Semua Bab Jerat Kematian CEO Maut: Bab 51 - Bab 60
79 Bab
50. Cinta yang Indah
“Anda ...”Rissa tak sanggup berkata-kata. Melvin tersenyum kembali padanya.“Terima kasih,” katanya.“Anda sudah membalas perasaan saya. Apakah saya benar?”Rissa merasakan wajahnya memanas, jika saja dia adalah manusia. Tapi dia merasakan wajahnya terasa semakin dingin dan dia menunduk.Melvin memegang dagu Rissa dengan lembut, lalu mengangkat wajahnya. Rissa merasakan perasaan yang tidak dapat dijelaskannya. Senang, tentu saja. Bingung, tentu saja!Dia tidak tahu bahwa tanpa sadar dia sudah menaruh perasaan pada Melvin Wirawan. Sudah sejak kapan? Kembali dia tidak tahu.“Saya bahagia sekali, Miss Rissa,” kata Melvin dengan lembut.Dia lalu kembali mencium Rissa, dan Rissa merasakan perasaannya menjadi jelas sekarang. Dia jatuh cinta pada Melvin!Mungkin awalnya adalah tindakan baik cowok itu padanya saat memberikan sapu tangan waktu dia sedang menangis. Mungkin juga sete
Baca selengkapnya
51. Berita Heboh
 “APA?”“KAU SERIUS?”“Maksud saya ... Anda serius? Anda sudah memastikan informasi itu?”Suara Mr. Jona menggelegar di dalam kantornya. Dia merasa jantungnya akan keluar dari dadanya.Miss Marissa mengangguk dalam diam. Ya, dialah yang membawa berita soal Mr. Johann pada bosnya itu. Dia selama ini memasang telinga di banyak tempat. Jadi tidak heran bahwa dia tahu informasi itu.“Mr. Johann benar-benar sudah meninggal? Melvin membunuhnya?” tanyanya sekali lagi.“Iya, Pak,” kata Miss Marissa dengan yakin.Mr. Jona terperangah lalu menepukkan tangannya dengan ekspresi sangat puas.“INI BERITA YANG SANGAT BAGUS!” serunya, merasa sangat gembira luar biasa.“Anda tahu apa artinya ini, Miss?” tanyanya pada Miss Marissa.Miss Marissa mengerutkan keningnya.“Bahwa dia tak akan kembali lagi dan berkuasa?” tan
Baca selengkapnya
52. Balas Dendam Mr. Jona
 “Baiklah. Sekarang kita pikirkan bagaimana membalas Huang Company,” kata Mr. Jona sambil menyeringai di dalam kantornya sendiri siang itu.Suasana di dalam kantornya hening, tak menjawab pertanyaan itu. Mr. Jona memandang kekosongan di depannya, masih merenungi apa yang harus dilakukannya sekarang.“Apa aku harus membalas mereka sekaligus? Atau pelan-pelan saja?”Ya, dia masih memikirkan bagaimana caranya membalas keluarga Huang. Sekarang karena Mr. Johann sudah tidak ada untuk membantunya lagi, dia butuh rencana baru untuk melaksanakan ambisinya. Dia harus bekerja sendiri sekarang. Dia tak punya atasan lagi untuk dimintai bantuan.Dia masih tidak bisa menerima bahwa Aidan akhirnya bersatu dengan Gianna. Dia belum mendengar kabar satupun soal anak pertamanya itu. Tapi dia yakin Aidan sekarang sedang bahagia bersama dengan Gianna dan dia sangat membenci fakta itu. Dia tak ingin Aidan bahagia dengan Gianna! Dia harus me
Baca selengkapnya
53. Penculikan
