All Chapters of Rahasia Cinta: Chapter 51 - Chapter 60
66 Chapters
Pekerjaan Untuk Anya
Gala dan Arnold berdiri di depan orang yang duduk bersila di kursi ruang tamu rumah mereka. Gala menundukkan kepala, sedangkan Arnold yang tak tau apa-apa mengangkat kepalanya dengan tenang. Suasana rumah itu sunyi senyap tak ada suara kecuali suara tutup korek api yang dimainkan oleh Jane. Arnold tak menunjukkan ekspresi apapun. Dia memainkan rokok di tangannya. Jane suka melihat wajah tak berdosa yang ditunjukkan oleh Arnold. Sejak dia mengenal Arnold, memang ekspresi seperti itu yang selalu ditunjukkan Arnold, seolah tak takut oleh apapun dan siapapun. “Sepertinya kau sudah mengira ini akan terjadi, Arnold,” kata Jane. Dia senang sekarang, Arnold langsung membuang pandangannya ke beberapa anjing peliharaannya yang dikurung oleh anak buah Jane. “Iya, dan aku juga sudah tau kenapa kau terus-terusan menggangguku,” sahut Arnold berjalan menghampiri hewan kesayangannya itu dan melepasnya dari kandang besi. Arnold menoleh melihat reaksi Jane sebentar, laki-laki itu me
Read more
Ting.. Ting..
Bryan menghabiskan makanannya di pinggir kolam renang, dia sedang memikirkan sesuatu tentang pembunuhan ayah Harshad yang sampai sekarang tidak ditemukan bukti. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul pikiran seperti itu, tapi memang pembunuhan tuan besarnya adalah sebuah rahasia besar yang belum terpecahkan. Jika saja Harshad sudah tahu siapa yang membunuh ayahnya, Harshad tidak akan membiarkan pembunuh itu hidup dengan tenang. Itu sudah menjadi janji Harshad sedari dulu. Bryan mencari ponselnya yang bergetar, pastinya getaran ponsel itu berasal dari pesan Harshad. Walaupun nada dering nya lirih, tapi dia bisa mendengar nada pesan masuk yang berbeda itu. HarshaGue ke perusahaan, gue tunggu tiga menit, jawab boleh apa nggak! Bryan mendengus, lalu mengetik tulisan iya di kolom pesan untuk Harshad. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Jane sedang berada di New York mengurusi orang yang akan dia jadikan otak rencananya. Ting.. Ting.. Bryan sedik
Read more
Nama yang Sama
Jane dikawal beberapa anak buah menuju ke pesawat, dia sudah membuat Gala dan Arnold berada di bawah kuasanya. Memang tidak mudah, tapi dia senang. Setidaknya akan ada cara baru yang bisa digunakan untuk melawan Harshad lagi. Doa sudah tua dan tidak bisa terus-terusan mengikuti langkah Harshad. Dulu, dia sangat mahir memainkan taktik, tapi sekarang, dengan kemampuan perusahaan Harshad melacak semua musuhnya, dia hanya akan menjadi pria tua tanpa perisai. “Silakan, Tuan. Sudah saya siapkan semuanya,” ujar seorang penjaga pada Anton. Anton mengangguk, lalu mempersilahkan Jane naik ke pesawat terlebih dahulu. “Kalian awasi Gala dan anaknya, mereka bukan orang yang mudah takluk. Pastikan mereka tidak bisa menggunakan kekuasaannya dan jangan lepaskan anak buah mereka,” pesan Anton pada seorang anak buah setelah Jane naik ke pesawat. “Baik, Tuan. Bagaimana dengan Akandra grup?”“Mereka tidak akan membuat masalah, Harshad dan Bryan tidak ada di New York. Tugas
Read more
Persiapan Makan Malam
Harshad mengantar Anya ke kamarnya di rumah utama. Melihat hal itu Nyonya Arose sampai terkejut. Dia menggeleng pelan sambil berjalan pergi dari lantai di mana kamar Harshad berada. Dia tidak tahu sejak kapan Harshad membuka dirinya untuk orang lain, bahkan dia sendiri jarang masuk kamar Harshad di rumah itu. “Ah, ya sudahlah. Setidaknya Harshad sudah bisa membuka diri,” gumam Arose. Arose mempersilakan Helen menggunakan kamar di samping kamarnya, untuk mengganti baju dan bersiap makan malam bersama. Di tempat lain, Anya yang tadi tidak membawa baju ganti langsung bingung setelah mendengar dari Harshad kalau setiap makan malam harus sudah mandi dan berganti pakaian. Di dalam kamar mandi tadi dia berpikir keras, harus pakai apa dia keluar nanti. Akhirnya menggunakan baju handuk seperti biasanya, meskipun di dalam kamar ini ada Harshad. Anya mencari keberadaan Harshad setelah dia keluar dari kamar mandi, bingung karena tak melihat siapa-siapa di sana.
