All Chapters of Jerat Kematian CEO Maut: Chapter 61 - Chapter 70
79 Chapters
60. Rencana Mr. Jona
 “Baiklah,” kata Rissa akhirnya. Dia terlihat murung tapi juga berusaha menahan agar tidak terlalu kecewa.Melvin menggenggam tangannya.“Maaf ya, ini untuk yang terbaik,” katanya.Rissa mengangguk.“Aku tahu ini. Hanya saja ... aku nggak suka ini,” katanya.Melvin mengeratkan pegangannya.“Aku juga nggak suka. Siapa yang nggak suka pernikahannya ditunda?”Ya, karena kembalinya Augustus Johann, pernikahan Melvin dan Rissa akhirnya terpaksa diundur. Mereka tidak mau ambil resiko karena kemungkinan Mr. Johann tahu soal rencana pernikahan itu.“Dia pastilah masih nyasar kamu,” kata Melvin kemarin dengan cemas.“Setelah semua yang terjadi?” tanya Rissa dengan sangsi.Melvin mengedikkan bahu.“Aku yakin begitu. Pesona kamu ... agak sulit buat ditolak.”Rissa langsung salah tingkah.“Jangan aneh-an
Read more
61. Datangnya Si Monster
  “Kamu serius, Sayang?” “Mr. Jona bener-bener punya rencana?” “Dan rencananya adalah dengan...” Rissa terlihat mual. Melvin menggenggam tangannya untuk menenangkannya. “Kelihatannya cuma itu satu-satunya cara, Rissa. Ada berbagai cara untuk memusnahkan vampir dari berbagai bangsa dan mitologi, tapi kelihatannya cara yang ayah pilih efektif. Aku punya firasat itu seratus persen efektif,” katanya. Dia berusaha membuat Rissa tidak takut lagi. Rissa mengangguk. Dia lalu memeluk dirinya sendiri. Dia masih merasa ngeri dengan rencana Mr. Jona. Dia tak mampu membayangkan Mr. Johann akan coba dimusnahkan dengan cara itu. Dia memang tidak pernah berusaha mencari tahu apa kelemahan vampir, atau bagaimana cara vampir bisa dimusnahkan. Toh hal itu tidak perlu. Dia menjalani kehidupan sebagai vampir yang damai selama ini. Setidaknya itu sebelum dia mengenal Mr. Johann. “Mr. Jona tahu soal itu dari buku?” tanyanya lagi, berniat mengore
Read more
62. Serangan yang Bertubi-tubi
 Semua orang langsung berteriak.“Dia datang, dia datang!” jerit Daniela, langsung panik setengah mati. Apalagi saat dia melihat penampilan Augustus Johann! Betapa ngerinya dia ketika melihat mata hitamnya yang berselaput dan kulitnya yang berlendir ...Mr. Jona, Trevis dan orang-orangnya lalu mulai bersiap-siap. Mereka tidak ada waktu untuk merasa ketakutan lama-lama. Ketakutan mereka langsung mereka kubur dalam-dalam. Sekarang waktunya untuk berjuang demi nyawa mereka.  “Serang!” seru Mr. Jona memberi aba-aba.“Hiyaaaa!!!” Orang-orang Trevis lalu segera menyerang orang-orang Mr. Johann.Mr. Johann tiba-tiba berkata.“Sekarang kalian melawanku, hah? Jonathan, jadi kau membelot, rupanya? Ha ha ha!” Dia memandang Mr. Jona dengan tatapan tajam dan menusuk.Mr. Jona berusaha agar tidak gentar walaupun dalam hati dia merasa ketakutan bukan main. Belum pernah dalam puluhan
Read more
63. Wanita Misterius
 “AAAHHH!!!” jerit Rissa dan Daniela bersamaan. Mereka reflek menutup mata mereka bersamaan.Melvin dan Trevis langsung tanggap dan mereka segera menghampiri kekasih masing-masing, memeluknya, dan menutupi kejadian itu dari mereka.“Jangan lihat! Tutup mata kalian!” seru Melvin dan Trevis bersamaan. Kedua wanita itu segera menurutinya tanpa kata karena mereka juga tak ingin melihat kejadian itu. Kedua tangan mereka menutupi telinga, agar suara kematian Mr. Johann terblokir dari mereka.Mr. Johann membelalak ketika bilah kapak yang dingin itu sampai di lehernya. Untuk sedetik yang seolah seribu detik baginya, dia menyadari dengan terkejut dan ngeri akan apa yang terjadi.Detik berikutnya kepalanya menggelinding di lantai. Ekspresi wajahnya yang terkejut terpatri abadi. Mulutnya membuka dengan ngeri.“Astaga, astaga!!!” Mrs. Claudia terduduk di lantai, syok luar biasa melihat kejadian yang mengerikan i
Read more
64. Peralihan Jabatan
 “Congrats, Rissa!!” seru Jovanka. Dia bertepuk tangan setelah sebelumnya memeluk Rissa dengan erat.“Ikut bahagia, Miss!!” seru Gita. Dia ikut memeluk Rissa setelah Jovanka.“Congrats, Miss ... Tapi ... Tapi Miss nggak bakalan ninggalin kita kan? I mean, Miss masih di sini kan setelah nikah?”Ifan mengusap hidungnya, dan membersit ingusnya. Semua orang langsung tertawa dibuatnya. Ifan menangis karena berita itu! Sosoknya yang melambai runtuh hari itu karena emosi mengambil alih dirinya.“Miss Ifan! Tentu aja aku bakal masih kerja di sini!” seru Rissa segera, tergelak geli melihat Ifan yang mendadak menjadi melankolis.“Masa iya aku langsung keluar kantor gara-gara nikah? Nggak dong. Dan aku terlalu sayang sama kalian semua sampai aku nggak bisa ninggalin kalian!” lanjutnya lalu memeluk Ifan dan berusaha menenangkannya.Ifan langsung terisak.“Huaaaa bagus
