All Chapters of Code of Seduction (Bahasa Indonesia): Chapter 71 - Chapter 80
106 Chapters
71. Kebahagiaan Sederhana
  "Asrama dan apartemen?" Alfonso terpaku memandang Siena, seperti baru saja menyadari fakta yang terlewatkan.   "Aku tahu kalau Grandpa memang pengusaha perhotelan. Dia selalu bangun hotel, resort, atau villa. Tapi kalau semua penginapan itu sudah dicari tanpa hasil, kenapa kita tidak coba cari properti lain, seperti apartemen atau asrama?" cetus Siena, wajahnya terlihat bersemangat.   "Oh, astaga, Cherry…! Kamu memang luar biasa cerdas!" puji Alfonso setengah berteriak.   Tangannya langsung bergerak mengambil ponselnya dan mengaktifkannya lagi. Lalu dia mulai menelepon asistennya, memberi perintah supaya asistennya mencari informasi tentang seluruh properti tempat tinggal sejenis apartemen yang ada di Melbourne.   "Ya, James, cari yang teliti kali ini! Waktumu dua belas jam!" perintah Alfonso, suaranya terdengar tegas.   Siena menyembunyikan tawa di balik tangannya
Read more
72. Mencari Kebenaran
  Sesaat hanya ada keheningan. Nama Apartemen Alberto seolah bergema di dalam kepala Alfonso. Apakah mungkin itu tempat yang mereka cari? Adalfo menamai properti miliknya dengan nama putranya, Alberto Garcia?   "Tuan…?" panggil James. Nada suaranya terdengar bingung karena Alfonso terdiam cukup lama.   "Oh, eh… Ya, James, kirimkan alamatnya padaku. Kami akan ke sana untuk mencari tahu," sahut Alfonso sedikit tergagap.   "Baik, Tuan, saya kirimkan lewat chat," tanggap James.   Alfonso memutuskan teleponnya. Saat mengangkat wajahnya, dia melihat Siena sedang memandanginya dengan wajah penuh tanya.   "Bagaimana, Alf…?"   Pada saat bersamaan, chat dari James muncul di ponselnya, bertuliskan alamat Apartemen Alberto. Alfonso mengangkat ponselnya, dan menunjukkannya pada Siena.   "Kata James, tak ada properti atas nama Kakek di Mel
Read more
73. Mengecewakan
  "Anda yakin ini tempatnya, Nyonya Dayton?"   Siena nyaris tak percaya ketika Mona mengatakan mereka sudah sampai di tempat mereka bisa bertemu dengan Nyonya Belova. Karena tempat itu adalah sebuah bar!   "Yah…, Nyonya Belova memang orangnya selalu bebas dan menikmati hidupnya. Walaupun usianya sudah tak muda lagi, tapi jiwanya selalu muda. Dia orang yang sangat suka bersenang-senang. Mungkin itu sebabnya sampai sekarang dia masih tak mau menikah," Mona menanggapi dengan santai.   Oh, Siena rasanya ingin membungkam mulut Mona supaya tak mengucapkan kata-kata itu! Bagaimana perasaan Alfonso sekarang setelah mendengarnya? Apakah Alfonso akan berpikir buruk tentang ibunya?   Alfonso berubah jadi sangat diam, mengingatkan Siena pada saat mereka pergi ke Palma. Waktu itu Alfonso sangat murka karena kenangan buruknya akan Kota Palma. Apa itu artinya sekarang Alfonso juga sedang marah?
Read more
74. Permintaan Terakhir
 Giliran Alfonso dan Siena yang membeku di tempat. Mereka menatap Nyonya Belova dengan mata terbelalak, tak mengerti maksudnya. Nyonya Belova menghela napas berat. "Maaf, harusnya aku jelaskan dari awal. Aku bukan Elena Belova. Namaku Irina Belova. Elena adalah kakak kandungku." Oh, astaga! Siena mengeluh dalam hati. Kenapa tak ada yang menjelaskan semuanya dari awal pada mereka? Dengan begitu tak perlu terjadi salah paham seperti ini. Siena memegang lengan Alfonso lagi. Dengan tatapan matanya, ia meminta Alfonso duduk kembali. Setelah Alfonso dan Siena duduk, Irina juga ikut duduk. Para pengunjung lain dan pelayan kafe yang sebelumnya menjadikan keributan tadi sebagai tontonan akhirnya mengalihkan pandangan mereka, dan kembali ke kesibukan masing-masing. "Maaf, Nyonya Belova…. Bisa tolong Anda jelaskan lebih jauh?" Siena yang mulai bertanya lebih dulu, karena Alfonso tampak masih
Read more
75. Waktu yang Terbaik
 Alfonso berdiri terpana di depan sebuah makam batu yang terawat baik. Tulisan pada nisan makam itu adalah: Elena Belova, istri tercinta dari Alberto Garcia, ibunda terkasih dari Alfonso Garcia.  "Elena sendiri yang minta tulisan pada nisannya itu," terang Irina, seolah paham apa yang dipikirkan Alfonso.  Dada Alfonso terasa sesak, perasaan haru seakan mencekik lehernya. Ibunya tak pernah melupakan dia dan ayahnya. Nama mereka justru tercantum pada nisan ibunya. Kenapa ayahnya tak pernah bercerita yang sejujurnya tentang ibunya?  "Jangan salah paham, Alfonso. Semasa hidupnya, ayahmu selalu rutin kunjungi makam Elena setidaknya tiga kali setahun. Tapi dia tak pernah sanggup mengajakmu. Mungkin rasa pedih dan bersalah masih terus menghantui Alberto seumur hidupnya. Dia merasa bersalah tak bisa dampingi Elena di saat terakhir, biarpun itu semua demi permintaan Elena sendir
