Semua Bab Tenggelam Cinta Masa Lalu: Bab 21 - Bab 30
86 Bab
21. Kecewa
Seperti permintaan Rosaline kemarin yang ingin menonton bioskop bersama, kini Adhikari sudah berada di rumah Rosaline untuk terakhir kalinya mengajak Rosaline memenuhi keinginan kekasihnya itu sebelum ia menikah dengan Kinanti.  Rosaline sudah siap menunggu kedatangan Adhikari di ruang tamu. Begitu ia melihat mobil Adhikari, ia langsung berjalan ke luar menyusul kekasihnya itu.“Hai,” sapa Rosaline.                             “Kita langsung pergi?”“Iya.” Rosaline langsung berjalan masuk ke mobil Adhikari.Adhikari pun mulai melajukan mobilnya. Di sepanjang perjalanan Rosaline menyenderkan tubuhnya ke bahu Adhikari hingga membuat Adhikari menyerngit heran karena sepanjang mereka menjalin hubungan sangat jarang Adhikari melihat Rosaline bertingkah manja seperti ini.
Baca selengkapnya
22. Sebab Akibat
Butuh beberapa saat untuk Adhikari berdiri meninggalkan halaman rumah Rosaline padahal pintu rumah sudah tertutup kira-kira seperempat jam yang lalu. Tubuhnya terasa sakit apalagi dibagian wajahnya. Ia merasa bila sekujur tubuhnya remuk dan wajahnya juga terasa perih. Tadi ia tak membalas pukulan Benjamin yang membabi buta karena ia merasa bahwa ia pantas mendapatkan pukulan itu. Bahkan pukulan dan rasa sakit fisik yang saat ini ia rasakan tak ada artinya bila dibandingkan dengan rasa sakit yang sudah ia berikan kepada Rosaline dan keluarganya.Adhikari menjalankan mobilnya dengan perlahan karena ia harus menahan rasa sakit yang kini sedang ia derita. Saat sampai rumah ia berjalan tertatih memasuki rumah setelah memarkirkan mobilnya.“Adhi?!” Seru Ruwina yang melihat wajah Adhikari babak belur. Ia bahkan melihat jika putranya itu berjalan dengan susah payah seraya memegangi perutnya.“Adhi, kamu kenapa?!” Ruwina panik berlari menghampiri
Baca selengkapnya
23. Dua Tahun Terkalahkan Oleh Dua Bulan
Kondisi tubuh Adhikari yang terluka tak memungkinkan untuk berangkat bekerja. Bangun tidur bukannya semakin membaik tapi tubuhnya malah semakin terasa sakit. Saat melihat pantulan dirinya di depan cermin pun wajahnya terlihat lebam-lebam bahkan dipegang pun rasanya sakit.“Gimana keadaan kamu, Dhi?” tanya Badrika. Saat ini ia berdiri di ambang pintu kamar Adhikari.“Rasanya sakit semua badan aku. Kayaknya aku terpaksa harus bolos hari ini,” ucap Adhikari.“Ya sepertinya kamu memang butuh banyak istirahat hari ini. Semoga saja akhir-akhir ini kamu nggak ketemu sama Pak Benjamin lagi. Kalau enggak, mungkin luka kamu akan tambah banyak lagi. Pasti dia nggak akan melepaskan kamu gitu aja. Nggak lucu kan kalau pas acara pernikahan pengantin prianya babak belur dan pincang.” Ucap Badrika membuat Adhikari mendengus.“Suka banget ledekin orang susah. Tau adeknya lagi ketimpa musibah malah ngeledek,” ucap Adhikari.
Baca selengkapnya
24. Hari Pernikahan
Kinanti merasa ada yang janggal dengan sikap mertuanya dan juga saudara suaminya yang kini tentu saja sudah menjadi saudara iparnya juga. Hari ini hari pernikahannya dengan Adhikari tapi menurutnya keluarga Adhikari tak terlalu memperlihatkan kebahagiaan mereka. Rasa was-was mulai hinggap di hatinya, ia takut jika sebenarnya keluarga Adhikari tak menerimanya sebagai menantu.“Kinan.”                                 Kinanti tersadar dari lamunannya saat pria yang ia cintai yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya menyentuh bahunya.“Kamu kenapa kok malah melamun?” tanya Adhikari.“Enggak, aku cuma ngrasa capek aja,” sahut Kinanti dengan senyuman di bibirnya.“Bentar lagi kita istirahat kok. Tamunya juga udah pada pulang,” sahut Adhikari.
