All Chapters of Code of Seduction (Bahasa Indonesia): Chapter 31 - Chapter 40
106 Chapters
31. Mabuk
 "Jahat sekali mereka! Kenapa mereka seperti itu? Mereka tak punya hak untuk usir kamu!" Alfonso marah-marah di dalam mobil, setelah mendengar cerita Siena. "Itu kejadian yang sudah lama! Lagipula apa urusannya dengan mereka? Urus saja masalah mereka sendiri!" Nada suara Alfonso makin lama makin tinggi. "Sudahlah, Alf…. Aku sudah cerita 'kan? Itulah kenyataan yang aku hadapi dari dulu di tempat ini." Alfonso bisa merasakan kegetiran dalam suara Siena. Dia bisa melihat kalau Siena seperti menahan tangis. Rasanya dadanya bergemuruh oleh amarah. Kenapa orang-orang itu begitu jahat? Dengan seenaknya menuduh seseorang sebagai pembawa aib, padahal belum tentu hidup mereka sendiri lebih baik. Siapa juga yang tak pernah melakukan kesalahan seumur hidupnya? Bahkan waktu mereka kembali ke Hotel Sakura pun, Alfonso masih merasa marah, karena wajah Siena tetap murung. "He
Read more
32. Godaan
 BYUR! "Cherry!" Alfonso berteriak panik saat tubuh Siena terjun, atau lebih tepatnya jatuh ke dalam kolam air hangat itu. Siena terjatuh dengan posisi menelungkup. Tanpa pikir panjang, Alfonso terjun ke kolam dengan pakaian lengkap juga, bergegas menarik tubuh Siena ke pinggir. Ia menengadahkan wajah Siena untuk memeriksa napas gadis itu. "Demi Tuhan, Cherry!! Apa kamu mau bunuh diri?!" teriak Alfonso dengan suara bergetar. Mata Siena terpejam, tak sadarkan diri, tapi dia masih bernapas. Alfonso menarik napas lega. Tak ada gunanya dia marah-marah, Siena sudah tak bisa merespons sekarang. Dia menggendong tubuh Siena naik dari dalam kolam. Tubuh mereka berdua basah kuyub, air menetes membasahi lantai kamar. "Orang bodoh mana yang taruh kolam air hangat di samping ruang tidur?!" maki Alfonso. "Karyawan hotel ini ceroboh! Awas! Aku habisi mereka besok!" 
Read more
33. Berbahaya
  Stop!   Siena berusaha memerintah tubuhnya supaya berhenti bereaksi, tapi tubuhnya seolah tak mau mematuhi otaknya lagi. Tubuhnya lebih memilih untuk merespons godaan kenikmatan yang ditawarkan bibir Alfonso. Ia merintih, napasnya tersengal, kulitnya terasa hangat di dalam pelukan tangan Alfonso. Kenapa tubuhnya tak mau menurut pada otaknya?   Alfonso tak bisa menahan senyumnya melihat reaksi Siena. Mata gadis itu masih terpejam, tapi jelas Siena menikmati ciuman dan sentuhannya. Ia makin bergairah untuk menggoda Siena. Terus dikecupnya kulit leher Siena yang mulus, jarinya ikut menyusup ke dalam blouse Siena, membelai perut gadis itu. Bibirnya bergerak naik ke pipi Siena, mencium dan membelai dengan lidahnya.   "Kamu suka, Cherry?" bisik Alfonso di dekat telinga Siena.   Siena merasa seperti kehabisan napas karena 'serangan' Alfonso. Bibirnya mau tak mau terbuka untuk menarik napas. P
Read more
34. Rumah
 Siena dan Alfonso duduk di ruang makan yang kemarin, mereka sedang menikmati sarapan. Bedanya kali ini makanan yang disajikan cuma sedikit dan pastinya tanpa sake. Uh, kepala Siena berdenyut tiap kali teringat sake! Gara-gara minuman itu, dia melakukan hal yang gila semalam dan pagi ini dengan Alfonso! Ia melirik Alfonso yang sedang makan dengan tenangnya di hadapannya. Pria itu sedang menikmati semangkuk gyudon, sambil sesekali menyeruput ocha hangat. 'Menyebalkan…. Kenapa dia bisa begitu tenang, seakan tak pernah terjadi apa-apa?' omel Siena dalam hati. Bagaimana Siena tidak kesal? Jantungnya masih berdebar-debar kalau mengingat apa yang terjadi antara mereka di atas tempat tidur. Sentuhan dan belaian Alfonso seolah masih terasa di kulitnya, begitu juga ciuman pria itu bagai tak mau hilang dari bibirnya! Padahal dia sudah menghabiskan waktu lama di kamar mandi pagi ini, hanya untuk merendam tubuhny
Read more
35. Lebih Dekat
 Kata-kata Siena membuat Alfonso terdiam. Dia benar-benar berharap apa yang dikatakan Siena benar, tapi mungkin dia masih malu untuk mengakuinya. Keras kepala dan ego yang terlalu besar, itulah yang jadi sumber masalah di dalam keluarganya. Sifat Alfonso sama saja dengan sifat ayahnya dan kakeknya. Gara-gara sifat buruk mereka itu, mereka terlalu gengsi untuk mengakui perasaan mereka yang sesungguhnya. Berbeda dengan Siena, gadis itu selalu polos dan spontan dalam mengungkapkan perasaan. Bahkan hanya dengan Siena saja, Alfonso bisa jujur menceritakan masa lalunya. Mungkin karena dia merasa nyaman, mungkin karena Siena terlihat peduli, atau mungkin Siena memang telah memiliki tempat khusus di hatinya. "Terima kasih, Cherry…. Aku harap kamu benar. Tapi apa yang kukatakan tadi juga serius. Sekarang aku mulai mengerti, kenapa Kakek sangat dekat dengan kamu dan ibumu. Bisa dikatakan, kisah hidup kita mirip. Kita semua sama-sam
