Semua Bab Lelaki Pengganti: Bab 51 - Bab 60
62 Bab
Sebagai Seorang Abang
“Memang kurang ajar mereka semua! Mereka sengaja tidak membangunkanmu, dan Abang meminta Yonna tidak membuat sarapan hari ini. Apa sebenarnya rencana mereka berdua?” Gumam Rey bingung.Ia menambah kecepatan mobil, tanpa memikirkan keselamatannya sama sekali.“Aku akan membalas kalian!!!!” Teriak Rey di dalam mobil.Ia benar-benar dendam dengan mereka berdua, entah apa yang akan ia lakukan nanti setelah ini.“Tok,,,, tok,,,, tok,”Suara ketukan pintu membuat mataku langsung terbelalak, jantungku berdegup kencang.“Apa itu Tuan Rey?”Disela sela keraguanku tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu lagi, dan kali ini ia memanggil namaku.“Yonna,”Mendengar suara yang tidak asing, aku langsung tersenyum lega.“Iya, Tuan.”“Kamu sudah bangun?”“Em,,, sudah, Tuan.”&ldquo
Baca selengkapnya
Nyaman
Aku mendengar suara mobil keluar namun, aku tidak menghiraukannya karena, sibuk mengurus Daffa yang menangis.Setelah bersiap, aku segera menemui Tuan Roy yang sudah menunggu di depan rumah.“Tuan,”Tuan Roy menoleh. “Iya, Yon. Udah siap?” Tanyanya sambil menatapku tanpa berkedip.“Su,,,, sudah, Tuan.” Jawabku terbata bata.Tatapannya yang tajam membuatku salah tingkah.“Kenapa Tuan menatap saya seperti itu?”“A,,, akh, tidak apa-apa, Yon. Kamu cantik hari ini,” ucapnya sambil tersenyum.Aku hanya tersenyum malu mendengar ucapannya itu, tiba-tiba aku teringat Tuan Rey.“Tuan, Tuan Rey kemana?” Tanyaku penasaran.Tuan Roy menyerngitkan dahinya dan menghela nafas, seperti sangat berat ia mengatakan. “Entahlah, Yon. Saya sudah pusing, jangan bahas dia.”“Maaf, Tuan. Tadi saya sempat mendengar suara mobil keluar, saya kira
Baca selengkapnya
Membabi Buta
Setelah memesan makanan, Roy memperhatikan wajah Yonna yang cantik masih seperti gadis itu, semua yang Yonna lakukan tidak lepas dari pusat perhatiannya.“Tuan, ada piring? Saya mau makan yang saya beli tadi,” ucapku.Tuan Roy tidak menjawab, aku yang dari tadi sibuk dengan urusanku, tak sengaja menangkap ia sedang melamun memperhatikanku.Aku yang belum mendapat jawaban dari pertanyaan yang ku lontarkan tadi, merasa ada yang aneh, lalu aku mencoba memanggilnya lagi sambil menatap matanya.“Tuan,,,,”Seketika lamunan Tuan Roy buyar dan ia terlihat sangat gugup. “Hah,,,, i,,,, iya, Yon. Kamu memanggilku?” Tanyanya memastikan.“Iya, Tuan. Mengapa Tuan menatap saya seperti itu?” Tanyaku sambil sedikit mencondongkan wajah ke depan.Sekarang, aku dan Tuan Roy saling bertatapan, kami tertegun sesaat.“Permisi.... Ini makanannya, Pak, Bu.” Ujar seorang pelayan wanita yang ter
Baca selengkapnya
Aku Akan Memilikimu
“Bruukkkkk....”Suara badan Tuan Rey menghantam dinding cukup kuat, aku berhasil mendorongnya hingga ia terjatuh.Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan, aku berlari menyelamatkan diri.“Jangan lari kau, Yonna!” Teriak  Tuan Rey dari belakangku.Tanpa memperdulikan teriakan tersebut, aku terus berlari dan masuk ke dalam kamar.Setelah menutup pintu, nafasku terengah engah kusandarkan diri pada pintu dan tubuhku jatuh perlahan.Aku berteriak dalam hati, ingin rasanya pergi dari rumah ini namun, aku tidak tau harus melangkahkan kaki ke mana lagi.Lukaku belum sepenuhnya sembuh, kini mentalku di hancurkan habis habisan oleh Tuan Rey.“Buka pintunya, Yonna! Jika tidak akan aku dobrak!”Teriak Tuan Rey dari luar pintu kamarku.Aku diam membisu, hanya air mata yang terus saja mengalir deras di kedua pipiku. Saat ini aku pasrah apapun yang akan Tuan rey lakukan nantinya.
