.'Gelasnya tidak terjatuh dari tangan Naura tapi dari jarinya,' batin Delice."Naura, jangan!" cegah Delice ketika Naura hendak memungut kotoran gelas tersebut. "Ibu, biar pelayan yang membereskannya," kata Kiana."Naura, jangan! Kau tidak perlu repot-repot melakukannya." Ken juga menunjukkan perhatiannya."Naura, apa yang t
Baca selengkapnya
130. Bahagialah
Naura mengetahui kalau Ken mengikutinya. Itu sebabnya, Naura tidak langsung masuk ke dalam kamar. Naura menghela napasnya sembari menghentikan langkahnya.“Untuk apa kau mengikutiku?” tanya Naura tanpa menoleh.“Kita harus bicara, Naura.”“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ken.”“Tentang Leon!”Deg! Apa sebenarnya Ken inginkan? Pikir Naura. “Apa lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Naura.“Kau masih belum memaafkanku, Naura?” tanya Ken. “Aku sudah memaafkanmu tapi aku tidak bisa melupakan hal apa yang telah kau lakukan padaku.”“Aku sudah menghukum diriku sendiri, Naura. Apa kau masih ingin terus keras kepala?” ucap Ken.“Aku rasa, apa yang kau katakan tidak ada hubungannya dengan  Leon.”“Naura, ayo kita cari waktu yang tepat untuk bicara dengan Leon,” ucap Ken.Plak! Naur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
32
DMCA.com Protection Status