Semua Bab Tenggelam Cinta Masa Lalu: Bab 31 - Bab 40
86 Bab
31. Perhatian Khusus
“Selamat sore, Bu Direktur.” Sapa Dini seraya membuka pintu ruang kerja Rosaline.“Kamu Din, aku kira siapa. Udah mau balik kamu?” Rosaline mengalihkan perhatiannya sejenak dari lapopnya.“Pulang yuk, aku malas pulang ke rumah soalnya rumah lagi nggak ada orang. Papa dan Mamaku pergi ke Solo buat hadirin acara kondangan saudara.” Dini mendudukan dirinya di kursi depan Rosaline.“Ya udah ke apartemen aku aja.”“Ya makanya itu aku datang ke sini soalnya aku juga mau ngikut kamu pulang.”“Mobil kamu gimana?”           “Aku nggak bawa mobil soalnya tadi pagi aku diantar sama Raka.”“Ya udah. Bentar aku beresin ini dulu.”“Oke, aku tunggu.”Setelah Rosaline merapikan pekerjaannya, barulah ia mengajak Dini keluar dari ruangannya. Mereka berjalan menuju tempat parkir
Baca selengkapnya
32. Ingin Bayi
Hubungan rumah tangga Adhikari dan Kinanti semakin hari semakin harmonis meskipun di antara mereka belum juga diberikan kesempatan untuk memiliki sang buah hati dari pernikahan mereka. Namun terkadang Kinanti merasa jika keberuntungannya berkurang karena belum juga diberi kesempatan oleh Sang Maha Pencipta untuk kembali mengandung sang buah hati setelah kegugurannya satu tahun yang lalu.Adhikari mengerutkan keningnya saat melihat Kinanti yang berdiri mematung melihat ke arah taman samping rumahnya. Padahal tak ada satu hal pun yang bisa menarik perhatian untuk terus menerus dilihat seperti yang kini sedang dilakukan istrinya itu. Dengan langkah perlahan, ia mendekati Kinanti.“Ada apa? Akhir-akhir ini kamu sering melamun.” Adhikari memeluk tubuh Kinanti dari belakang seperti yang biasa ia lakukan.“Mas?! kamu bikin aku kaget aja!” seru Kinanti.“Siapa suruh kamunya malah melamun. Sangking sibuknya melamun kamu sampai nggak n
Baca selengkapnya
33. Kembali Bertemu
Adhikari berjalan cepat menuju ruangannya seraya melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Aku terlambat sepuluh menit,” gumam Adhikari. Tak biasanya ia terlambat seperti ini sepanjang ia bekerja di perusahaan ini. Ini semua gara-gara ia harus melayani istri tercintanya yang pagi tadi menginginkan satu sesi percintaan lagi. Padahal sore harinya mereka juga sudah melakukannya sebelum mereka berkunjung ke rumah orangtuanya.“Selamat pagi, Pak,” sapa sekertaris Adhikari saat atasannya itu melewati mejanya.“Selamat pagi, Luna.” Adhikari meneruskan langkahnya akan memasuki ruangannya.“Pak, Anda diminta datang ke ruangannya Pak Jagat.”“Sekarang?”            “Iya, Pak.”                     &n
Baca selengkapnya
34. Badai Masa Lalu
Rosaline tiba di ruangannya dengan suasana hati yang buruk. Ia tak menyangka bahwa perwakilan dari Paraduta Grup adalah mantan kekasihnya. Kemarin ia hanya diberitahu bila yang akan meeting dengannya adalah salah satu direktur dari Paraduta Grup. Kemarin ia bertemu dengan Brmal Paraduta, jadi ia pikir yang akan meeting dengannya adalah Barmal Paraduta atau paling tidak orang yang lainnya. Setelah sekian lama ia tak menyangka jika mantan kekasihnya itu sekarnag sudah menjabat menjadi direktur di Paraduta Grup.“Sialan, aku pikir Om Barmal atau siapa gitu yang meeting. Ternyata dia!” seru Rosaline.“Ayo tenang, Rose ... kamu bisa ngadepin masa lalu suram kamu itu. Tunjukkan kalau kamu wanita tegar dan kuat. Tunjukan kalau kamu sekarang udah nggak butuh dia lagi.” Rosaline menguatkan dirinya sendiri dari badai masa lalu yang sewaktu-waktu bisa menghantamnya.“Rose!”           
