Semua Bab Lelaki Pengganti: Bab 31 - Bab 40
62 Bab
Boleh Ikut
“Aku tidak marah, Bang. Aku hanya tidak habis pikir denganmu. Bagaimana mungkin Abang bisa mengizinkan Yonna cuti, tanpa memberi tau aku terlebih dahulu.” Ujar Rey mencoba membela diri.“Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan kamu membuat peraturan seperti ini, Rey. Sedangkan dulu banyak yang bekerja di rumah kita kamu bahkan tidak pernah perduli dengan cuti mereka.” Jawab Roy, netranya tak lepas dari wajah Rey yang terlihat aneh.“Tetapi Yonna itu berbeda, Bang!” Bentaknya, ternyata ia keceplosan.Roy membulatkan matanya. “Maksudmu berbeda, apanya yang berbeda, Rey.”Rey berusaha mencari alasan agar ia tidak ketahuan bahwa dirinya mencintai Yonna dan takut kehilangan dia.“Karena Yonna aku yang membawanya kesini, Bang. Jadi aku tidak mau dia seenaknya begitu saja cuti tanpa memberitahu ku terlebih dahulu.” Jelasnya beralasan.Roy mengangguk pelan. “Oke kalau begitu kamu beso
Baca selengkapnya
Kecewa Tuan Rey Ikut
“Sudah ku duga,” jawabnya tersenyum sinis.“Lalu kenapa, Tuan? Saya hanya berbicara pada Tuan Roy tidak lebih, dan hanya sebentar saja.” Jawabku kesal.Tuan Rey mendekatiku. “Hey! Apa kamu lupa, hah? Apa perlu saya ingatkan lagi?”Aku mundur beberapa langkah sambil menarik Daffa. “Sudah saya bilang, saya hanya berbicara saja! Lagian Tuan Roy sendiri yang mendatangi saya!” Bentakku dengan wajah geram.“Sudah berani membentak saya, kamu? Wah, wah. Sangat hebat,” ucapnya sambil bertepuk tangan.“Saya sudah tidak tahan lagi, dengan semua tuduhan yang, Tuan lontarkan kepada saya!”“Saya tidak sedang menuduh, saya berkata apa adanya!”“Tetapi tidak semua yang, Tuan katakan itu benar adanya!” Seruku hampir saja aku menangis.“Jangan menangis kamu! Air mata buaya!” Bentaknya.Mendengar perkataannya aku tidak jadi menangis,
Baca selengkapnya
Kenapa Rey Takut Tinggal
Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari biasanya, aku mulai menyiapkan sarapan pagi sebelum berangkat pulang.Netraku sesekali menatap jam dinding yang terpasang tidak jauh dari dapur, sudah menunjukkan pukul lima subuh.“Untung aku sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan ku bawa nanti, jadi tidak terlalu terburu buru.” Gumamku.Setelah selesai mempersiapkan sarapan, aku kembali melihat jam. Masih jam 6 pagi, aku tidak lupa untuk membangunkan Tuan Rey, sesuai yang ia minta padaku kemarin namun, kali ini aku sengaja membangunkannya lebih awal dari yang ia minta. Itu karena aku takut lupa.“Tok,,,, tok,,,, tok,,,”“Tuan,,,,” panggilku namun, tidak ada jawaban sama sekali.Aku mencoba memanggilnya kembali. “Tuan,,,,”Tidak lama kemudian terdengar sahutan dari dalam kamar. “Iya,”“Tuan, Bangun Tuan.” Ucapku.Rey menatap jam ya
Baca selengkapnya
Terpesona Dengan Kecantikan Yonna