Read more
76. Tanda Cinta
(Warning! 21+ only)  "Terima kasih, Cherry…."  "Untuk apa?"  "Untuk memahami perasaanku." Alfonso mengangkat wajahnya dari pelukan Siena, menatap ke dalam mata hazel Siena. Ia sudah berhenti menangis.  Siena mengulurkan tangannya, menghapus air mata di pipi Alfonso. "Kamu tak pernah sendirian, Alf.…"  Mendadak seperti ada yang bersinar di mata Alfonso. Ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ternyata itu adalah kalung batu safir biru yang diberikan Irina saat mereka berada di makam. Alfonso berdiri, menggenggam tangan Siena erat-erat.  "Cherry…, kalung ini adalah tanda cinta Ayahku untuk Ibuku. Sekarang, kalung ini kuberikan pada wanita yang telah menemaniku selama ini, menjadi penghiburanku, dan memahami setiap perasaanku. Hanya bersamanya
Read more
77. Kebutuhan Hati
 Siena menggeliat di atas kasur empuk. Matanya masih terpejam dengan nyamannya. Rasanya dia tak ingin terbangun. Dia hanya ingin terus berbaring, mengenang kembali indahnya malam yang dilaluinya bersama Alfonso.  Alfonso mengulurkan tangannya memeluk pinggang Siena dengan protektif, waktu dia merasakan Siena mulai terbangun. Nyatanya dia sendiri sudah bangun hampir setengah jam yang lalu. Dan yang dia lakukan hanyalah menatap gadis yang berbaring di sampingnya, mengagumi kecantikan dan keindahan Siena. Rasanya dia tak akan pernah bosan memandangi Siena.  Hati Alfonso masih meluap dengan rasa puas dan bahagia karena kejadian semalam. Semalam adalah pengalaman yang benar-benar baru baginya. Dia sadar, Siena memang bukan untuk dibandingkan dengan siapa pun. Dia bercinta dengan Siena dengan segenap hatinya. Bukan lagi nafsu, tapi cinta yang menguasainya!  Dia tak pernah tah
Read more
78. Serangan yang Menyakitkan
 Mata Siena tak henti menatap wanita yang berjalan lurus ke arahnya. Dia yakin sekali itu adalah Gloria, mantan kekasih Alfonso, biarpun dia baru satu kali melihat Gloria.  Mau apa Gloria? Mencari Alfonso? Bagaimana Gloria bisa tahu mereka ada di Melbourne ini?  "Hallo, Siena…," sapa Gloria. Senyum dan tatapan matanya sulit diartikan. "Aku yakin kamu tahu siapa aku. Jadi aku tak perlu perkenalkan diriku lagi. Boleh aku bicara denganmu sebentar?"  Tanpa menunggu jawaban, Gloria langsung duduk di kursi berhadapan dengan Siena. Siena tak yakin bagaimana harus bereaksi.  "Kamu mencari aku?" Itu reaksi pertama Siena.  "Ya."  Siena memutar otaknya. Apa yang mungkin mau dibicarakan oleh Gloria? Apakah Gloria sengaja datang untuk ribut dengannya? Ah, dia tak suka keribut
Read more
79. Kehilangan
 Alfonso keluar dari ruang kerja Irina satu jam kemudian. Senyumnya mengembang karena akhirnya dia berhasil juga membujuk Irina. Irina tak keberatan jika makam ibunya dipindahkan ke Los Angeles, untuk ditempatkan bersebelahan dengan makam Kakek dan Ayahnya kelak. Sekarang rasanya ia tak sabar bertemu Siena untuk menyampaikan kabar baik ini.  Alfonso berjalan ke arah kafe tempat Siena menunggu. Siena tidak terlihat. Langkahnya langsung terhenti di tempat, saat menyadari siapa yang dilihatnya sedang duduk di depan salah satu meja kafe. Gloria?  "Hai, Alfonso…." Gloria tersenyum lebar menyapanya.  Seketika perasaan Alfonso menjadi tidak nyaman. "Apa yang kamu lakukan di sini? Di mana Siena?" tanyanya dengan gusar.  "Kenapa kamu selalu tak ramah padaku?"  "Jangan bicara basa-basi lagi! Bagaimana kamu
Read more
80. Permainan
 Mata Alfonso beradu pandang dengan mata Gloria. Alfonso sadar mereka berdua sama-sama keras kepala. Jika dia menggunakan cara kasar, Gloria mungkin akan tambah tutup mulut, dan dia tak akan mendapatkan informasi apa pun.  "Aku harap kamu jaga kesehatanmu, Gloria. Menurut dokter, kamu harus banyak istirahat dan hindari kecapekan." Alfonso berusaha menjaga suaranya setenang mungkin. "Kamu datang sendirian ke Melbourne ini?"  "Memangnya mau sama siapa lagi? Aku sendirian sejak kamu tinggalkan aku, Alfonso…." Gloria sengaja memancing rasa bersalah Alfonso.  Alfonso duduk di pinggir tempat tidur Gloria, matanya terus menatap penuh perhatian. "Kenapa kamu begitu nekat, Gloria? Bukankah kamu sedang hamil? Tak seharusnya kamu lakukan perjalanan jauh, sendirian lagi…. Kamu bisa bahayakan janinmu."  Mendengar suara lembut Alfonso,
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status