All Chapters of Guardians of Shan: Chapter 51 - Chapter 60
198 Chapters
Guardian dan Sihir Hitam – 5
Syaat!Terdengar suara sabetan hingga benda jatuh. Suasana seketika hening. Telinga berdenging sementara jantung seakan berhenti berdetak. Aku menghela napas, berharap nyawaku masih melekat di raga.Kukerjapkan mata. Hanya ada kepala pucat menggelinding. Menatap kosong. Sementara darah membasahi tanah, serta bau anyir yang nyaris membuatku mual.Makhluk itu sudah mati.Aku terduduk dan berusaha mundur. Bibirku bergetar pelan kala mata merah itu menatap ke relung jiwa. Meski telah mati, tetap saja membuatku gemetar. Apa jadinya jika itu hanya tipu daya?"Remi?"Arsene berdiri di belakang, untuk kali pertama kulihat dia cemas. Keningnya berkerut menatapku yang masih terduduk. Dia ulurkan tangan, mencoba membantu berdiri.Aku berdiri lalu memeluknya. Tanganku dingin, bergetar. Kucengkeram erat jubah hitamnya sambil membenamkan wajah, takut melirik kepala yang nyaris membunuhku.Lidahku kelu, aku berjuang menjelaskan apa yang terja
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 6
Ketika membuka mata kembali, hari sudah malam dan aku mendengar bunyi ketukan pintu. Bayangan hitam tadi langsung kulupakan. Aku justru fokus membuka pintu untuk tamu baru kali ini."Pangeran!" sambut Gill. "Aku datang membawa dokter Youngfeather."Pria di sisinya kemudian melanjutkan. "Kudengar kemarin Monsieur Perrier sakit kembali. Aku Henry Youfeather, dokter pribadinya."Dokter Youngfeather adalah pria berambut putih dan hitam berkacamata. Ia sedikit lebih tinggi dibandingkan Arsene dan kulitnya malah tidak sepucat rakyat Ezilis lain. Meski bilang kalau ia dokter, pakaiannya terlalu santai sehingga membuatku skeptis. Pria itu datang bersama Gill. Dari tatapan Gill, aku malah semakin bingung. Ia menunjuk-nunjuk dokter tadi dengan mata. Mulut Gill juga membentuk isyarat, seakan berkata "masuk." Kurasa orang ini bisa diizinkan masuk. Aku mundur dan memberikan ruang masuk untuk mereka. "Pangeran sudah makan?" tanya Gill.&n
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 7
Terlambat.Hanya jasad pria terkapar tepat di bawah sinar lampu. Dadanya terbuka lebar hingga menampilkan rongga kosong kecuali daging dan tulang rusuk. Tanpa diberitahu, aku tahu ini salah satu cara membunuh vampir. Ia tampak baru saja mati, terlihat dari darah segar membanjiri. Kulirik ketiga pria itu, diam seribu bahasa sementara sang dokter terus mengamati jasadnya dengan saksama."Sudah jelas," ujar dokter. "Ia hampir berubah menjadi vampir dan seseorang sudah membunuhnya.""Baguslah," komentar Arsene. "Kita tinggal cari kerabat korban untuk menguburnya.""Kalian tidak mencari pelaku?" Dokter memicingkan mata. "Atau setidaknya melapor ke pihak berwajib?"Arsene melirik Gill. "Kamu atau kami yang melapor? Harus ada yang menjaga jasadnya."Dokter Youngfeather kemudian menyahut. "Biar aku saja, barangkali salah satu dari kalian bisa menemaniku."Arsene l
Read more
Evergreen sang Guardian – 1
"Lihat mataku!" Dia dekatkan wajahnya padaku. "Apa yang kaulihat, Pangeran? Hijau, bukan? Warna kehidupan. Ya, akulah sang Kehidupan itu sendiri." "Kamu kenapa?" Gill menarikku ke sisinya. "Kenapa kalung Pangeran bercahaya?" Aku melirik Gill. Aku saja belum tahu pasti cara kerja kalung ini. Tapi, kenapa Gill meragukan sesamanya?Evergreen tersenyum. "Kalung itu memilihku, siapa yang bisa protes?" "Kamu bukan Guardian!" geram Gill. "Arsy akan mencincangmu jika tahu." "Wah, kenapa tidak serang aku saja?" tantang Evergreen. "Kamu tampak kuat, seranganku tiada gunanya bagimu." Ternyata, dialah yang tadi memotong tangan kiri Gill. Meski jelas hasilnya sia-sia."Pe-pergi! Kamu ... tidak dibutuhkan!" seru Gill, meski bibirnya bergetar. Aku teringat dengan obrolan vampir itu pada Arsene. Apa benar dia bisa mengatur vampir? Bagaimana bisa? Kutatap wajahnya, dia malah membalas dengan senyuman. 
Read more
Evergreen sang Guardian – 2
Dahan-dahan menusuknya tepat sebelum rubah itu menerjang rumah Gill. Aku refleks mundur ketika ia memberontak, menatapku tajam dengan mata birunya.Tubuhku disambut Arsene. Ia pegang bahuku sambil menatap rubah yang berjuang membebaskan diri. Sudah jelas ia bingung, bagaimana bisa musuhnya dikalahkan dengan dahan seperti itu? Padahal Arsene pernah mencoba menjerat rubah itu dengan sihirnya.Kami mendekat ke jendela. Rubah itu terus memberontak dan meraung. Saat dahan lain patah, dahan lain menggantikan. Makhluk itu kewalahan, terus berjuang membebaskan diri. Kulirik sosok yang sedang mengamatinya di bawah.Evergreen.Kami bergegas turun disusul Gill dan Dokter Youfeather. Dengan takjub menyaksikannya terjerat hingga nyaris tenggelam dalam pelukan dahan dan sulur tadi.Evergreen menyeringai. Ia dengan santai membiarkan musuhnya perlahan terkurung dalam penjara ciptaannya.