“Kamu serius, Sayang?”“Nggak lagi bercanda, kan?” tanya Aidan sekali lagi.Gianna menggeleng lalu tertawa kecil. Di tangannya ada test pack.“Mana mungkin aku bercanda soal itu?”“Aku positif hamil!”Aidan lalu tersenyum semringah. Dia bahagia sekali!Sudah dua bulan sejak pernikahannya dan kabar itu seolah menjadi angin kebahagiaan baginya. Dia dan Gianna akan memiliki anak!Aidan lalu memeluk Gianna dan memutar-mutar tubuh wanita yang dicintainya itu.“Aku bahagia sekali, Sayang! Aku juga sangat bersyukur!” serunya di tengah putaran.Gianna tertawa lagi.“Sayang, turunin aku dong! Pusing ini!”Aidan lalu menurunkan Gianna dengan segera. Gianna lalu buru-buru pergi ke wastafel dan muntah.“Astaga, maaf sayang aku lupa!” seru Aidan segera dan memegang punggung istrinya.“Kamu nggak apa-apa? Sara
Baca selengkapnya
54. Aidan Meminta Bantuan
“Sayang! Ini ciloknya udah dateng!”Suara Aidan bergema di seluruh ruangan ketika dia membuka pintu depan dengan gembira.Dia lalu menutup pintu, sambil membayangkan betapa senangnya istrinya jika sudah ada jajanan yang digemarinya ini.Istrinya memang suka jajanan rakyat nan sederhana, juga jajanan pasar. Kata istrinya, makanan khas Indonesia haruslah dilestarikan oleh orang Indonesia sendiri!Aidan sendiri tak begitu menggemari cilok. Tapi dia suka sekali baso aci. Dalam seminggu bisa setiap Sabtu dia menikmati jajanan kesukaannya itu. Juga seblak! Dia dan istrinya pencinta berat seblak! Waktu mereka pacaran dulu mereka biasa membeli jajanan itu saat sedang kencan. Bahkan saat mereka jalan-jalan ke mall, mereka tetap membeli makanan dan jajanan yang sederhana namun sangat lezat itu.“Sayang?” Dia memanggil istrinya sekali lagi, karena tidak ada jawaban.“Apa mungkin Gianna ketiduran?” pikirnya saat kemba
Baca selengkapnya
55. Kebebasan Yang Indah
 “Lepaskan aku!”“Anda benar-benar jahat!”“Aku tak mengira bahwa Anda-lah dalang di balik semua ini!”Gianna menjerit pada Mr. Jona, yang menyeringai padanya. Dia duduk di kursi di depan Gianna, sambil memandangi wanita itu dengan rasa tertarik dan kepuasan yang begitu besar.Dia sudah berhasil menculik Gianna! Sekarang tinggal selangkah lagi dirinya bisa menguasai Aidan! Rencananya sepertinya berhasil dengan baik sekali ...Dia bisa membayangkan betapa gusar dan sedihnya Aidan saat ini. Saat ini, Aidan pastilah sangat rentan. Dia akan bisa dengan mudah membuat anaknya bertekuk lutut di depannya!“Kau lah yang jahat! Karena kau telah merebut Aidan!” serunya.Mata Gianna membelalak.“Astaga! Jadi ini masih soal Aidan?! Anda ayahnya! Harusnya Anda merestui pilihannya dan membiarkan dia mendapatkan kebahagiaannya sendiri!” Dia berseru, menatap Mr. Jona seola
Baca selengkapnya
56. A Marriage Proposal
“APA?!!”“KALIAN DIKALAHKAN OLEH MEREKA?!”“DAN MEREKA MEREBUT KEMBALI GIANNA DAN ANAKNYA?!”Orang-orang Mr. Jona menunduk dan mengerut ketakutan. Mereka tak mampu menatap mata bosnya dan sebetulnya sudah bisa menduga reaksinya akan seperti ini. Hanya saja mereka tetap kaget dan ketakutan ketika menerimanya.Mr. Jona menggebrak meja.“KALIAN BODOH! BODOH!!!” dampratnya.“KENAPA KALIAN BISA DIKALAHKAN OLEH MEREKA?!!”“Kami ... kami hanya dua orang dan ... dan mereka tiga orang, Pak,” kata salah satu pesuruhnya, yaitu Aldo.Mr. Jona segera mendekatinya dengan berang.“EIII!!!” Aldo segera mundur dengan ketakutan dan menaruh tangannya di depannya, seolah menamengi dirinya.“HANYA BEDA 1 ORANG! KALIAN HARUSNYA BISA MENANGANI MEREKA!!!”Orang satu lagi, Hendra, makin mengerut ketakutan, tapi dia berusaha membela diri.