Read more
Nyonya, Tamu Anda Sudah Datang
Harshad menggandeng Anya turun ke ruang makan. Beberapa pelayanan sudah berdiri berjajar di belakang kursi makan. Arose dan Helen juga sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Senyum Arose terus melekat, apalagi melihat Harshad mengenakan pakaian yang dia pilih khusus untuk putranya itu. Di sebelah Arose ada Celline, sahabat Arose dari mereka masih sama-sama kuliah di London. Celline tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melihat Harshad lagi di rumah ini. “Tante Celline,” panggil Harshad. Dia menghampiri Celline setelah menarik kursi untuk duduknya Anya. “How are you doing, Harshad? Long time no see,” jawab Celline menerima pelukan singkat dari Harshad. “Iya, kan? Lumayan lama ya kita nggak ketemu?”“Bukan lumayan lagi, lah,” sahut Arose. Arose memperkenalkan Helen pada Celline, mereka langsung cocok dan berbicara santai sejak tadi. Celline adalah orang yang friendly, maka dari itu dia langsung bisa menyesuaikan diri dengan Helen yang baru bergabung
Read more
Ruangan Inspektur Arga
Danu duduk bersama dengan inspektur Arga di ruangan khusus milik sang inspektur. Ada beberapa kamera pengintai yang dimatikan oleh inspektur Arga. Kasus ini sudah dipercayakan padanya sejak dua tahun lalu. Pembunuhan pendiri perusahaan Akandra grup yang sedang dalam masa keemasannya. Cleo Laurent Akandra, ayah kandung dari Harshad Alan Akandra. Harusnya saat itu perusahaan sudah berakhir, tapi berkat putra semata wayang Laurent, perusahaan yang digadang-gadang akan bangkrut itu malah berkembang pesat hingga berhasil menjadi perusahaan terbesar yang bisa menguasai pasar dunia. Para senior bisnis dibuat geleng-geleng oleh laki-laki muda berpengaruh itu. Dewa tempur yang tak berhati, tak memiliki kelemahan karena semua orang yang dia sayangi sudah melupakannya. Itu pendapat orang lain ketika melihat Harshad. Begitu pula inspektur Arga saat pertama kali melihat Harshad berdiri sebagai orang yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial di sebuah organis
Read more
Busway Dekat Mansion
Harshad melipat kedua tangannya di depan badan. Di ruang makan masih ada ibunya dan Celline. Dia hanya mematung melihat Frans memeriksa Jane, itu memang sudah ketentuannya. Bagi semua tamu dilarang masuk rumah utama membawa ponsel dan alat tajam. “Mohon maaf, Tuan. Saya harus menjalankan prosedur,” ucap Frans sambil menganggukkan kepala meminta izin Jane. Jane melirik Harshad sebentar, senyum mengejeknya masih ada dan tak berubah sedikitpun. Walaupun sebenarnya Jane merasa panik, tapi dia berusaha menguasai keadaan. Hanya Harshad yang tau pikiran panik yang disembunyikan Jane. Bibir Harshad terangkat sebelah. Jane berdiri, tatapan Arose mengintimidasi Harshad yang memerintahkan Frans tetap melaksanakan prosedur rumah utama. “Harshad, apa maksud, kamu?” tanya Arose dengan nada tinggi. Dia hampir berdiri karena jengkel. Mendengar ibunya hampir berteriak, Harshad langsung menoleh dengan mata elang nya. Tatapan yang sudah sering Arose lihat. “Bawa Nyonya Be