Baca selengkapnya
25. Pertemuan Tak Sengaja
Satu bulan sudah berlalu setelah hari pernikahan Adhikari yang membuat hati Rosaline terluka. Kini Rosaline sudah bertekad untuk bangkit dan tak lagi ingin mengingat Adhikari. Bagi Rosaline sekarang ini Adhikari hanyalah cinta masa lalunya. Mulai sekarang ia harus kembali menata masa depannya.Setelah tiga minggu yang lalu Rosaline selesai berlibur bersama keluarganya kini sudah saatnya ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Sekarang ini ia tak perlu repot memikirkan meluangkan waktu  untuk bertemu dengan kekasihnya karena saat ini ia sudah tak memiliki seorang kekasih lagi karena itulah kini ia bisa menghabiskan seberapa banyak waktunya untuk memikirkan pekerjaannya.“Ma, Pa.” Rosaline baru saja pulang dari kantor saat jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam.“Rose, kamu baru pulang?” tanya Mardina.“Iya, Ma.” Rosaline langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin lalu mulai menengguknya.&ldq
Baca selengkapnya
26. Kejutan
Enam bulan sudah Adhikari dan Kinanti mengarungi mahligai rumah tangga. Selama lima bulan ini Adhikari masih ikut tinggal di rumah Hastari. Selain karena ia belum memiliki rumah dari hasil kerja kerasnya sendiri, dengan tetap tinggal di rumah Hastari maka ia dan Kinanti juga bisa menemani hari-hari Hastari. Sebenarnya ia juga sudah mulai sungkan karena ikut tinggal di rumah mertuanya tapi untuk membeli rumah pun selama ini ia masih harus sedikit mengumpulkan uang lagi dan lagipula jika ia mengajak Kinanti untuk tinggal di rumah orangtuanya pun tak akan mungkin karena ia sangat tahu dengan pasti bahwa orangtuanya dan saudara-saudaranya kurang menyukai Kinanti. Ia juga tahu jika keluarganya itu masih merasa sangat bersalah pada wanita yang sudah ia tinggalkan untuk memilih membangun rumah tangga bersama Kinanti. Meski sesekali Adhikari juga kerap mengajak istrinya itu untuk berkunjung ke rumah orangtuanya.Setiap hari Adhikari dan Kinanti semakin terlihat mesra. Kinanti juga su
Baca selengkapnya
27. Perubahan Baik
Semenjak Rosaline tinggal sendiri di apartemen, ia sudah tak ingat waktu untuk beristirahat lagi. Semakin hari ia semakin gila kerja. Berangkat pagi pulang malam, kadang sampai apartemen pun ia masih menyibukkan dirinya dengan pekerjaanya. Hal itu ia lakukan begitu terus secara berulang-ulang. Tak ada yang cerewet memperingatkannya untuk mengurangi jam kerja karena ia kini sudah hidup sendiri. Namun minimal satu bulan sekali ia juga akan memanjakan tubuh lelahnya di sebuah salon kecantikan dan gym.Kini Rosaline semakin mematangkan dirinya dalam segi apapun. Bahkan sekarang ini ia sudah lebih berani merias wajahnya dengan make up. Jika dulu ia lebih suka memakai setelan celana bahan saat berangkat ke kantor, kini sekarang ia lebih menyukai memakai rok span yang dipadukan dengan blezer, jas, ataupun terkadang ia padukan hanya dengan  kemeja saat berangkat bekerja. Sekarang ini ia lebih mengarah ke arah feminim style.Hari ini adalah akhir pekan. Rosaline h
Baca selengkapnya
28. Kecelakaan
Semua orang pulang saat hari sudah mulai malam. Hanya Hastari yang masih tetap tinggal di rumah Adhikari karena rencananya ia akan menginap sampai beberapa hari ke depan seperti permintaan Kinanti.“Gimana, kamu suka sama kamar baru kita?” Adhikari memeluk tubuh Kinanti dari arah belakang.“Suka, Mas. Suka banget malah.” Kinanti membalik tubuhnya menghadap Adhikari.Adhikari langsung mencium  bibir Kinanti dengan lembut. “Ini malam pertama kita di rumah baru, Sayang.”Adhikari menggiring Kinanti ke tempat tidur. Perlahan ia mulai membuka pakaiannya dan pakaian Kinanti. Puas menciumi tubuh Kinanti barulah Adhikari memposisikan miliknya tepat di depan milik Kinanti yang sudah basah.“Pelan-pelan, Mas.”“Iya, Sayang. Engghhh ....” Erang Adhikari saat ia berhasil memasuki milik Kinanti.Adhikari terus mengeluar masukkan miliknya di dalam inti tubuh Kinanti hingga membuat ked
Baca selengkapnya
29. Kehilangan
Adhikari berlari memasuki gedung rumah sakit untuk mencari keberadaan Hastari. Tadi setelah selesai meeting, ia langsung mengecek ponselnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari mama mertuanya yang memintanya untuk segera datang ke rumah sakit.“Mama!” seru Adhikari. Ia lalu berlari menghampiri sang mama mertua.Hastari menoleh ke arah Adhikari. Ia sedikit lega melihat Adhikari sudah datang.“Ada apa, Ma?!” Adhikari panik saat melihat Hastari menangis.Hastari menangis sesenggukan seraya memegang lengan Adhikari. “Kinanti dia ada di dalam.”“Kinanti? Ada apa dengan Kinanti, Ma?!” seru Adhikari.“Kinanti jatuh, dia pendarahan. Dan ... dan bayi kalian nggak bisa diselamatkan. Kinanti keguguran dan harus dikuret.” Ucap Hastari seraya menangis.Tubuh Adhikari lemas seketika. Sendi tubuhnya tak mampu menopang tubuhnya hingga ia luruh d
Baca selengkapnya
30. Bersyukur Memilikimu
Hari ini Kinanti sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ruwina dan Panji sengaja datang ke rumah Adhikari untuk menyambut kepulangan menantu mereka. Ruwina bahkan juga mempersiapkan masakan kesukaan Kinanti untuk makan siang mereka nanti.“Ma! Adhi udah pulang!” seru Panji saat ia melihat mobil Adhikari memasuki pekarangan rumah.“Iya, Pa.” Ruwina berjaln tergesa ke luar rumah.“Mama, Papa,” sapa Kinanti.Ruwina langsung memeluk tubuh menantunya itu.“Ayo kita masuk. Mama sudah siapin makan siang masakan kesukaan kamu,” ucap Ruwina. Ia berharap dengan kehadirannya di rumah anaknya ini dapat membuat suasana rumah sedikit ramai agar menantunya itu tak terus larut dalam kesedihan.“Makasih ya, Ma.” Kinanti mengulas senyumannya.Ruwina berjalan beriringan dengan Kinanti lalu Panji dan Hastari berjalan mengekori mereka. Sedangkan Adhikari membawa tas berisi pakaian kotor dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status