Baca selengkapnya
Dimana Ayah
Tahun begitu cepat berganti, kini Daffa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar.“Bu, dimana ayah?”Pertanyaan Daffa mengingatkan aku kembali ke masa pahit itu.“Ayah kamu sudah mati, Nak.” Jawabku, singkat tanpa melihat wajahnya.“Foto ayah ada, Bu? Daffa ingin melihat wajahnya sekali saja,” pinta Daffa.“Tidak ada! Sudah, jangan tanyakan lagi dimana ayahmu itu.”“Ibu kenapa? Memangnya Daffa salah kalau ingin bertemu ayah?”Aku memandangi wajah Daffa dan memeluknya.“Sayang, maafkan ibu. Kamu tidak salah, Nak tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.”“Maksud, Ibu apa?”Aku hanya menggeleng dan pergi.“Bu! Kalau ibu tidak mau memberi tahu Daffa, nanti Daffa tanyakan saja pada om Roy,”Mataku melotot, segera aku palingkan wajahku dan menatap Daffa.”“Untuk apa? Me
Baca selengkapnya
Ikut Aku
Dikala mulut tidak mampu untuk berkata kata lagi, aku pergi begitu saja dari tuan Roy.“Hey, kita belum selesai bicara. Tidak sopan kamu pergi begitu saja,” ucap Tuan Roy dari melihat aku pergi begitu saja.Tatapanku hanya tertuju ke depan, tanpa melihat ke belakang lagi, kudengar Tuan Roy berbicara sendiri mungkin kesal melihat caraku meninggalkannya yang terkesan tidak sopan.Sampai di dalam kamar.“Daffa, ikut ibu.”“Kemana, Bu?” Tanya Daffa dengan wajah bingung namun tetap mengikutiku.“Ikut saja, Nak.”Aku membawa Daffa ke samping rumah, disitu ada tempat duduk yang jarang di datangi Tuan Roy dan Tuan Rey bagiku ini tempat aman untuk bercerita selain di kamar.“Nak, mulai sekarang jangan dekati Tuan Roy lagi, ya. Ibu tidak suka.” Ujarku memulai percakapan pahit ini.Daffa lantas memandangi wajahku yang seakan akan bercanda itu.“Kenapa, Bu? Daf
Baca selengkapnya
Tempat Apa Ini?
Mentari tak begitu menampakkan sinarnya yang menyengat, ku buka jendela kamar dan kutatap wajah Daffa yang masih tertidur pulas memeluk guling. Wajahnya yang tampak sangat mirip dengan lelaki brengsek itu membuatku terdiam membeku.“Wajahnya sangat mirip denganmu, bagaimana aku bisa lupa dengan kejadian bertahun tahun lalu? Kau begitu dalam menggores luka pada diriku, dan kau juga telah menghancurkan masa depanku saat ini.” Aku berbisik lirih entah kepada siapa, bertahun tahun telah aku lalui begitu saja tanpa rasa yang berarti pada siapa pun.“Yonna... Cepat kemari.”“Suara itu lagi?” Batinku.Tatapan penuh masih tertuju pada wajah Daffa, sebelum aku meninggalkannya untuk beberapa saat kemudian.“Ada apa, Tuan?”Tuan Rey meletakkan bungkusan bewarna keemasan tepat di meja depanku. “Pakai ini.” Pintanya tanpa basa basi.“A-pa ini, Tuan?”“Jangan banya
Baca selengkapnya
Ayo Minum
“Apa maksudmu, Rey?” Tanyaku dengan wajah yang pasrah dan memerah menahan emosi.“Rey? Oh... Sudah berani kau memanggilku tanpa sebutan, Tuan?” Kata Tuan Rey mengakui keberanian ku“Aku bertanya apa maksudmu! Dengan mengajakku pergi ke tempat ini, kamu kira ini lucu? Lepaskan tanganku! Aku ingin pulang!”Tuan Rey hanya tertawa dengan raut wajah puas. “Hahaha... Jangan takut, Cantik. Kau akan baik-baik saja, kita hanya perlu bersenang senang disini.”“Saya bilang lepaskan saya! Atau perbuatanmu akan saya bongkar!” Ancamku sambil menghindari tatapan tajam mata Tuan Rey.“Ssttttt... Ah!”Sebuah tangan mencengkeram wajahku sangat teramat kuat, yang tidak lain tangan Tuan Rey.“Apa? Kau mengancamku? Coba lakukan! Kau akan melihat apa yang akan terjadi pada anak semata wayangmu Daffa!”Mataku membulat, pikiranku mulai kacau.“Daf-Daffa? A
Baca selengkapnya
Karena Aku
“Waw! Pertunjukan yang sangat hebat. Saya yakin kau bisa melakukannya Yonna,”“Ini yang Tuan inginkan, bukan? Akan aku lakukan.”“Berapa banyak kau minum? Satu botol ini?” Tanya tuan Rey di tengah kesadaranku yang mulai tidak terkendali.“Lebih banyak dari itu.”“Apa kau sudah gila! Saya tidak menyuruhmu minum lebih dari yang aku minta!”Tuan Rey seketika bangkit dan menghampiriku dengan wajah yang memerah.“Hentikan! Duduk disitu!”Aku tidak memperdulikan apa yang ia katakan, aku menuang kembali bir ke dalam gelas dan mencoba meminumnya kembali.“Praaanggg... “Gelas yang berisi minuman bewarna merah keunguan itu tumpah dengan pecahan kaca berserakan di mana-mana.Wajahku tidak sedikitpun panik. “Mengapa? Berikan lagi minuman itu, aku sangat menikmati malam ini. Jangan hentikan aku, aku lelah.”“Hentikan!
Baca selengkapnya
Kau Bodoh
“Aku dimana,”“Yon, Yonna? Kau sudah sadar? Tenang-tenang. Aku tidak akan menyakitimu.” Ujar Rey berusaha menenangkan Yonna.“Aku dimana sekarang?”“Di rumah sakit, Yon.”“Aku kenapa?”“Kau... emm... kamu sakit, Yon. Kamu pingsan.”“Aku ingin pulang sekarang juga,” ucapku dengan suara parau hampir tidak terdengar jelas.“Kamu ingin pulang? Dokter mengatakan belum bisa untuk saat ini, jadi kita pulang besok.”“Aku tidak mau! Aku ingin pulang sekarang juga.” Dengan nekat aku berusaha membuka jarum infus yang terpasang di tanganku. “Arghhh... mengapa ini ada di tanganku!”“Tenang, Yon. Tenang! Jangan panik.”“Anakku mana! Mana anakku!”“Daffa baik-baik saja.”“Apa yang kamu lakukan pada anakku!”“Apa maksudmu, Yon? Aku tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status