Semua Bab Ksatria Pengembara Season 1: Bab 121 - Bab 130
1822 Bab
6. Bagian 16
“Braakkk”. Bintang semakin dikejutkan dengan didobraknya suara pintu Nyai Kembangsari, dan ; “Ki Tayub....”. ucap Bintang mengenali sosok lelaki tua setengah baya yang terlihat masuk dengan beberapa orang pengawal rumah Nyai Kembangsari. Dan Bintang dapat melihat Ki Tayub tampak terkejut saat melihat lobang besar yang ada diatap kamar tersebut. “Kita terlambat ki....”. ucap salah satu pengawal yang masuk bersama Ki Tayub. “Ya, aku yakin ini semua adalah ulah Demang Witarna yang tidak menerima kejadian malam itu”. ucap Ki Tayub lagi terlihat menggeram kesal. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ki ?”. “Kita tak mungkin bisa membebaskan Nyai Kembangsari, Demang Witarna memiliki jago-jago handal yang cukup banyak, sayang Raden Bintang tidak ada disini”. ucap Ki Tayub lagi terlihat berpikir sejenak. “Sebagian dari kalian tetap disini untuk berjaga-jaga, aku akan pergi ke hutan Rantangpuri untuk meminta bantuan Kepala Begal Sawungpati
Baca selengkapnya
6. Bagian 17
“Serangg....!!!”. dengan satu perintah saja, maka belasan orang pengawal itu langsung menyerang kedepan dengan dahsatnya. Tapi ; “Hiyyattt......werrr....werrr.....weerr”. Bintangpun bergerak kedepan menyambut serangan para penyerangnya, jurus Tendangan Tanpa Bayanganpun segera terlihat pada serangan–serangan pertama Bintang, maka ; “Deesss...desss”. serangan Bintang yang sedemikian cepat membuat beberapa sosok pengawal Demang Witarna langsung berjatuhan ketanah, rupanya kali ini Bintang benar-benar tak memberi ampun kepada lawan-lawannya dan akibatnya sungguh mengerikan, serangan-serangan yang Bintang lancarkan membuat lawan-lawannya terkapar disana sini akibat serangan maut yang dilancarkan oleh Bintang. Dalam beberapa gebrakan saja, sudah sebagian orang dari semua pengawal Demang Witarna yang terkapar ditanah, hal ini tentu saja membuat para pengawal Demang Witarna yang lain menjadi gentar hatinya melihat kehebatan lawan yang mereka hadapi saat ini. Dan bagaimana d
Baca selengkapnya
6. Bagian 18
 “Ka....ka....kakang”. ucap Nyai Kembangsari dengan terbata-bata. “Nnn..Nyai....”. ucap Bintang pula ikut terbata-bata, Bintang tahu saat ini tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menyelamatkan nyawa Nyai Kembangsari yang sudah berada diujung tanduk. Hal inilah yang membuat deraian air mata Bintang mengalir deras tanpa terbendung. Nyai Kembangsari terlihat mengangkat tangannya dan dengan lembut diusapnya air mata tersebut dari kedua mata Bintang. “Jaa...jangan bersedih ka...kakang”. “Maa...maafkan aku Nyai, aku tidak bisa me...”. belum lagi Bintang menyelesaikan ucapannya, jari jemari Nyai Kembangsari telah menempel dibibirnya. “Ttii....tidak apa-apa ka....kang, jan....gan salahkan kakang atas semua ini.......ak...u bahagia sebelum kematianku.....aku masih dapat diberikan kee....sempatan untuk....berte...mu dengan kakang.....aakk....u baha...gia bisa mati da...lam pelu...kanmu kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi, dan ini semakin membuat Bi
Baca selengkapnya
7. Dewi Topeng Perak