“Saya sudah bangun, bang.” Jawab Rey sambil mengucek matanya.“Alah, bohong kamu. Kenapa aku panggil kamu tidak menjawabnya?” Tanya Roy kesal.“Akh! Iya, iya. Aku tidur lagi tadi, lagian Yonna membangunkan aku jam enam, sedangkan aku meminta dia membangunkan aku jam tujuh.” Sahutnya.“Masih syukur dia mau membangunkanmu, Rey,”“Iya, Bang, iya.” Jawab Rey pasrah.“Yasudah, kamu siap-siap. Sebentar lagi kita berangkat.”Mata Rey membulat. “Hah! Aku belum siap-siap, Bang!” Serunya sambil berlari mengambil handuk untuk mandi.“Itu bukan urusanku, kalau kamu terlambat, aku akan meninggalkanmu.” Ancam Roy dan langsung pergi dari kamar Rey.“Bang! Bang!” Teriak Rey dari dalam kamar.Mendengar tidak ada jawaban, Rey sangat gelisah ia melihat jam dan bergegas mandi. Tidak sampai lima menit Rey sudah selesai mandi, ia langsu
Baca selengkapnya
Bertemu Dengan Wanita Baik
Di sepanjang perjalanan, aku melihat wajah Tuan Rey yang dari kaca mobil, tampak jelas wajahnya yang sangat kesal melihat aku duduk bersebelahan dengan Tuan Roy.“Nanti setelah jalan ini, belok ke kiri ya, Tuan.” Ucapku ketika melewati jalan bebatuan, yang berarti berarti kampungku tidak jauh lagi dari sini.“Belok kiri di ujung jalan itu, Yon?” Tanya Tuan Roy sembari menunjuk jalan yang terdapat gardu listrik itu.“Iya, Tuan. Di Gardu listrik itu belok kiri,”“Oh, baiklah. Jalannya banyak yang rusak dan berlubang ya, apa tidak pernah di aspal, Yon?” Tanyanya heran.“Emm,,,, dulu sempat di perbaiki, Tuan namun, karena banyak mobil yang bermuatan melebihi kapasitas jadi jalan ini sangat cepat rusak Dan berlubang. Maka dari itu sampai sekarang tidak ada perbaikan lagi karena itu semua dianggap percuma.” Jelasku.Tuan Roy mengangguk. “Begitu, untung saja hari tidak hujan. Kalau t
Baca selengkapnya
Teringat Akan Kebaikan Itu
“Apa kalian saling kenal?” Tanya Tuan Rey dengan wajah polos.Aku mengangguk, sambil menatap wanita itu. “Iya, Tuan. Saya sangat mengenal wanita baik ini,”Tuan Rey yang tak mengerti langsung menyerngitkan dahinya dan bertanya. “Wanita baik, maksudmu apa, Yon?”Aku menghela nafas, dan diam sejenak. Kembali aku membayangkan kejadian lebih dari setahun berlalu itu.“Wanita di depan saya ini pernah menolong saya, Tuan. Masih tergambar  dengan jelas kebaikan yang ia lakukan  di ingatan saya.”“Kebaikan?”Aku mengangguk. “Benar, Tuan. Waktu itu saya berjalan kehausan kebetulan air minum yang saya bawa habis, lalu tanpa sengaja saya lewat di depan warung ini dan meminta minum disini.” Jelasku sambil menunjukkan botol minum yang ada di tanganku.“Ohh,” tuan Rey mengangguk.“Bukan hanya itu, Tuan.”“Bukan hanya itu, la
Baca selengkapnya
Kelelahan Yang Terbayarkan
“Apa rumahmu masih jauh dari sini, Yonna? Tadi kata kamu sebentar lagi akan sampai,” ujar Tuan Rey memotong pembicaraan kami.“Kenapa, Tuan? Sudah mulai bosan, ya.” Tanyaku mencoba menggodanya.“Akh, tidak. Hanya saja punggung saya  terasa sakit.”Aku menghela nafas. “Iya saya tau, Tuan. Karena jalannya begini jadi terasa jauh, coba saja jika jalannya bagus seperti di kota pasti akan cepat sampai.”“Nah, itu kama tau, Yon.”“Iya, karena saya juga merasakan hal yang sama, Tuan. Punggung saya terasa sakit juga,” ujarku.“Punggungmu sakit, Yon?” Tanya Tuan Roy.Aku mengangguk.“Ini, ada bantal pakai saja,” suruh Tuan Roy sambil memberikan bantal bewarna coklat tua padaku.“Untuk saya, Tuan? Tapi,,,,”“Sudah pakai saja,”Rey melotot melihat Abangnya yang  memperhatikan Yonna. Sedangk
