All Chapters of Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood): Chapter 71 - Chapter 80
136 Chapters
Act. 70. Pencuri
Senja. Waktu setengah gelap setelah matahari terbenam. Waktu di mana ketika orang-orang merasa terburu-buru untuk segera pulang. Waktu paling sibuk yang bersamaan dengan waktu makan malam tiba. Beberapa orang menyatakan dirinya menyukai senja. Entah apa alasannya, apakah keindahannya, ataukah suasananya ketika langit berganti warna menjadi jingga kemerahan, bahkan terkadang semburat ungu turut menghiasi kanvas langit. Namun, bagi Helio, senja bukanlah keduanya, atau keduanya di saat yang sama. Helio sangat menyukai warna-warni lukisan alam di langit, tetapi ia sangat benci angin dingin yang menerpa pipinya. Ia menyukai suasana tenang, di mana hanya ada deburan ombak dan suara camar dari kejauhan, tetapi ia benci saat ia merasa kesepian karena tidak satu pun ia kenal di sana. Kemudian, mengenai 'sesuatu' yang ternyata adalah seorang gadis, ia tidak ingi
Read more
Act. 71. Kelaparan
Suara ketukan pintu membuat Cesar tersadar dari lamunannya. Dengan perasaan malas, ia beranjak dari kursinya menuju pintu. Hal itu membuat kaget ajudannya saat mendapati Cesar membukakan pintu untuknya. "T-Tuan ...," ucap ajudannya antara bingung dan heran. Cesar yang sangat sombong itu mau membukakan pintu untuk orang lain? Apa hujan salju akan segera terjadi? "Apa?" sahut Cesar malas. Ia tidak berharap seseorang akan datang. Tidak juga ajudannya. Ia hanya ingin bersantai sejenak. Memikirkan apa yang ayahnya lontarkan. Cleon? Lebih baik dari pada dia? Jangan bercanda! Cleon benar-benar pembuat masalah! Dengan takut-takut, ajudannya membisikkan berita yang entah angin segar atau bukan, yang pasti ia benar-benar bingung harus bagaimana. Antara ia sudah lelah dan bosan dengan semua ini, atau menbuktikan pada ayahnya
Read more
Act. 72. Nyaman
Derap langkah kaki terus-menerus silih berganti. Padahal ini adalah puncak tertinggi menara, tetapi banyak prajurit yang terus menerus datang. Bayangan demi bayangan terus berganti. Melalui ventilasi bawah pintu, Aldephie bisa melihat kepanikan yang sedang melanda para prajurit di sana. Sepertinya Cleon sudah melakukan aksinya. Bagaimana rencananya kemarin? Cleon akan membuat kericuhan sampai menarik semua perhatian penjaga. Di saat itulah dia meminta Aldephie untuk kabur. Aldephie sudah berhasil menyingkirkan tali tambang yang digunakan untuk mengikatnya itu. Kini, ia harus mencari jalan keluar agar rencana klasik Cleon berhasil. "Apa Cesar akan mengetahuinya?" gumam Aldephie merasa cemas. Cesar jauh lebih pandai dalam berstrategi dibandingkan Cleon. Ia tahu itu. Namun, Anastazja jauh lebih pandai di atas mereka berdua. Karenanya ia bisa lebih dulu ka
Read more
Act. 73. Orang Baik
"Surga!!! Ini pasti surga yang Dewa berikan untukku!!! Kyaaaa!" Anastazja menjerit kegirangan melihat makanan yang berjejer manis di rak bagian atas kitchen set. Tak lupa, ia juga mengintip isi kulkas yang ada di pojok area dapur, seolah mengakhiri panjangnya kitchen set yang ada. Berbagai jenis buah, susu, juga makanan-makanan beku lainnya yang sangat menggugah selera Anastazja. Ditambah perutnya amat sangat lapar setelah diperlakukan layaknya binatang oleh klannya sendiri. Anastazja saling menepuk kedua tangannya, lalu menyatukan mereka di depan dada. Kemudian, ia memejamkan matanya. Senyumnya mengembang bagai seorang gadis yang baru saja menemukan cinta pertamanya yang hilang beberapa waktu lalu. "Terima kasih atas segalanya," ucapnya riang. Setelah
Read more
Act. 74. Tertangkap!