Baca selengkapnya
35. Penguntit
Hari-hari Adhikari selalu gelisah setelah beberapa saat lalu ia bertemu lagi dengan mantan kekasihnya. Sesosok wanita dari masa lalunya sudah mengusik hidup tenangnya. Entah mengapa ia malah ingin sekali bertemu lagi dengan mantan kekasihnya itu. Dari beberapa hari yang lalu ia sudah tak sabar menunggu hari ini tiba. Hari di mana ia bisa bertemu lagi dengan mantan kekasihnya atas nama pekerjaan.Kali ini bukan Adhikari-lah yang datang ke Artiz Grup melainkan orang dari Artiz Grup-lah yang akan datang ke kantornya ini. Dari tadi pagi yang ia lakukan hanya mondar-mandir tanpa bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Ia hanya sibuk memikirkan Rosaline yang akan datang menemuinya. Bahkan berkali-kali ia melihat pantulannya di depan cermin. Ia tak ingin ber[enampilan buruk di depan sang mantan kekasih.Terdengar pintu ruang kerjanya diketuk, setelah ia menyuruhnya masuk barulah Luna memasuki ruangannya.“Pak, orang-orang dari Artiz Grup sudah samapai lobi.&rdqu
Baca selengkapnya
36. Duda Lebih Menggoda
Rosaline terkejut saat mendengar bel pintu apartemennya berbunyi. “Malam-malam begini siapa yang datang?” gumam Rosaline seraya melihat ke arah jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul sembilan malam.Rosaline mendesah lega setelah melihat jika Jasmine-lah yang datang. Ia pun langsung membuka pintunya.“Kak.” Jasmine langsung masuk melewati Rosaline yang berdiri di ambang pintu.“Malam-malam gini kamu kenapa ke sini?” tanya Rosaline. Ia kembali menutup pintunya lalu menuju ke dapur untuk membuatkan minum adiknya ini.“Kamu mau aku bikinkan minum apa?”“Terserah yang penting dingin.” Jasmine menghempaskan dirinya di atas sofa dan menyalakan TV.Rosaline datang dengan dua gelas es jeruk di tangannya. “ Nih minum dulu.”“Makasih, Kak.” Jasmine langsung meneguk setengah gelas es jeruknya.“Ada apa kamu malam-malam datang ke sini? Emangny
Baca selengkapnya
37. Taktik Adhikari
Setelah Adhikari keluar, Roaline buru-buru mengunci pintunya. Ini salahnya sendiri karena terlalu ceroboh membuka pintu untuk sembarang orang dan tidak melihatnya terlebih dulu dari lubang pintu.Rosaline menyandarkan tubuhnya pada daun pintu seraya memegang dadanya yang berdetak kencang. Ia merasa marah pada dirinya sendiri, meski sudah bertahun-tahun lalu namun entah mengapa jantungnya kembali berdetak kencang saat pria dari masa lalunya itu kembali muncul bahkan kembali mengusik hidupnya.“Kenapa dia bisa sampai sini? Dari mana dia tahu kalau aku tinggal di sini?” Rosaline terus saja bertanya-tanya.Ponsel Rosaline berdering hingga ia buru-buru mencari keberadaan ponselnya itu.“Nomer tak dikenal? Siapa?” gumam Rosaline. Meski begitu ia tetap mengangkatnya.“Halo.”                        &nbs
Baca selengkapnya
38. Bukan Pelakor
“Aku diam bukan karena aku mau ya! Aku terpaksa ikut kamu karena aku nggak mau kita menjadi pusat perhatian orang.” Rosaline berkata tanpa melihat ke arah Adhikari yang saat ini sedang mengemudikan mobilnya.“Kita mampir ke restoran dulu kan ini?”Rosaline langsung menolehkan kepalanya menghadap Adhikari. “Ngapain?!”“Loh tadi bukannya kamu mau makan malam dulu sama orang itu?”“Iya, tapi kan itu udah gagal gara-gara kamu. Terus sekarang  apa hubungannya sama kita ke restoran?” tanya Rosaline. Lama-lama ia merasa jika kelakuan pria di sebelahnya ini semakin tak masuk akal.“Yaa maksudku aku mau ajak kamu makan malam sebagai gantinya.”“Enggak! Gila aja aku mau makan malam sama kamu. Kita nggak ada hubungan apapun selain hubungan pekerjaan dan ini sudah di luar jam kerja.”“Ya nggak pa-pa dong kalau kita makan malam. Emang nggak boleh?”
Baca selengkapnya
39. Baikkan
Rosaline tak bisa tidur bahkan sampai lewat tengah malam. Sedari tadi yang ia lakukan hanya menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri.“Hhh ... apa-apaan ini? Kenapa aku nggak bisa tidur?” Rosaline beranjak dari pembaringannya. Ia menggulung rambut panjangnya asal seraya berjalan ke luar kamar.Rosaline membuka pintu kulkas untuk mencari minuman dingin dan sebuah kue. Perutnya kini terasa lapar, ia butuh sesuatu untuk mengganjal perutnya. Ia sedikit melirik ke arah masakannya yang tak ia sentuh sedikit pun hingga akhirnya ia masukkan ke dalam kulkas.Rosaline mendengus, “gara-gara kejadian tadi aku sampai nggak selera makan. Tapi sekarang aku malah lapar. Dasar!” Rosaline membawa satu potong besar kue dan satu minuman dingin menuju sofa depan TV. Saat berdiri di depan sofa ia malah teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu saat Adhikari mengambil ciuman pertamanya.Rosaline duduk di sofa lalu meletakkan piring dan gelasnya
Baca selengkapnya
40. Desakan Menikah
“Cerah amat itu wajah kayaknya?”Rosaline langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengatai dirinya itu.“Dini? Kamu belum pulang?” tanya Rosaline.“Iya, aku belum pulang. Aku perhatiin dari tadi wajah kamu ceria deh, nggak seperti kayak biasanya. Ada apa?” Dini menatap Rosaline penuh selidik seraya terseyum.“Nggak ada apa-apa.” Rosaline memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya dan bersiap untuk pulang.“Masa sih? Tapi kayaknya aku mencium aroma bunga hati yang lagi mekar nih,” goda Dini.“Bunga hati mekar apaan?! Ngomong yang jelas deh,” gerutu Rosaline.“Kamu kayak orang yang lagi jatuh cinta, Rose. Sekarang ngomong sama aku, siapa laki-laki beruntung itu?” desak Dini.“Nggak ada. Udah ah, aku mau pulang.” Rosaline beranjak darin kursi kebesarannya.“Tumben kamu buru-buru pulang?”  &nb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status