Read more
Baju yang Tidak Sesuai Musim
Hujan deras masih terus mengguyur bumi sejak dia keluar dari rumah utama milik keluarga Harshad. Dia sudah melepaskan heels yang dibelikan oleh Ibu Harshad. Dia tak pernah berpikir akan ada kejadian seperti ini di dunianya. Air mata yang sudah lama tidak keluar kini menunjukkan wujudnya. Dia tidak tahu mengapa dia bisa langsung pergi dari rumah itu tanpa memikirkan ibunya, keselamatannya dan bagaimana nanti jika anak buah ayahnya menemukannya. Anya mendongak, menadahkan tangannya menyentuh air hujan. Apa Harshad tidak mencarinya? Kenapa sampai sekarang belum ada anak buah Harshad? Dia tidak membawa ponselnya, benda canggih itu tertinggal di kamar Harshad. Karena memang dia tidak membawanya saat makan malam. “Hhhhh, Ibu.” Anya terus berpikir tentang ibunya, bagaimana keadaan dan perasaan ibunya sekarang. Lappp.. Anya sedikit terkejut, lampu jalan menyala bersamaan. Menandakan hari sudah semakin malam. Dia meletakkan heels nya yang dari tadi dia pegang.
Read more
Memalukan!
Mobil Alphard putih yang ditumpangi Harshad dan Anya berhenti tepat si depan pintu utama mansion Harshad. Beberapa penjaga langsung menata posisi berdiri di sekitar mobil untuk menyambut Harshad. Bi Isah tergopoh menghampiri Harshad yang keluar dari mobil dengan keadaan basah kuyup. “Den Harshad, apa yang terjadi?” tanya Bi Isah. Laki-laki yang mengenakan pakaian tebal berwarna khaki itu menoleh dan memenangkan Bi Isah. “Tidak apa-apa, Bi. Apa Dokter Arya sudah datang?” tanya Harshad. “Sudah, Den. Dokter Arya ada di kamar, kamu,” jawab Bi Isah. Di pintu lain, seorang penjaga membuka pintu dan berusaha membawa Anya keluar. “Heh, tunggu. Biar aku saja, jangan sentuh Anya,” kata Harshad memperingatkan. Dua orang penjaga tersebut langsung mundur dan meminta maaf pada Harshad. Tak banyak berkata lagi, Harshad menutupkan jaket di tubuh Anya, sehingga menutupi tubuh Anya seluruhnya. Membopongnya ke kamar Harshad, Bi Isah menyarankan agar Anya dirawat di lantai
Read more
Pemilik Mobil
Gelap, dingin dan sunyi. Anya berdiri di antara dua hal itu, dia menyadari kalau di tempat berdirinya sekarang ada banyak bunga yang bermekaran dan indah jika bisa dilihat dengan cahaya yang cukup. Namun sayangnya, di sini tidak ada cahaya sama sekali. “Tempat apa, ini?” tanya Anya pada dirinya sendiri. Kakinya terus melangkah untuk mencari pintu keluar atau apapun yang bisa dia gunakan untuk mencari cahaya. “Oh ya, ponsel. Mana ponsel gue?” masih bergumam untuk dirinya sendiri. Di mana dia? Kenapa dia bisa ada di sana? Apa yang terjadi padanya? Ada banyak pertanyaan berkeliling di kepala Anya, melihat dia yang mengenakan pakaian bermotif bunga-bunga, ia menghentikan langkah. “Gue harus inget, di mana gue sebelum ini?” gumamnya memegang kepala. Terdiam berusaha mengingat, dan sudah berada di tempat lain saat membuka mata. “Ini di mana?” gumam Anya. Dia hendak bangkit dari berbaring, dan dia menyadari ada tangan yang memegangnya. Cklek.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status