Semua Bab Code of Seduction (Bahasa Indonesia): Bab 81 - Bab 90
106 Bab
81. Kebetulan yang Menguntungkan
 Alfonso mengangkat ponselnya, panggilan masuk dari James, asistennya. Saat ini, dia dan Gloria sedang menuju ke bandara untuk naik pesawat kembali ke Los Angeles.  "Bagaimana, James?"  "Tuan, saya minta maaf. Tapi pesawat saya ke Los Angeles ditunda sampai besok pagi karena cuaca buruk. Di New York sedang turun salju," suara James terdengar buru-buru.  Alfonso memejamkan matanya, berusaha menahan emosinya. Jika pesawat James ditunda sampai besok pagi, kemungkinan besar James tak bisa menemukan Siena karena pesawat yang ditumpangi Siena sudah mendarat lebih dulu.  "Oke, James, tak apa-apa. Segeralah berangkat besok. Aku butuh kamu. Akan kukabari lagi nanti," tanggap Alfonso. Lalu ia mematikan teleponnya.  Sial! Segala sesuatu tak berjalan sesuai harapannya! Alfonso menundukkan kepala, menutupi wajah den
Baca selengkapnya
82. Obsesi
 "Masuklah, Siena…."  Siena melangkah masuk ke dalam unit apartemen Brian. Dia tidak asing dengan tempat tinggal Brian, karena dia sudah pernah beberapa kali berkunjung ke sini bersama Imelda dan teman-teman mereka yang lainnya. Lagipula apartemen Brian letaknya tidak jauh dari bekas apartemennya dulu.  "Kamu boleh pakai apa saja yang ada di sini. Tempat tidur, kamar mandi, semuanya, anggap saja rumah sendiri," lanjut Brian. "Tunggu sebentar, biar kubelikan kamu makanan. Kamu suka ramen yang dijual dekat apartemenku ini 'kan?"  "Oh, Brian, kamu masih ingat saja kesukaanku…."  "Tentu saja. Aku selalu ingat," ucap Brian sambil tersenyum.  Senyum Brian menghangatkan hati Siena. "Terima kasih, Brian."  "Mandilah dan istirahat, Siena." Kemudian Brian keluar men
Baca selengkapnya
83. Pengkhianatan
 Perlahan Brian membaringkan tubuh Siena di atas sofa. Dalam kondisi tertidur pun, Siena tetap tampak begitu memesona bagi Brian. Ia mengulurkan tangannya, membelai pipi Siena yang halus.  "Andai saja kamu tahu, sudah berapa lama aku menahan hasratku padamu, Siena…," gumam Brian. Matanya tak lepas memandang dan mengagumi wajah Siena yang secantik malaikat.  "Aku yang lebih dulu kenal kamu, dekat denganmu. Kenapa kamu harus pilih Alfonso, pria kurang ajar itu? Maaf kalau aku harus gunakan cara ini. Tapi beda dengan Alfonso, aku tak akan pernah sakiti kamu, Siena…. Yang kuinginkan cuma memilikimu. Setelah kamu jadi milikku, selamanya aku tak akan pernah lepaskan kamu lagi."  Brian menundukkan wajahnya, mencium bibir Siena. Ia sudah menahan keinginannya terlalu lama untuk memiliki Siena, menyentuh, mencium, dan melampiaskan hasratnya yang terdalam. Sekarang k
Baca selengkapnya
84. Permintaan Siena
 Setelah Siena berganti pakaian, dia keluar dari kamar dan makan siang bersama Damien. Damien sengaja meninggalkan pekerjaannya di kantor untuk menemani Siena. Akhirnya Siena mendengar cerita lengkap dari Damien tentang semua peristiwa yang terjadi tadi pagi, termasuk detektif swasta yang disewa Carlo untuk menjaganya.  "Aku berutang budi padamu dan Detektif Williams. Terima kasih sudah tolong aku, Damien" ucap Siena, tapi dia tetap tak bisa menyembunyikan kepedihan di wajahnya.  "Banyak yang terjadi, tapi semuanya cuma menambah luka di hati," sambung Siena dengan nada datar.  Damien belum pernah melihat Siena bersusah hati seperti itu, seolah gadis itu sedang memikul beban berat. Dia tak tahan melihat wajah sedih Siena.  "Ceritalah padaku, Siena. Biarkan aku bantu kamu."  Perlahan
Baca selengkapnya
85. Rapuh
 "Apa maksudnya semua ini?!" raung Alfonso dengan suara kasar.  Ia membanting map dokumen itu di atas meja kerja Damien. Lalu dengan gerakan yang sangat cepat, ia mencengkeram sepasang kerah kemeja Damien.  "Aku ingin ketemu Siena! Aku tak butuh semua surat wasiat sialan ini! Beritahu aku di mana Siena!" bentak Alfonso.  Matanya berkilat-kilat menakutkan, wajahnya berhadapan sangat dekat dengan Damien. Aura kesombongan dan mendominasinya muncul lagi saat emosinya sedang buruk.  "Kamu tahu tak ada gunanya gunakan kekerasan, Alfonso. Apa kamu pikir itu bisa bawa Siena kembali padamu? Siena sendiri yang mau pergi darimu. Harusnya kamu yang lebih tahu alasan dia pergi. Kamu bisa saja pukul aku untuk lampiaskan amarahmu. Setelah itu, pastikan kamu punya pengacara yang cukup hebat untuk lawan tuntutanku," suara Damien terdengar luar biasa ten
Baca selengkapnya
86. Sekutu
 Suara Alfonso bagaikan terus bergema di kepala Gloria. Benarkah yang dikatakan Alfonso? Akhirnya Alfonso bersedia bertanggung jawab atas anak dalam kandungannya ini? Gloria rasanya ingin menjerit-jerit kegirangan dan melompat-lompat. Siasatnya akhirnya berhasil!  "Be-benarkah itu, Alfonso…? Kamu mau… bertanggung jawab?" Gloria setengah berbisik.  "Ya, Gloria. Aku tak bisa biarkan anak yang tak berdosa ini menderita. Dia tak bersalah, dan dia berhak untuk dapatkan hidup yang bahagia. Jadi kamu tak usah khawatir lagi. Jaga kandunganmu baik-baik mulai sekarang," suara Alfonso tetap terdengar lembut.  Wajah Gloria seketika bersinar cerah, senyumnya mengembang. Ia langsung merangkul leher Alfonso dan terisak haru.  "Terima kasih, Honey Bear, terima kasih! Kamu memang paling baik. Sampai kapan pun, cuma kamu pujaan hatiku!"
