All Chapters of Bukan Jodoh Tapi Takdir: Chapter 71 - Chapter 80
84 Chapters
BAB 72
Setelah berganti pakaian, mereka pun berjalan menuju restoran. Mereka memesan makanan untuk makan siang, namun mereka dilarang untuk membayarnya. Ini adalah salah satu kebaikan yang diberikan Mr.Franco karena merasa senang bisa bekerjasama dengan Wailea dan Helix. Usai menikmati makan siang, Helix memesan driver online untuk menjemput mereka dan membawa ke suatu tempat. "Tempat apa ini, Hel?" tanya Wailea ketika sampai di tempat tujuan. "Ini adalah salah satu kecantikan Bali" jawab Helix. "Wah, aku hanya melihat semua ini di televisi. Tetapi sekarang aku bisa melihatnya secara langsung" Wailea merasa takjub dan terkesima. Begitu indah tempat ini hingga mampu menghipnotisnya dan membuatnya tidak berhenti terpukau. Mereka berdua melakukan banyak hal disini, menonton beberapa tarian dengan riasan wajah yang sungguh mempesona, kemudian mereka juga melihat lukisan-lukisan yang sangat indah. Membeli aksesoris kas Bali, dan lain-lain. Disetiap kegiatan, Helix selalu mengambil foto dari
Read more
BAB 73
"Langsung to the point saja!" pinta Rezo dengan nada kesal. "Buat apa aku pertahankan anak ini lagi kalau kamu sendiri sudah tidak perduli?" sahut Ketty dengan suara jengkel. Suara mereka cukup keras sehingga membuat Wailea dan Helix bisa mendengarnya dengan jelas. Kebetulan dalam cafe itu hanya ada mereka dan beberapa orang lain yang duduknya terbilang jauh. "Apa kamu sudah gila?" tanya Rezo jengkel. "Ya, aku memang gila, aku gila karena kamu! Kenapa kamu hilang kabar selama beberapa hari ini? Apa kamu sungguh-sungguh memberikan kesempatan dua minggu yang Wailea inginkan?" tanya Ketty dengan suara yang mulai terdengar berat. Rezo hanya terdiam tak bergeming. "Aku sudah pernah bilang, kita jebak saja dia dan juga Helix, dengan begitu papa kamu tidak akan melarangmu untuk berpisah dengannya" kata Ketty. "Aku tidak bisa melakukan itu padanya" sahut Rezo. "Kenapa?" tanya Ketty dengan nada yang meninggi. "Kamu jatuh cinta sama dia?" tanya Ketty lagi. "Ya! Benar aku mencintai dia.
Read more
BAB 74
"Untuk apa dia ada di sini?" teriak Ketty sambil menunjuk ke arah Wailea. Situasi ini membuat Wailea tidak bisa bergeming lagi. Rezo yang penasaran mulai berjalan dan mendekati bar. Wailea dengan perasaan yang kacau memberanikan diri turun dari kursi bar kemudian membalikkan badan. Rezo amat terkejut melihat Wailea kini berada tepat di hadapannya. Sedang apa dia di Bali dan mengapa dengan Helix? Hati Rezo penuh tanda tanya. Rezo yang tadinya geram kepada Ketty kini berubah menjadi amat marah pada Wailea. Dia bertanya pada Wailea apa yang sebenarnya dia lakukan disini. Namun saat Wailea hendak menjelaskan, Rezo terus memotongnya akibat perasaan jengkel yang begitu besar. Tanpa berfikir panjang lagi, Rezo menarik Wailea untuk mengajaknya pulang. "Aku ada meeting di sini besok, Zo. Aku tidak bisa pulang sekarang!" kata Wailea sembari menahan tarikan Rezo. "Meetingnya besok tetapi sudah datang sekarang dengan pria yang bukan suami kamu. Perempuan macam apa kamu ini?" nada bicara Rez
Read more
BAB 75