Baca selengkapnya
Berani Menghinaku Lagi Tanggung Sendiri Akibatnya
“Rumahmu masih jauh dari sini?” Tanya Tuan Rey ketika melewati perkampungan itu.“Sebentar lagi, Tuan.”“Kira-kira berapa lama lagi, Yon.”“Sekitar lima menit lagi, Tuan.”“Hem... Untung saja pemandangan disini indah, jadi saya tidak terlalu bosan dengan perjalanan yang melelahkan ini.” Ujarnya sambil menguap karena mengantuk.Aku hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Tuan Rey. Tak lama kemudian aku berusaha membangunkan Tuan Roy yang dari tadi tertidur.“Tuan, Tuan...”Tuan Roy langsung membuka matanya. “Iya, Yon. Ada apa?” Tanyanya gamblang karena masih mengantuk.“Kita sudah hampir sampai, Tuan. Di depan sana itu rumah, saya.” Ujarku.Tuan Roy dengan bersemangat langsung bangun dan melihat ke kiri dan ke kanan.“Wahhhh..... Ini kampungmu, Yon? Indah sekali!” Serunya terlambat karena baru bangun.
Baca selengkapnya
Realita Kehidupan Di Kampung
Netraku menatap rumah tua milik ayahku dari kejauhan, tampak rumah itu masih sama seperti dulu, teringat kembali sewaktu aku kecil, aku sering berlarian mengelilingi rumah ini, tidak banyak perubahan yang ku lihat setelah meninggalkannya setahun lebih.Aku berhenti dan menunjuk rumah papan yang sudah terlihat sangat kumuh di depanku, terlihat pintunya tertutup rapat. “Ini rumah saya, Tuan.”Mata Tuan Rey membulat. “Ini?”“Benar, Tuan. Ini rumah saya, ya beginilah adanya, berharap Tuan Rey dan Tuan Roy memaklumi keadaan saya,” ujarku memberi pengertian.Tampak Tuan Roy mengangguk pelan. “Tidak apa-apa, Yonna. Yang terpenting kan bisa ditempati.” Ujarnya sambil tersenyum.Tuan Roy tampak biasa saja dan memaklumi keadaanku namun, berbeda halnya dengan Tuan Rey, ia terlihat sangat tidak menyukai tempat tinggalku ini.Melihat reaksi Tuan Rey yang tidak nyaman, aku langsung berkata. “Tuan Rey,
Baca selengkapnya
Ayah Sampai Kapan Kau Terus Membenciku
“Ya, mungkin saja, yasudah pergilah, Yon.”“Iya, Tuan.” Aku mengangguk pelan dan pergi.Sesampainya di kamar mandi, seketika ingatanku kembali ke masa dimana aku sedang dimandikan oleh ayah, saat itu aku tertawa lepas, saat gelembung sabun yang aku mainkan beterbangan.“Lagi, Yah, lagi,”“Sudah jangan lama-lama, nanti kamu masuk angin,”“Ahh,,,, Ayah! Aku masih ingin bermain sabun itu, Yah!” Teriakku waktu itu.Dengan sabar ayahku berkata. “Yonna, nanti kamu sakit jika, terlalu lama bermain air. Besok lagi ya, Nak, ya?”Dengan sedikit kecewa aku mengangguk. “Iya, ayah.”“Anak pintar,”Sambil membersihkan tubuh Daffa, tanpa terasa air mataku mengalir, sesekali aku menyeka air mata ini namun, tetap saja kenangan itu terus saja menghantui pikiran dan jiwaku.Bagaimana nanti jika ayah melihat kedatanganku, apakah ia akan se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status