Malam menyelimuti kepakatan malam, angin terasa berhembus kencang menyapu dataran bumi, diatas sana, rembulanpun tampak bersinar redup malam itu, tidak tampak sebuah Bintangpun yang bertaburan diangkasa sebagaimana biasanya. Sepertinya malam itu hujan akan turun. Dan tak perlu menunggu lama, segerombolan awan tebal dan hitam kelam terlihat mulai menutupi wajah sang rembulan, dan ; “Cletarrrr.....cleetarrrr”. terdengar beberapa kali suara guntur terdengar memecah kesunyian malam dan suasana yang lebih mencekam lagi lebih terasa disebuah pekuburan umum yang terdapat disebuah desa. Desa yang bernama desa Tawungsari. Malam ini malam ke-40, sejak kematian Nyai Kembangsari yang begitu membuat masyarakat Desa Tawungsari merasa amat kehilangan sosok yang begitu dermawan dan sangat ringan tangan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Untuk mengetahui tentang kematian Nyai Kembangsari baca (Prahara Cinta Nyai Kembangsari). Pemandangan yang amat mencekam dan me
Baca selengkapnya
7. Bagian 2
Sementara itu diwaktu yang sama, tapi ditempat yang berbeda, tepatnya ditempat kediaman Nyai Kembangsari, didalam sebuah kamar, dimana terlihat sesosok tubuh yang tengah terbaring diatas pembaringan yang berada dikamar itu, terlihat disalah satu tangan sosok pemuda yang tengah berbaring itu sebuah botol arak yang tergenggam erat ditangannya. Bila melihat raut wajahnya, sosok pemuda yang sepertinya telah tenggelam dalam mabuknya itu tak lain Bintang adanya. Sejak kematian Nyai Kembangsari, Bintang benar-benar terpukul hingga Bintang hanya bisa tenggelam dalam minuman arak yang selalu setia menemaninya. Keadaan Bintang seperti sekarang ini tentu saja sangat menyedihkan bagi Ki Tayub dan Sawungpati sendiri yang dengan setia menjaga dan melayani Bintang disetiap harinya. Tapi Bintang seolah tidak perduli akan hal itu. Dan malam itu sebagaimana biasanya Bintang tertidur dalam keadaan mabuknya. “Wuuutttt”. tiba-tiba saja sebuah cahaya putih melesat masuk dari jendela kamar
Baca selengkapnya
7. Bagian 3
Sore itu, segumpalan asap tebal tampak melingkupi sebuah desa, asap tebal itu ternyata berasal dari rumah-rumah penduduk yang tengah terbakar, sementara itu suasana didesa itu sendiri tampak begitu kacau balau, para wanita dan anak-anak tampak berteriak-teriak histeris, berlari kesana kemari tanpa tujuan, keadaan di desa itu benar-benar telah porak poranda. Belasan orang lelaki yang mengenakan pakaian serba merah tampak dengan bringasnya menebaskan kapak-kapak merah yang ada ditangan mereka tanpa pandang bulu, sehingga banyak korban berjatuhan dengan tubuh bersimbah darah. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat tengah memanggul beberapa sosok orang wanita, dan sebagian lagi tampak sibuk membakari atap-atap rumah penduduk. Beberapa orang pemuda yang bersenjatakan cangkul dan tongkat tampak berusaha memberikan perlawanan sengit kepada orang-orang yang mengenakan pakaian serba merah itu, tapi ternyata perlawanan mereka tidaklah berarti apa-apa, bukan saja karena mereka kalah
Baca selengkapnya
7. Bagian 4
“Siapa namamu anak muda ?” “Namaku Surat”. jawabnya singkat dan tegas. “Aku mengagumi keberanianmu Surat, tapi sayang kau hanya menyia-nyiakan nyawamu saja, tapi aku masih memberikan keringanan padamu, aku ingin kau menjadi anak buahku...bagaimana..?”. ucap si Bola Iblis lagi. Sesaat terlihat wajah Surat berubah mendengar hal itu, tak disangkanya kalau ucapan itu akan keluar dari mulut si Bola Iblis. “Bagaimana ? aku jamin kau akan hidup senang bila bergabung dengan kami Gerombolan Kapak Merah”. ucap si Bola Iblis lagi dengan banggannya. “Cuih.....siapa sudi bergabung dengan orang-orang kotor dan bejat seperti kalian”. tapi justru ucapan yang sangat mengejutkan yang dilontarkan oleh Surat, bahkan dengan beraninya Surat meludah kedepan. “Wuutt.......ddesss”. dan tiba-tiba saja sosok si Bola Iblis yang berada dipunggung kudanya sudah melesat kedepan dan satu tendangan keras dengan telak menghantam wajah Surat yang langsung membuat tubuh pemuda i