Read more
Evergreen sang Guardian – 3
Dia cekik leher vampir itu. Diangkatnya hingga wajah mereka bertatapan.Dia benamkan kukunya yang tajam ke dada wanita itu, darah dan jantung muncrat mengotori tangannya. Dia empaskan ke tanah. Membiarkan darah membanjiri jasadnya. Setelah beberapa saat, barulah aku ingat namanya. Sosok yang selama ini kami tunggu."Nemesis!" Gadis berambut hitam berlari menghampiri. Rambut hitamnya berkibar hingga ke punggung, meski sedang diikat. Dia melirik jasad tadi.Wanita yang baru saja digigit gemetar sambil memegang lehernya. Darah mengotori leher dan pakaian, wajahnya memucat.Pria pucat itu meliriknya.Wanita itu terkesiap. "Kamu ... "Dia pegang kepala wanita tadi. Mata merahnya menatap lurus ke jiwa malang korbannya. Aku tidak bisa mendengar bisikan pria pucat itu. Setelah berbisik, dia biarkan wanita itu berlari."Tangkap dia!"Seruan itu lan
Read more
Evergreen sang Guardian – 4
"Setan!" latah Gill. Dia berlindung di belakangku, menjadikanku sebagai tameng.Dari jendela, tampak pria berambut hitam agak bergelombang dengan mata merah menyala. Tatapannya begitu dingin, selaras dengan wajah pucatnya. Tunggu ..."Kamu ... Pangeran?" Pria itu mengerutkan kening.Kudengar suara Arsene yang berdiri di samping kirinya. "Ya, Monsieur Killearn. Kami juga pelindungnya.""Maaf, aku kira kalian musuhku," ujarnya."Kamu salah satu Guardian?" Gill memberanikan diri mendekat.Dia mengiakan. "Aku Nemesis Killearn.""Arsene Perrier." Arsene memperkenalkan diri lalu menunjuk Gill. "Thomas Gillmore.""Salam kenal, Mister Perrier dan Mister Gillmore," balas Nemesis dengan nada tenang. "Kedatangan kalian sangat tidak terduga."Dari logatnya, sedikit berbeda dibandingkan kedua pria yang kukenal. Dia jelas bukan berasal
Read more
Evergreen sang Guardian – 5
"Jika besok kita mencari Zahra, kepada siapa kita titipkan Remi dan Michelle?" tanya Arsene."Aku sarankan kalian titipkan pada sesama Guardian," ujar Nemesis. "Kalian melupakan satu rekan kita yang masih menetap di Girvort.""Evergreen?" Arsene bersedekap. "Kamu yakin, Monsieur?""Kalung mereka percaya, kenapa tidak?"***Rumah Evergreen sama megahnya dengan Gill. Bedanya, halaman depan tidak dihiasi tumbuhan atau kolam kecil, justru hanya gerbang dan jalan masuk. Di situlah, Arsene dan Nemesis langsung menitipkan kami padanya."Hati-hati." Itulah pesan Arsene sebelum melepas kepergianku.Tentu saja aku waspada. Belum sempat menoleh untuk pamit, mereka telah pergi.Depan kami, seorang wanita pucat menyapa. "Tuan sudah menunggu kalian."***
Read more
Evergreen sang Guardian – 6
Dahan raksasa membelah jarak antara kami. Tidak ada yang terluka, semua hanya mundur selangkah atau malah terduduk.Evergreen berdiri di depan sementara kami berdiri terpaku.Terlihat jelas dari wajah mereka, jika Evergreen tidak asing lagi. Mereka diam seribu bahasa sambil menunduk, kecuali seorang wanita yang malah menatapnya sinis."Apa maumu?!" seru si wanita pucat dengan kesal. Kalau kuperhatikan, rambutnya cokelat tua sementara matanya kuning. "Kamu menyuruh kami ke sini untuk bu–""Tunduk!" titahnya.Rangkaian sulur mengikat kedua tangan wanita itu lalu menarik paksa ke tanah, yang membuatnya tampak seolah-olah membungkuk.Dia masih saja berani. "Kamu yang–"Dia mendapat teguran dari pria di sampingnya. "Hei, jangan terlalu keras!"Wanita itu diam saja. Aku kenal pria yang ternyata kenalannya, A
Read more
Evergreen sang Guardian – 7
Aku terpaku. Tidak tahu harus berbuat apa. Membiarkan darah mereka mengotori lantai dan pakaian. Menyaksikan Evergreen membunuh semua orang selain kamu berdua.Evergreen membunuh mereka dengan pedang bersimbol singa. Benda itu menari selagi memenggal leher dan menusuk jantung mereka. Habis sudah sekitar dua puluh pelayan. Mayat bergelimpangan sementara Kepala Pelayan berdiri dengan gemetar seperti kami.Evergreen terengah-engah di antara mayat pelayannya. Ia melirik Kepala Pelayan. "Aku lelah. Siapkan kasurku!"Wanita malang itu bergegas ke kamar majikannya. Tidak perlu menunggu, dia selesai dan membungkuk hormat ke majikannya."Kasur Anda siap, Tuan."Evergreen melirik kami dan tersenyum. "Ayo, tidur. Jangan begadang!"Tanpa ditanya lagi, aku bergegas ke kamar kosong yang sudah disediakan. Kamar Michelle ada di sebelah kiriku sementara Evergreen tidur di seberang. Tapi, k
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status