"Aku mau kita pindah dari sini dan memulai hidup kita yang baru di Thailand" kata Rezo tanpa perduli apakah Wailea setuju atau tidak. "Thailand?" tanya Wailea kaget. "Iya. Kita berangkat dua hari lagi" jawab Rezo yakin. Kepala Wailea terasa berat dan seolah hampir pecah. Apakah Rezo benar-benar untuk ini? Apa dia sudah memikirkan segala sesuatunya? Sungguh mendadak dan ini menjadi sangat menguras pikiran Wailea. "Bisnisku yang baru disana sudah maju pesat dalam beberapa bulan saja. Kita teruskan perusahaan kita disana dan kamu bekerja di perusaan itu juga. Mengenai dokumen, aku jamin besok akan siap semuanya. Kita tinggal di apartment untuk sementara waktu sebelum kita membeli rumah disana" jelas Rezo seolah membaca isi kepala Wailea. "Kamu yakin melakukan semua ini bukan karena ingin menghindari Ketty?" tanya Wailea memastikan. "Dia yang selalu menghindar saat aku memintanya membuktikan anak itu" jawab Rezo ketus. "Pada akhirnya jika kamu tahu anak itu adalah benar darah dagin
Read more
BAB 76
Pagi ini terasa sangat mendung bagi Wailea, walaupun pada kenyataannya langit terlihat sangat cerah. Bagaimana tidak, pada akhirnya dia pun harus mengikuti keputusan yang dibuat oleh Rezo. "Sudah siap?" tanya Rezo dengan penuh semangat. Terlihat jelas raut wajahnya yang begitu bahagia. Dengan perasaan yang begitu kacau, Wailea pun menganggukkan kepala memberikan tanda jika dirinya siap.Perjalanan dari rumah menuju kantor kali ini terasa sangat cepat. Kini Wailea sudah berada di halaman kantor. Dia memandang sekelilingnya dengan tatapan haru. Apa aku siap meninggalkan semua ini? tanyanya dalam hati.Wailea mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Sesampainya dia di ruangan, Helix dengan penuh semangat menyapa wanita yang masih dikaguminya itu. "Pagi Nona" sapa Helix. Wailea menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Sebelum Helix melihatnya menitikan air mata, Wailea pun bergegas keluar dari ruangannya dan menuju toilet. Dia memandangi wajahnya di cermin dan mengasihani diri
Read more
BAB 77
"Helix, ini hari terakhir Wailea bekerja. Jadi tolong kamu bahas berdua dengannya untuk setiap projek yang masih dalam tahap pengerjaan" kata Robin."Hari teakhir? Maksudnya bagaimana?" tanya Helix terkejut. "Kalian bicara ya, saya tinggal" sahut Robin lalu meninggalkan ruangan mereka."Ada apa Wailea?" tanya Helix panik."Aku akan pindah besok, Hel" jawab Wailea lemas."Kenapa mendadak sekali?" tanya Helix lagi."Memang mendadak, karena ini keputusan Rezo" jawab Wailea. "Kamu bahkan tahu kalau selingkuhan suamimu sedang mengandung, tetapi kamu tetap bertahan?" tanya Helix jengkel. Dia menggaruk kepalanya dengan sangat keras. Perasaan kesal yang tidak mampu ditutupi. -----Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepanjang hari Helix dan Wailea hanya diam dan fokus akan pekerjaan. Komunikasi mereka pun dilakukan melalui chat. Keheningan dan kebekuan yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara mereka.Hingga tiba saatnya jam pulang kerja, He
Read more
BAB 78
Helix tersungkur lemas tak berdaya, matanya tak sanggup menahan air mata. Tersadar jika ternyata perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Betapa hancurnya dia, menyaksikan orang yang mencintainya harus mengorbankan kehidupannya demi orang lain. Cinta memang tidak harus memiliki, tetapi cinta yang mereka alami adalah sesuatu yang sangat rumit dan pelik. Helix mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Wailea. Namun sayang, ponsel Wailea dalam keadaan kehabisan baterai dan mati. Helix terus menatap surat itu diiringi dengan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi. Mencintai orang selama bertahun tahun dan akhirnya bertemu dengan dia tetapi dalam keadaan telah dimiliki orang lain, bukanlah hal terberat bagi Helix. Namun saat mengetahui jika orang yang dia cintai juga mencintainya namun berjuang demi kebahagiaan orang lain membuatnya rapuh dan terasa sangat menyakitkan. Disaat Helix tengah merasakan kepedihannya seorang diri di sudut ruangan, Wailea dan Ruben pun sampai di halam
