Semua Bab SamRann: Bab 21 - Bab 30
33 Bab
Bab 21 kabar macam apa?
Jangankan bisnis, sesama kasih sayang yang tak di harapkan saja gue gak akan pernah sudi. Rannia Krishna_______________    "Bell, ada hal penting yang harus papa sampaikan sama kamu," ucap Krishna membuka ketegangan di meja makan itu. Rann hanya diam tanpa niat menyahut. "Papa sudah putuskan-" Krishna kembali berhenti takut-takut jika salah bicara. Sedangkan Rann hanya menatap datar dengan aura dingin tapi masih berusaha mendengar. "Papa akan jodohkan kamu dengan anak teman papa." Susah payah Krishna berucap, berusaha agar tak ada yang tersinggung. Karena dia tau, Rann sedikit sensitif dengan hal ini. Rann menghentikan kegiatan makannya, meletakkan sendoknya pelan. Menatap Krishna dengan tatapan datar tanpa berucap.  David begidik ngeri melihat tatapan sepupunya itu, sementara Nia bingung sendiri har
Baca selengkapnya
Bab 22 dinginnya Rann
 Kring ... Bel tanda istirahat Berbunyi dengan nyaringnya. Seluruh siswa bergegas keluar kelas. Keadaan seperti biasanya, begitu juga dengan Rann, Alika, dan Tiara mereka berjalan menyusuri koridor. "Seneng banget tuh kak Rann pagi-pagi udah di sambut most wanted sekolah." "Tukeran posisi dong kak." "Gue juga mau kali."  Setidaknya itulah beberapa ocehan siswa yang disekitar koridor yang berhasil ditangkap oleh telinga ketiga cewek itu. "Tunggu!"  Tiara menghentikan langkahnya. "Lo beneran Rann, disapa most wanted?? siapa tuh namanya?" tanya Tiara menginterogasi. "Kak Azim," timpal Alika sekenanya. "Emang kenapa? Udah biasakan?" jawab Rann cuek. Bagi Rann itu hal biasa, karena Rann sendiri sudah sering mendapat sapaan dari Azim sang Wakil ketos k
Baca selengkapnya
Bab 23 Pindah
 "Rann. Lo kenapa sih?" tanya Alika setelah keduanya duduk disalah satu bangku. Inilah mereka, di dalam perpustakaan. Duduk di salah satu meja, berada diantara anak-anak rajin yang sedang meluangkan waktunya untuk membaca. Setelah menikmati kejadian dikantin, dengan sigap Alika menarik Rann dan mengajaknya ke perpus untuk menenangkan diri. Alika sadar akan perubahan sikap Rann sejak tadi pagi itu bukan tanpa sebab. "Gue gak papa," jawab Rann dingin. "Huh, masih aja sembunyi" sinis Alika. "Gue tau lo Rann, percuma lo sembunyiin tetep aja gue tau! Kenapa sih Rann, lo gak mau terbuka? Setidaknya sama gue kalo emang lo gak mau ke yang lain, ke semuanya, gue disini! Gue siap buat jadi pendengar, gue siap bantu sebisa gue!" ucap Alika dengan tatapan lurus tajam menyimpan kekecewaan. Rann menghela nafas kasar, ada rasa sesak di dada, ingin sekali meluap
Baca selengkapnya
Bab 24 Lagi-lagi perjodohan
 Samudra berdiri tepat pada satu tangga sebelum tangga terakhir. Pandangannya mencari anggota keluarganya yang dirindukan. Kakinya kembali melangkah menuju ruang makan. Dilihatnya kedua orang tuanya tengah bersiap untuk makan malam, begitu juga dengan Megha, adik perempuannya. "Kak, ayo cepat. Udah lapar nih," ucap Megha seraya melambaikan tangan. MEGHA RAHMA LESMANA.  itulah namanya. Adik perempuan Samudra sekaligus anak terakhir di keluarga ini. Dia masih duduk di bangku SMP. "Bunda masak apa?" tanya Samudra seraya duduk di samping Megha. "Bunda masak buntut kaka," ceplos Megha dengan senyum jahilnya. Alhasil, Samudra melongo di buatnya. "Sop buntut maksudnya," jelas Alvi, bunda Samudra. Sungguh receh candaan putrinya itu. Malam ini, suasana kekeluargaan begitu terasa di ruang makan ini. Semua makan sop buntut buatan b
Baca selengkapnya
Bab 25 FaraKhan
