All Chapters of Lelaki Pengganti: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Kejadian Lucu Saat Membeli Karcis
“Daffa, Sayang. Kamu ganteng banget sih,” ujar Roy.“Haha, iya dong, Om Roy.” Jawab Rey, kala itu sedang menggendong Daffa di dalam mobil.Daffa yang tidak mengerti apa-apa itu terlihat mengemut salah satu jarinya.“Eh, sayang. Jangan di makan jarinya.” Ujar Rey ketika mengetahui Daffa mengemut salah satu jarinya.Roy sedikit terkejut. “Kenapa, Rey?”Menunjukkan tangan Daffa yang basah karena air liur. “Lihat, Bang.”Roy hanya tertawa. “Ohh,, hahaha. Biasalah anak kecil,”“Emm,,,, apa dia haus ya, Bang?”Roy mengangguk. “Mungkin, Rey. Coba kamu berikan susu yang sudah disiapkan oleh Yonna tadi,”Tanpa menunggu lama Rey langsung mengeluarkan susu dari dalam tas yang sudah di siapkan Yonna.Rey memberikan botol susu itu pada Daffa. “Ini, Sayang.”Daffa langsung meminum susu tersebut. Tidak butuh waktu l
Read more
Malu
“Rey, Rey! Lihat, Daffa sudah bangun. Sekarang saatnya kita ajak dia bermain,”“Wah sini, Bang. Biarkan aku saja yang menggendongnya.”Roy memerikan Daffa pada Rey. “Hati-hati, Rey.”“Sudah, tenang saja.”Terlihat Daffa sangat senang, ketika Rey dan Roy mengajaknya menaiki wahana permainan, sudah seperti dua ayah dan satu anak.Tiba-tiba Daffa menangis, ternyata ia lapar Rey dan Roy sangat kebingungan. Di saat kepanikan mulai melanda, Rey teringat akan makanan yang dibawakan oleh Yonna di dalam tas tadi.“Bang, aku baru ingat! Yonna memberikan makanan di dalam tas,”“Di dalam tas? Bukankah tas itu di dalam mobil?”“Iya, Bang. Di dalam mobil, akan aku ambil sekarang.”“Eh, biarkan saja di mobil. Kita akan pulang.”“Pulang?“Iya pulang, sudah sore juga, Rey. Nanti kita mampir ke toko baju khusus anak-an
Read more
Keseleo
Aku melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah, segera aku berlari menghampiri mobil tersebut, ketika aku menuruni tangga, tanpa hati-hati aku terpeleset dan terjatuh. Akibatnya aku berjalan pincang.“Yonna, sini keluar.” Teriak Tuan Rey dari luar.Aku mempercepat langkah kakiku. “Iya, Tuan.”Dengan kaki terpincang-pincang aku menghampiri mereka berdua.Ternyata dari kejauhan, Tuan Roy melihat aku berjalan dengan kaki yang pincang, ia lantas bertanya dengan raut wajah yang khawatir.“Yonna, kaki kamu kenapa?”Aku berusaha menyembunyikan rasa sakit yang ku rasakan. “Oh, tidak apa-apa, Tuan. Hanya keseleo sedikit saja,”“Mana, coba saya lihat.”“Sungguh tidak apa-apa, Tuan. Ini hanya sebentar, nanti juga sembuh lagi, Tuan.”Tanpa mendengarkan perkataan ku, Tuan Roy langsung menurunkan badannya dan memegang kakiku. Aku terdiam kaku melihat perl
Read more
Ini Salahku
“Yonna! Awas!”Tanpa sadar aku terjatuh, dan kali ini aku benar-benar tidak kuat lagi untuk berjalan. Tuan Roy langsung menjatuhkan barang-barang yang ia bawa, ia menggendongku lagi, kali ini aku tidak menolak, aku benar-benar pasrah karena, kakiku ini benar-benar sakit sekali.“Bang!”“Sudah diam!”Terdengar jelas di telingaku Tuan Roy membentak adiknya sendiri yaitu Tuan Rey.“Kamu jangan banyak bicara, Rey. Yonna ini sakit! Apa kamu tega melihat dia seperti ini, kamu lihat  Kakinya!”Tuan Roy tanpa ragu menunjukkan kakiku yang telah membiru.“Baiklah, Bang. Terserah Abang saja,”Setelah berkata seperti itu, Tuan Rey langsung masuk ke kamarku dan meletakkan Daffa di atas tempat tidur. Dan ia berlalu begitu saja tanpa memperdulikan kami.“Rey!” Dengan emosi Tuan Roy memanggil Rey yang seakan tak peduli.“Urus saja dia, Bang!”