Suara ledakan besar terdengar dari arah halaman depan. Entah apalagi yang kini Cleon perbuat. Bukan hanya Cesar, ayahnya, Hakim tertinggi bahkan sampai harus meninggalkan ruangan untuk melihat ulah putranya itu lagi. Terlihat Cleon yang terbatuk dengan asap yang mengepul di sekitarnya. "Apalagi yang kau lakukan, hah?" Hampir habis kesabaran Cesar melihat rumput-rumput mahal yang sengaja ia pasang di halaman berubah menghitam berkat ulah Cleon. "Aku tidak sengaja bermain dengan ini," sahut Cleon seraya melemparkan sebuah granat kecil menuju wajah Cesar. Semua orang yang terkejut berlari tak tentu arah. Hingga lagi-lagi ledakan besar terjadi. "Astaga! Cesar, kau baik-baik sajaaa?" tanya Cleon dengan gaya perempuan. Entah apa yang baru saja merasuki adiknya, sepertinya d
Read more
Act. 75. Permintaan Maaf
Masih dengan bibir yang maju beberapa sentimeter, Anastazja terus menerus bergumam pelan, menyuarakan perasaan jengkelnya atas sikap Helio sebelumnya. Kini mereka berdua memang duduk saling berhadapan meski mereka menghindari itu. Mata dan tubuh mereka sengaja tidak mereka hadapkan satu sama lain. Meskipun begitu, sepuluh menit yang lalu, mereka bertengkar hebat. Helio yang tiba-tiba masuk sambil menodongkan tongkat dengan ujung runcing ke hadapan Anastazja, membuat gadis itu terdiam beberapa saat. Namun, setelahnya ia menjerit keras, lalu mengambil penggorengan—senjata yang ada di dekatnya—untuk bersiap memukuli Helio. Helio yang juga terkejut, meminta Anastazja untuk tenang, tetapi ia tidak mau mendengar. Ia lalu memukuli Helio dengan pantat penggorengan, lalu berteriak menuduh Helio adalah seorang perampok. Yang benar saja! Mana ada sese
Read more
Act. 76. Kembalikan Kalungku
"Sudah kubilang, aku tidak pernah melihat kalungmu!" Teriakan Anastazja membuat Helio benar-benar tidak bisa menahan emosinya. Ia menjambak rambut Anastazja dengan kesal sambil berteriak memaksa Anastazja memberitahu di mana kalungnya. Teriakan Helio yang sangat kasar, ditambah menahan sakit akibat rambutnya dijambak oleh Helio, Anastazja meringis. Apa yang dipikirkannya sejak tadi ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Tangannya yang lebih kecil mencengkeran pergelangan Helio. Meminta Helio melepaskan rambutnya. Namun , Helio bagai orang yang kerasukan. Ia tidak mendengar permintaan Anastazja dan semakin kencang menjambak rambut merah itu. Beberapa bahkan sudah rontok ke lantai. "Lepaskan aku! LEPASKAN!!!" lengkingan suara Anastazja memenuhi pondok kayu. Cukup berhasil memang membuat Helio terdiam seketika. Aka
Read more
Act. 77. Puas
Cleon tidak tahu seberapa banyak kerusakan dan luka yang menghiasi wajahnya. Sudah hampir tiga puluh menit dan Cesar terus memukulinya. Wajah, pelipis, lengan, perut, bahu, kaki, punggung, belakang leher, bahkan kepala. Semua bagian tubuh Cleon sudah mencicipi manisnya tinju amarah kakaknya. Bahkan ia tidak berhenti meski tiga buah gigi Cleon patah. Tinju terakhir Cesar layangkan pada pangkal rahang bagian kanan. Tinju itu membuat Cleon terpental hingga beberapa meter ke depan dan hampir saja jatuh pingsan. Andai salah seorang penjaga tidak datang dan berbisik di telinga Cesar. Tanpa perlu mengetahui apa yang dikatakan oleh penjaga itu, Cleon menyeringai melihat wajah Cesar yang berubah warna terus menerus. Sepertinya Cleon harus berterima kasih pada Vahmir kali ini. Ia sudah mengerjakan tugas darinya dengan baik. Dengan sisa tenaga terakhirnya, Cleon
Read more
Act. 78. Membiarkan Begitu Saja
Aldephie berjalan dengan tangan memegangi sikunya. Bagaimana dia bisa tiba di lorong ini, masih menjadi hal yang berada di luar jangkauan pemikirannya. Suasana pengap yang membumbung di udara bercampur dengan bau amis dari sampah-sampah yang tersendat di antara aliran sungai selokan. Gadis dengan tubuh tinggi itu bahkan bisa mendengar suara tikus berjalan dari tempatnya. Tempat yang sangat jelas akan disukai oleh tikus-tikus got. Selain dapat menyembunyikan dirinya, mereka juga dapat membawa makanan mereka dengan tenang tanpa harus was-was dengan keberadaan manusia. Aldephie bahkan menjerit kecil melihat seekor kecoak yang merayap dan terbang dari dinding sebelahnya. Ia membuat Vahmir ikut terkejut, tetapi pria tua itu menyadari bahwa Aldephie memang wanita yang akan berteriak dengan seekor kecoak kecil.
Read more
Act. 79. Sepatu
"Anda baik-baik saja, Nona?" Vahmir mengulurkan tangannya. Membantu Aldephie bangkit dari dalam air kubangan yang sangat bau dan menjijikkan. Aldephie menyambut uluran tangan itu dan segera naik. Jika boleh jujur  dia merasa sangat malu karena sudah berpikir jelek mengenai Vahmir. Ditambah sebelumnya, Vahmir memintanya melepaskan sesuatu dengan menunjuk roknya. Jika Aldephie memutar lagi memorinya ke belakang, betapa malunya ia mengira Vahmir menyuruhnya untuk menanggali baju-bajunya. Aldephie bahkan berpikir sesuatu yang erotis. Dengan pria paruh baya? Dan di dalam gorong-gorong? Astaga! Yang benar saja! Ia bahkan tidak memikirkan pria lain selain Cleon. Hanya ada Cleon dan Cleon dan akan selalu ada Cleon di dalam dirinya. Dia tidak bisa membayangkan jika nantinya orang yang akan melakukan hubungan erotis dengannya bukanlah Cleon. Apa ia harus me
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status