 Semua sahabat Rann berkumpul di parkiran sekolah, tepat di samping mobil Mey, tengah menunggu kejelasan dari sahabat karib mereka.  Mata mereka manyapu bersih semua pemandangan yang ada, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Rann. Pandangan mereka tertuju pada satu mobil mewah yang baru saja terparkir di sana, mobil itu begitu asing bagi mereka. Sudah cukup lama mobil itu berhenti, tapi tak kunjung menunjukkan siapa yang ada di dalamnya. "Woi, ada anak baru yah?" tanya Anna pada sahabatnya namun hanya mendapat angkatan bahu secara serempak. "Eh, eh, liat tuh. Kayaknya ada yang mau keluar dari mobil mewah itu," ucap Safna seraya menunjuk kearah mobil tersebut dengan pintunya yang perlahan mulai terbuka. Pintu terbuka lebar, terlihat seorang gadis keluar darinya. Gadis cantik yang sukses membuat mereka melongo tak percaya. 
Baca selengkapnya
Bab 26 Berkunjung
Terkadang hidup itu butuh sedikit kejujuran agar lebih terasa, tapi juga butuh tantangan agar lebih menyenangkan.  Meysha meylany   ___________________  Siang ini, sepulang sekolah mereka berkumpul di base camp mereka. Di sebuah butik yang didirikan dengan uang bersama yang mereka tabung dari sisihan uang jajan. Bangunan dua lantai dengan dekorasi cukup unik kreasi tangan sendiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Meysha art. Merubah hal biasa jadi luar biasa. Memang tak terlalu luas karena hanya mengandalkan sisihan uang jajan sejak awal pertemuan mereka sewaktu SMP dan terealisasikan bangunan ini sewaktu masuk SMA. "Tia, lo kenapa sih?" tanya Viona menepuk pundak sahabatnya. Kini mereka tengah duduk melingkar di ruangan yang tersedia di lantai dua dengan suguhan pemandangan kota karena letak butik yang cukup strategis. "
Baca selengkapnya
Bab 27 TOD 1
    Usai makan malam, mereka kemudian kembali ke kamarnya Rann, di lantai dua. Mereka kembali melingkar bersiap untuk bermain dengan kegilaan mereka.   "Guys, main TOD yuk," ajak Mey, yang lain hanya mengangguk setuju.   "Wait!!! tunggu-tunggu!" Anna heboh saat teringat sesuatu.   "Nih, kumpul-kumpul gini, gak ada snacknya gitu?" Ucapan Anna sukses membuat yang lain melongo.   "Kayaknya bener tuh, Na" timpal Alika saat sadar dengan hal itu.   "Iya deh, iya, maunya apa?" Rann yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara.   Semua saling mengusulkan apa yang diinginkan. Setelah selesai berunding kemudian Rann keluar dari kamar, hendak pergi ke mini market terdekat.   Saat tepat di depan kamar David, terbesit dalam fikirannya untuk mengajak David keluar menemaninya.   Rann mengetuk pintu kamar Da
Baca selengkapnya
Bab 28 TOD 2
  Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan.   Nayla kharisma. _______________         Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara.   "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya.   "Dare deh," jawab Tiara ragu.   "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann.   "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara.   "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk.   "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya.   "Ok, fine!"    Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.
Baca selengkapnya
Bab 29 Kakak juga merasakannya
  David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud. Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB. Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua. David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya. Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu. "Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya. David tau, tadi malam R
Baca selengkapnya
Bab 30 Rann minta maaf
   Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.  Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi. "Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David. "Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah. "Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya. "Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu. Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status