Read more
Drama Di Balik Obat
Di tengah-tengah adegan tersebut, tiba-tiba Tuan Roy menghampiri dan bertanya seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat.“Apa yang kalian lakukan?”Tuan Rey langsung tersentak, tak terkecuali denganku, mendengar suaranya aku langsung menarik kakiku yang saat itu masih di obati oleh Tuan Rey.“Aaa,,,,, ammm,,,, aku, aku sedang melihat kaki Yonna, Bang. Aku,,,, aku kasihan melihatnya.”Tuan Roy menyerngitkan dahinya. “Loh, bukankah semalam kamu tidak perduli?”“Ak,,,, aku baru lihat kalau ternyata benar-benar bengkak,”Aku tidak berani berkata sepatah kata pun, aku hanya terdiam di sudut meja dapur.“Yonna,”Aku tak berani menatap wajah Tuan Roy yang memanggilku. “Iya, Tuan.”“Bagaimana kakimu? Masih sakit?”“Ma,,,, masih, Tuan.”“Mana, coba saya lihat,”“Tidak usah, Tuan. Sudah tidak apa
Read more
Tidak Seperti Biasa
Dengan perasaan yang bercampur aduk, aku kembali ke kamar. Aku melihat Daffa belum bangun dan saat itu mataku langsung tertuju pada lima bungkusan diberikan oleh Tuan Roy kemarin.Perlahan-lahan aku meraih bungkusan itu dan membongkar semua isinya.“Hah! Sebanyak ini? Ya Tuhan!” Teriakku pelan.Mataku melotot melihat baju sebanyak itu, aku melihat satu persatu baju itu.“Ya ampun, ini bagus semua.”Tanpa terasa air mataku mengalir, aku sangat terharu dengan apa yang ku lihat saat ini. Maklum semenjak Daffa baru lahir, hanya beberapa baju saja yang sanggup aku belikan untuknya. Dan saat ini aku melihat setumpuk pakaian yang teramat bagus dan mahal, tidak terbayangkan sebelumnya.“Eh, Sayang sudah bangun?” Ucapku kepada Daffa yang saat itu membuka kedua matanya.Daffa menangis, aku langsung menggendongnya dengan hati-hati karena aku teringat akan kakiku yang masih sakit.&ldqu
Read more
Pertama Kali Tuan Rey Kepasar
“Loh! Yonna, kamu mau ke mana?” Tanya Tuan Rey dengan sedikit bingung melihat aku membawa keranjang belanjaan.“Mau belanja, Tuan.”“Belanja?”“Iya, Tuan. Semua sayuran dan persediaan makanan sudah habis,”“Uangnya ada?”“Ada, Tuan. Baru saja diberikan oleh Tuan Roy.”Wajah Tuan Rey langsung berubah, entah mengapa setiap aku menyebut nama Tuan Roy, sepertinya Tuan Rey seakan tidak suka namun, aku berusaha tidak mau ambil pusing.“Ya sudah, biar saya antar.”“Hah! jangan, Tuan. Biarkan saya sendiri saja.”“Sendiri? Dengan kaki kamu yang seperti itu?”“Sudah jangan keras kepala! Biar saya antar saja,”Tuan Rey langsung memberikan Daffa padaku dan ia bergegas memanaskan mobilnya.“Ayo naik, Yon.”Aku mengangguk. “Baik, Tuan.”Setelah masuk mobil ta
Read more
Bersyukur
Sesampainya di rumah, Tuan Rey langsung mandi, aku melihatnya bergumam dalam hati.“Ternyata seperti in ya,i kehidupan orang kaya, ke pasar saja langsung jijik.”Aku menurunkan Daffa dari gendonganku dan meletakkannya di lantai, tidak lupa juga aku memberinya permainan agar ia betah dan tidak menangis.“Sayang, kamu temani ibu disini ya, jangan nakal ya, Sayang.” Ucapku.Aku sibuk memotong sayuran untuk makan siang ini. Aku tidak sadar ternyata Daffa sudah berjalan menuju kamar Tuan Roy.Daffa memukul-mukul pintu kamar tersebut, aku sama sekali tidak menyadari hal itu.“Krieeetttt,,,,”“Eh, Daffa. Sini sama, Om.”Roy langsung membawa Daffa pergi keluar dan mengajaknya duduk di teras rumah.Setelah selesai mandi Rey langsung pergi ke kamar abangnya Roy.“Tok,,,, tok,,,, tok,,,,”Tidak ada jawaban sama sekali.&ldquo
Read more
Berani Bersumpah Bagian 1
Ketika semua pekerjaanku sudah selesai aku baru teringat dengan Daffa yang sudah tidak ada di dapur, aku langsung panik dan mencarinya ke mana-mana.“Daffa,,,, Daffa,,,, kamu dimana, Nak!” Teriakku.Aku panik, setelah aku mencari di sekeliling namun, tidak menemukan Daffa.Ketika sampai di teras depan aku sedikit lega ketika melihat Daffa di pelukan Tuan Roy.Perlahan-lahan aku menghampiri mereka berdua di teras depan.“Tuan, makan siang sudah saya siapkan.”Tuan Roy langsung membalikkan badannya. “Terima kasih, Yonna.”“Terima kasih, Yon.” Sahut Tuan Rey.“Tuan, boleh saya memandikan Daffa? Dia habis dari pasar, Tuan.” Pintaku.“Oh, iya boleh.” Jawab Tuan Roy sambil memberikan Daffa padaku.“Terima kasih, Tuan.”Tuan Roy hanya mengangguk.Dalam hati aku sangat senang melihat Tuan Roy tidak marah lagi padaku.
Read more
Berani Bersumpah Bagian 2
“Berani bersumpah?”“Iya, Tuan. Saya tidak berbohong, Tuan.” Ucapku sambil menangis.“Lalu mengapa kamu menangis?”Aku menggeleng.“Bukankah kamu berani bersumpah?”Aku mengangguk.“Lantas mengapa kamu menangis?”“Saya berani bersumpah kalau saya tidak berbohong namun, setelah apa yang saya jelaskan, Tuan masih tidak percaya. Lalu apa yang Tuan inginkan lagi?” Jawabku di sela-sela isak tangisku.“Lantas dengan hanya kamu bersumpah saya percaya?”“Lalu apa yang, Tuan inginkan?” Tanyaku dengan pasrah.“Bersumpah!”“Bersumpah seperti apa yang, Tuan inginkan? Bukankah saya sudah bersumpah tadi?”Tuan Rey mendekatiku dan memegangi wajahku. “Bersumpahlah kalau kamu tidak akan menemui Abang saya lagi.”Perkataannya seakan membuatku tersambar petir di siang hari. “A
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status