Read more
65. Amplop Merah
 “Nope. Sekali lagi, nggak akan, Melvin.”“Kak aku bahkan belum bilang apa-apa!”“Tidak, aku tahu apa yang mau kau bilang, Melvin.”“Sudahlah, jangan ngomong basa-basi lagi. Aku nggak bakal iyain apa kata-kata kamu.“Ayolah, Kak.”“Please Kak. Ini bukan cuma demi aku. Ini demi kita semua.”“No.”“Demi kalian semua maksudnya? Aku nggak merasa diuntungkan dengan adanya hal ini.”Melvin menggigit bibirnya. Dia kembali berusaha bernegosiasi.“Kak, Papa udah berubah sekarang. Dia sudah bukan ayah yang kita kenal sebelumnya,” katanya.“Kakak harus lihat sendiri perubahannya buat percaya. Sumpah Kak aku nggak bohong!” lanjutnya.Dia harap-harap cemas mendengar balasan dari Aidan.“Udah aku bilang, aku nggak mau, Melvin. Tolong jangan memaksa,” kata Aidan segera.&
Read more
66. Tarian Seribu Putaran
 “Cheers!”“Untuk pasangan Melvin dan Rissa!”“Cheers!” Semua orang segera berseru mengikuti Aidan.Pernikahan antara Melvin dan Rissa sedang berlangsung. Acara itu sangat megah dan meriah. Seribu orang undangan datang ke acara itu. Semua keluarga dan teman Rissa, semua kolega di JW Company, semua keluarga dan teman Melvin, dan beberapa kolega Melvin di JW Company. Seluruh jajaran eksekutif JW Company juga turut diundang untuk hadir.“Kamu cantik sekali, kekasihku,” kata Melvin saat Rissa sampai di tempatnya berdiri di depan altar.Rissa tersenyum padanya.“Terima kasih. Kamu juga sempurna, Sayang. Oh astaga! Aku bahagia sekali!” kata Rissa tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya yang meluap-luap.Rissa mengenakan gaun pernikahan yang dulu dibeli sebelum adanya rencana pernikahan pura-pura untuk menjebak Augustus Johann. Gaun itu sangat pantas dipakainya
Read more
67. Ancaman Terselubung
 “Oh, kau tertarik ke sana juga?” tanya Aidan pada Melvin.Melvin tersenyum.“Rissa nih yang kepingin ke sana. Gara-gara kartu posmu Kak! Ha ha ha!”Rissa langsung salah tingkah.“Lho emang nggak boleh?”Melvin tertawa.“Siapa yang bilang nggak boleh? Jadi Kak, apakah desanya sebagus yang ada di kartu pos?” tanyanya.Aidan terkekeh.“Bahkan lebih bagus! Bener-bener recommended pokoknya!”“Gianna sering banget jalan-jalan ke jalan utamanya tuh,” katanya.Gianna lalu tersenyum.“Emang sebagus itu kok jalannya! Pokoknya betah banget di sana! Terus kalian bisa lihat perkebunan anggur, desa-desa yang cantik dan ...”“Wow wow cukup Gianna! Nanti kami nggak kaget lagi waktu sampe di sana!” Melvin lalu tergelak.Gianna tertawa.“Pokoknya nanti aku rekomendasiin destinasi wisata di
Read more
68. Rencana Angeline
 “Ethan Wirawan,” kata Melvin dengan bangga.“Nama yang indah, bukan?” lanjutnya.Rissa mengangguk.“Aku suka nama itu. Suka sekali,” katanya.Rissa menimang bayinya dengan penuh rasa sayang.“Lihat Papa, tuh, Ethan,” katanya sambil menunjuk Melvin. Melvin lalu melambaikan tangannya di depan anaknya, lalu membuat ekspresi wajah lucu. Tiba-tiba Ethan langsung menangis.Rissa langsung mencela suaminya.“Tuh lihat, Ethan jadi nangis kan. Dia nggak suka tuh digodain kayak gitu,” katanya.Melvin tergelak.“Ah itu mah bisa-bisanya dia aja. Kemarin dia aku gituin ketawa kok,” katanya membela diri.Rissa memeletkan lidahnya.“Tapi lihat sekarang dia nggak suka.”Melvin kembali tergelak.Kehidupan pernikahannnya dengan Rissa sudah berjalan selama satu tahun dan mereka langsung dikaruniai seorang anak laki-l
Read more
69. Penculikan Ethan
“Bagus. Dia sudah pergi.”“Ini waktu yang tepat untuk beraksi, Angeline.”Angeline Johann berkata pada dirinya sendiri sambil memandang kondisi sekelilingnya. Melvin sudah berangkat ke kantor sejam yang lalu dan tidak ada tanda-tanda dia akan kembali dalam waktu singkat. Jika dia harus bergerak, inilah saatnya. Dia tak boleh membuang-buang waktu lagi.Dia betah bersembunyi dalam bayangan, karena itulah yang selama ini sudah dilakukannya seumur hidupnya. Dia berada di balik bayangan samping rumah yang sepi. Kondisi luar rumah itu sangat pas untuk tempatnya bersembunyi. Dia dengan senang mendapati bahwa dia bisa bersembunyi lama di sana tanpa ketahuan atau ada orang yang curiga sedikitpun.Komplek perumahan itu memang sepi jika sudah menjelang malam. Satpam cukup sering berkeliling, tapi seringnya keamanan di lokasi itu cukup longgar. Sebenarnya itu kondisi yang miris karena perumahan itu adalah perumahan mewah. Banyak orang penting
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status