Read more
36. Musuh?
  Siena dan Alfonso berjalan bergandengan tangan keluar dari rumah masa kecil Siena. Hati Siena masih terasa hangat. Ucapan Alfonso seakan terus terngiang di telinganya. Alfonso berkata ingin memulai semuanya dari awal lagi, dan bahkan memintanya untuk menjadi pendamping pria itu. Apa itu artinya mereka jadi sepasang kekasih? Kenapa ada desir aneh di hatinya, dan jantungnya masih terus meletup-letup, seperti seseorang yang baru saja mendapat hadiah yang dinanti-nanti?   Mereka berjalan ke mobil. Alfonso menoleh ke belakang seperti mencari sesuatu, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil.   "Aneh…," gumam Alfonso. Lagi-lagi dia menolehkan kepalanya ke jendela belakang mobil.   "Ada apa?" Siena keheranan.   "Mobil itu seperti mengikuti kita." Alfonso menunjuk sebuah mobil SUV warna putih yang diparkir beberapa meter di belakang mobil mereka. "Sejak kita keluar dari Hotel Sakura sampai ke
Read more
37. Tantangan
  Alfonso mengerang pelan, "Aku bosan melihatnya."   Pandangan Siena beralih ke wajah pria itu. "Bagaimana kalau kali ini, kamu yang coba pecahkan kode ini?" Senyum usil terukir di bibir Siena.   "Kamu sedang mengerjai aku?" Alis Alfonso terangkat.   "Bukan, tapi aku menantang kamu." Senyum Siena makin lebar.   Alfonso mencermati wajah Siena sesaat. "Aah…." Mendadak dia ikut tersenyum. "Jadi kamu sudah tahu jawabannya? Dan kamu mau cobai aku, ingin lihat apakah aku bisa lebih cerdas daripada kamu?"   Siena tak bisa menahan tawanya. Untuk pertama kalinya dia bisa menikmati menertawakan Alfonso, bukan karena ingin mengejek, tapi lebih karena hatinya sedang gembira.   "Aku belum tahu jawabannya, tapi aku sedang menebak-nebak. Kita lihat saja, apa kamu juga bisa pecahkan kode ini?" Siena makin berani menantang Alfonso.   Mata bir
Read more
38. Bertemu Kembali
  "Alfonso Garcia…?"   Mendadak wanita bermata hijau itu menyebutkan nama Alfonso. Siena dan Alfonso menoleh bersamaan ke arahnya. Wajah wanita itu tampak terkejut, tapi sedetik kemudian dia tersenyum lebar.   "Astaga! Kamu benar-benar Alfonso!" pekiknya. "Kamu masih ingat aku 'kan?"   Alfonso mengerutkan dahi. Siapa wanita ini? Mata emerald-nya memang sangat indah, kulitnya juga bersinar cerah. Apa mungkin dia…?   Wanita itu melepaskan topi beanie warna pink dari kepalanya, sehingga rambutnya yang merah kecokelatan jatuh terurai dengan indahnya sampai ke punggungnya. "Ini aku, Sasha! Sasha Petrova…!"   Nama itu terdengar seperti nama Rusia, dan logat bicaranya juga unik.   "Sa-sha…?" Alfonso masih berusaha mengingat-ingat.   "Ah, jangan katakan kalau kamu lupa! Aku Sasha, wakil Rusia dalam kontes Miss Universe tiga tahun yan
Read more
39. Kekhawatiran Brian
 "Mister Lambert?" Damien mengangkat telepon dari sekretarisnya yang duduk di depan ruang kerjanya. "Ya, Natalie?" "Ada tamu untuk Anda. Katanya namanya Brian Jung." Dahi Damien berkerut. Siapa itu? Rasanya dia belum pernah mendengar nama itu. "Dia ingin bertemu Anda. Katanya penting, ini menyangkut Nona Siena Mori." * Damien menatap pria berwajah oriental yang duduk di hadapannya. Pria yang tak dikenalnya, tapi bagaimana pria ini bisa membawa-bawa nama Siena? Brian berdehem. "Kurasa aku langsung saja. Aku Brian Jung, sahabat Siena." Sahabat? Rasanya dia tak pernah mendengar cerita Siena, tapi memang banyak hal yang belum diketahuinya tentang Siena. "Apa yang bisa kubantu, Mister Jung?" "Panggil saja aku Brian. Aku datang untuk minta bantuan. Tolong beritahu aku,
Read more
40. Batas
  "Cherry, tolong buka pintu…!"   Alfonso menggedor-gedor pintu kamar resort tempat Siena menginap malam itu. Dia sudah menelepon ponsel Siena berulang kali, tapi tak ada jawaban. Dia juga sudah mencari Siena ke seluruh bagian resort tanpa hasil. Satu-satunya kemungkinan adalah Siena berada di kamar.   "Cherry…, aku tahu kamu di dalam. Buka pintunya!"   Ah, ada apa dengan Siena? Alfonso mengeluh. Siena meninggalkannya begitu saja di klinik saat dia sedang mengantarkan Sasha. Apakah Siena marah, atau cemburu?   "Cherry---"   Mendadak, pintu terbuka. Siena berdiri di balik pintu dengan gaun tidur panjang berwarna merah muda. Gaun itu tidak tipis, juga tak berpotongan seksi, tapi entah kenapa tetap terlihat sangat indah jika dikenakan oleh Siena.   "Ada apa?" Siena langsung bertanya dengan nada datar.   "Apa maksudmu ada apa? Ha
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status