Baca selengkapnya
87. Pelarian
 "Dua gelas tequila, Brian!"  "Ini, Rick." Brian meletakkan dua gelas kaca berisi tequila di atas meja counter.  Pria yang dipanggil Rick itu menyerahkan dua gelas tequila pada pengunjung barnya yang duduk persis di depan counter, dua orang wanita berambut pirang dan berpakaian seksi.  "Wow, Rick…. Kamu punya karyawan baru?" tanya salah satu wanita yang berambut pendek, sambil menatap Brian dengan penuh minat.  "Dia imut ya," komentar wanita satu lagi yang berambut panjang, mengedipkan sebelah matanya pada temannya. Mereka terkikik berdua.  Rick melirik sekilas ke arah Brian dan tersenyum. "Dia Brian, sepupuku dari Amerika. Ibuku dan ibunya bersaudara," katanya pada kedua wanita itu.  "Hah, sepupu? Yang benar Rick? Tapi dia imut, manis, dan kelihatan lembut. Seda
Baca selengkapnya
88. Pelaku yang Sama
 "Ugh!"  Dengan refleks yang cepat, Alfonso menarik tubuhnya menjauh, melindungi wajah dengan tangannya, dan membalikkan tubuhnya. Sial! Brian punya semprotan merica!  Brian mengambil kesempatan itu dengan buru-buru berdiri dan berlari lagi menjauhi Alfonso. Dia belum sempat menggunakan semprotan mericanya, karena Alfonso sudah lebih dulu melindungi diri.  "Sial! Berhenti, Brian!" Kali ini Alfonso membentak.  Licin sekali Brian ini, pikir Alfonso. Brian bahkan punya senjata yang tak main-main!  Sambil berlari, Alfonso mengeluarkan scarf dari kantong mantelnya, memasangnya menutupi mulut dan hidungnya untuk berjaga-jaga dari serangan Brian. Sekarang bagaimana lagi dia harus hentikan Brian?  Mendadak dia melihat sebuah sepeda tua bersandar tanpa pemilik bersama tumpukan b
Baca selengkapnya
89. Protektif
 Mata Siena menatap kosong ke kejauhan. Pemandangan indah yang ada di depan matanya tak mampu menghibur hatinya. Entah kenapa pikirannya terus saja melayang kembali ke Alfonso. Sudah beberapa hari dia meninggalkan Los Angeles, tapi tetap saja perasaan sedihnya tak berkurang sedikit pun.  Carlo berjalan mendekati Siena. Ia tak suka melihat Siena muram seperti itu.  "Aku sengaja bawa kamu ke sini untuk nikmati liburan, Siena," celetuk Carlo.  Siena terkejut dan langsung menoleh memandangnya. "Hai, Carlo…."  "Kamu tak suka tempat ini?" tanya Carlo.  "Tentu saja suka. Tempat ini sangat indah."  "Tapi wajahmu tetap saja cemberut."  Siena menundukkan kepalanya, tak bisa menyangkal ucapan Carlo. Terdengar Carlo menarik napas panjang.
Baca selengkapnya
90. Tergantung Kemampuan
  "Apa kamu pikir aku pria yang berbuat sesuka hatinya pada wanita? Aku tak serendah itu, Carlo!" Alfonso menggeram marah. "Kalau pun memang benar Gloria mengandung anakku, aku pasti akan bertanggung jawab. Tapi nyatanya aku cuma difitnah! Pelakunya pria lain, tapi dia kabur, dan aku yang kena getahnya!"     Carlo mendengkus. "Dan aku heran kenapa kamu selalu terlibat masalah? Siena cuma ingin hidup dengan tenang dan bahagia. Kurasa kamu tak bisa berikan apa yang dia inginkan."     "Carlo, kumohon…. Biarkan aku bertemu Siena. Aku sudah selesaikan semua masalahku. Kamu pasti sudah dapat laporan dari Detektif Williams juga 'kan? Aku janji aku tak akan pernah kecewakan Siena lagi. Ini semua cuma salah paham. Dia tahu betul bagaimana perasaanku yang sesungguhnya. Aku cuma mencintai dia."     "Hmm…, aku penasaran. Dengan mudahnya kamu bicara cinta. Apa kamu benar-benar menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status