Baca selengkapnya
57. Makhluk yang Terbangun di Kegelapan
“Kamu sungguh bersedia?”Mata Melvin langsung berkaca-kaca. Semua orang di dekat mereka bisa melihat bahwa dia tampak begitu terharu. Dia memandang Rissa dengan tatapan penuh cinta dan penuh pengharapan.Rissa langsung mengangguk.“Tentu, Melvin! Tentu saja!” katanya berulang-ulang. Ya, dia tentu saja tak akan menolak! Bagaimana mungkin dia menolak lamaran dari pria yang dicintainya?Melvin lalu memeluk Rissa.“Syukurlah, syukurlah!”Keduanya lalu berpelukan erat. Melvin lalu menggendong Rissa dan memutarnya.“Sayang, udah dong, malu dilihat orang!” seru Rissa di sela putaran. Dia tergelak kecil, berusaha menahan geli sekaligus rasa malu yang datang bersamaan. Dia segeramenoleh ke sekelilingnya, orang-orang di restoran sedang memandangi dia dan Melvin sambil tersenyum lebar.Melvin tertawa tergelak.“Aku nggak peduli! Aku sedang sangat bahagia sekarang!”
Baca selengkapnya
58. Balas Dendam Si Monster
“Aku tidak akan memaafkan mereka semua!”“AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN MEREKA LOLOS!”“Mereka tidak tahu apa yang akan menanti mereka ...”Augustus Johann telah kembali ke rumahnya. Para pelayannya langsung ketakutan dan bagai melihat hantu ketika dia muncul di halaman depan.Apalagi penampilannya saat itu sangatlah menakutkan. Karena lama terbenam dalam air laut, kulitnya menjadi agak berlendir. Mata hitamnya seolah tertutupi oleh selaput bening, dan tangannya juga berlendir. Bahkan setelah dia mandi pun, lendir dan selaput itu tak mau hilang. Semua itu lalu memberikan efek penampilannya menjadi dua kali lebih mengerikan.Belum lagi pakaiannya yang basah. Dia tidak melepaskan pakaiannya ketika keluar dari air, dan air laut membasahi setiap langkahnya ketika dia berjalan menuju rumahnya, meninggalkan jejak-jejak maut dan peringatan bahwa dia belum mati.Ketika dia membuka pintu rumah, Anton segera be
Baca selengkapnya
59. Peringatan
“Kamu serius, Sayang?!”“Kamu benar-benar lihat dia? Bukan orang yang mirip dia?”Daniela sedang bersama dengan Trevis di sebuah kafe kopi terkenal. Mereka memutuskan untuk bertemu sebelum pergi ke kantor masing-masing karena Trevis mengaku bahwa dia memiliki informasi yang penting.“Heiii, mana ada orang yang mirip dia? Mana mau orang punya penampilan macam dia, coba?!” Trevis malah balik bertanya.“Dan dia kelihatan dua kali lebih mengerikan sekarang, Dani! Kulitnya ... ih! Berlendir gitu tahu nggak? Mungkin karena dia tenggelam lama di dasar laut! Dan matanya ... matanya punya selaput kayak mata ikan!”Daniela segera memukul pelan tangannya.“Jangan nakut-nakutin ah!”“Kamu beneran lihat dia di jalan kan?”Trevis mendecakkan lidah.“Aku bener-bener lihat dia, Dani? Berapa kali harus aku bilang? Pokoknya aku yakin seratus persen kalo itu eman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status