Read more
BAB 79
Hati Papinka terasa membara mendengar sindiran Ruben yang begitu menyakitkan namun benar adanya. Wajah Papinka dan Ketty memerah karena menahan malu dan emosi. Seolah mereka terkena telak dari Ruben, Ketty pun memutar otak agar bagaimana caranya mereka bisa kembali berada di posisi yang aman. "Asal om tahu, kami tidak pernah menyembunyikan hubungan kami ini di depan Wailea. Bahkan dia tahu jika saya dan Rezo berlibur di Bali" kata Ketty membuat suasana semakin kacau. Ruben tercengang dan seketika itu juga menatap Wailea. "Apa benar yang dia katakan?" tanya Ruben. Bibir Wailea terasa berat hendak menjawab pertanyaan itu. Entah dia harus bagaimana sekarang menghadapi situasi yang mulai menyudutkannya itu. "Maafkan Lea, pa" sahut Wailea tanpa pembelaan apapun. Jantung Ruben kini terasa nyeri dan sakit. Dia pun memegang dadanya dan mencoba untuk tetap bertahan. Sungguh sulit dipercaya namun pernyataan itu tak dibantah oleh Wailea. "Om tahu kenapa Wailea tidak bertindak apa-apa? Karen
Read more
BAB 80
Wailea terdiam membeku, air matanya yang sedari tadi menetes kini berhenti seketika. Keadaan hatinya sangat buruk dan sama sekali tidak beraturan. Kini matanya tertuju kepada secarik kertas bermaterai di atas meja. Bercerai? Apakah ini ujung dari perjuanganku selama ini? Wailea berjalan mendekati meja dan mulai meraih dokumen tersebut. Dipandangilah isi surat itu dari atas hingga bawah. Ini kali pertama di dalam hidupnya merasakan begitu berat ketika memegang secarik kertas. Bayang-bayang yang menakutkan kini meliputi pikirannya. Bagaimana dengan mama? Bagaimana dengan papa Ruben? Bagaimana nasibku nanti? Apa pandangan orang-orang terhadapku yang menjadi janda hanya dalam waktu sekejap mata? Aku harus bagaimana? Terlalu banyak suara yang kini bersarang di kepalanya. "Boleh aku bertanya? Jika kalian menjawabnya dengan jujur, maka aku akan segera menandatangani surat ini dan pergi" tantang Wailea. Ketty dan Rezo saling pandang dan kemudian mempersilahkan Wailea untuk mengajukan perta
Read more
BAB 81
Ttookkk... Tookkk... Ttoookkkk. Suara ketukan itu terdengar sangat kasar. Helix segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama dan membukakan pintu. Bbbuuukkkkk... Sebulan pukulan yang sangat kuat mendarat di pelipis Helix. "Apa-apaan ini?" tanya Helix sembari menyentuh pelipisnya yang langsung membiru dan bengkak. "Apa anda puas sekarang menghancurkan rumah tangga anak dan juga menantu saya?" tanya Ruben dengan sangat geram. "Maksud bapak apa?" tanya Helix kebingungan. "Saya tahu jika anda memiliki hubungan dengan menantu saya" jawab Ruben dengan penuh emosi. "Saya memang punya hubungan dengan menantu anda, tetapi hanya sebatas hubungan rekan kerja dan juga teman dekat. Apanya yang salah?" tanya Helix lagi. "Terlalu banyak kebohongan yang kalian semua ciptakan" ujar Ruben. "Saya memang punya perasaan dengan Wailea, tetapi dia tidak pernah menyambut perasaan saya ini sekalipun. Mungkin saya akan sangat bahagia jika anda memukul saya karena tuduhan anda benar. Asal anda tahu,
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status