Baca selengkapnya
7. Bagian 5
“Apakah keberanianmu hanya menindas orang-orang lemah seperti mereka ?”. tapi sebelum semuanya terlambat, sebuah suara lembut terdengar ditempat itu, hal ini bukan saja mengejutkan semua orang ditempat itu, tapi juga Si Bola Iblis sendiri. Tangannya yang terangkat yang tadi telah siap dihantamkannya ke kepala Surat, tertahan dan perhatiannya kini tertuju kearah asal suara. “Aahhh.”. bukan saja Si Bola Iblis yang terkejut saat melihat sosok seorang gadis yang kini tengah berdiri beberapa tombak dihadapan mereka. Tapi semua yang ada ditempat itu cukup terkejut dengan kehadiran gadis tersebut, karena tak sedikitpun mereka tadi melihat keberadaannya. Beberapa tombak dihadapan Si Bola Iblis, memang telah berdiri sosok seorang gadis yang mengenakan pakaian kecoklatan, Gadis itu terlihat berjalan kembali kedepan hingga kini semakin mendekat kearah mereka, dan semakin dekat semakin terkejutlah semua orang yang ada ditempat itu termasuk Si Bola Iblis sendiri. Betapa tidak, ga
Baca selengkapnya
7. Bagian 6
Melihat keunggulan lawannya, si Bola Iblis kini benar-benar tidak bisa menganggap enteng lawannya, maka ; “Sregggg.”. rantai bola besi berduri yang sejak tadi melingkar dilehernya segera diraihnya. “Sebaiknya kau menyerah saja nisanak, sebelum bola iblisku ini melukaimu.”. “Kau tak perlu sungkan, keluarkan semua kemampuan yang kau miliki...”. ucap gadis bertopeng perak  lagi, maka ; “Wuutt....wuuttt...” si Bola Iblispun terlihat memutar rantai bola berdurinya diatas kepalanya. “Hyyaatt......wuuutttt.”. bola berduri itu melesat cepat kearah gadis bertopeng perak ; “Uttsss”. tapi dengan gerakan yang sangat mengagumkan pula, gadis bertopeng perak itu menghindari serangan maut itu, hingga ; “Duarrrr...”. tanah tempat dimana gadis bertopeng perak tadi berdiri terlihat langsung hancur berantakan saat terkena hantaman bola berduri tersebut, dan ini ternyata cukup mengejutkan wajah dibalik topeng perak tersebut, sungguh tak disangkanya kalau senjata bola berduri
Baca selengkapnya
7. Bagian 7
Beberapa hari kemudian, nama Dewi Topeng Perak benar-benar telah menjadi bahan pembicaraan diantara kalangan para penduduk, karena telah beberapa kali Dewi Topeng Perak berhasil menggagalkan Gerombolan Kapak Merah dalam melakukan aksi perampokannya. Keperkasaan dan kehebatan Dewi Topeng Perak kini benar-benar menjadi buah bibir dikalangan masyarakat awam. Bahkan di kalangan Gerombolan Kapak Merah sendiri. Sore itu,disebuah jalan didalam sebuah hutan lebat, terlihat dua buah pedati yang tengah berjalan melewatinya. Di Pedati yang paling depan terlihat penuh oleh barang–barang kebutuhan pokok, sementara di pedati belakang tampak pula duduk seorang laki-laki tua yang dari pakaiannya dapat dipastikan kalau lelaki itu adalah seorang juragan. Sementara itu didepan sekali, terlihat dua orang laki-laki yang tengah mengendarai dua ekor kuda, kedua terlihat mengenakan pakaian berwarna putih dan melihat sosok penampilan mereka, dapat dipastikan kalau keduanya adalah orang-orang persila
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
183
DMCA.com Protection Status