All Chapters of Rahasia Cinta: Chapter 21 - Chapter 30
66 Chapters
Pindah perawatan
“Cepet sembuh gih, gak pantes lu kek gitu,” goda Harshad. Anya menoleh tajam, dia belum mau bercanda. Mendengar tawa ringan Harshad mengundang senyum tipis Anya.“Sini gue kasih tahu.” Harshad kembali mendekati bangsal Anya.“Lu baik-baik aja kan, Shad?” tanya Anya masih dalam pandangan sendu. Dia khawatir kalau Arnold sampai melukai Harshad juga. Karena Anya bukanlah satu-satunya orang yang Arnold incar, masih ada Harshad dan Bryan.“Iya, udah lu tenang aja. Sekarang lu dengerin gue, ya,” ujar Harshad memandang dalam manik mata Anya.***“Baik, Tuan.” Danu segera pulang ke penthouse Harshad, tidak jadi berangkat ke rumah sakit.Seorang penjaga membukakan pintu mobil untuk Danu. Sebelum Danu masuk mobil, dia sempat mengangguk menyapa tuan Cris yang sudah rela mengantarnya ke parkiran rahasia.Anak buah tuan mudanya pasti sudah membereskan apapun yang membahayakan dirinya. Kar
Read more
Ceria Anya Kembali
Hari sudah berganti, semalaman Harshad, Bryan, dan Doni mengerjakan tugas mereka yang menumpuk beberapa hari. Dan sekarang, tiga orang tersebut masih terlelap di tempat mereka semalam. Seorang pelayan yang bertugas membersihkan ruang kerja terhenyak. Hanya Danu yang sudah berdiri sembari berbicara dengan dokter Irene. Bahkan tuan muda masih terbaring dengan manset jaketnya sebagai selimut. “Jangan ganggu mereka!” peringatan Danu. Pelayan dengan sigap menganggukkan kepala lalu pergi begitu saja dari depan ruang kerja. Danu mempersilahkan dokter Irene menjelaskan kondisi Anya. Mungkin nanti siang akan ada pemeriksaan keseluruhan untuk Anya. Dokter Irene khawatir kalau ada sesuatu yang tidak beres, mengingat pesan sedikit mencurigakan dari dokter yang menangani Anya. “Tapi, dok. Seingat saya dokter yang mengoperasi nona Anya tidak sama dengan yang menanganinya di ruang rawat,” jelas Danu. “Tidak masalah, memang sebelum saya menangani pasien, saya
Read more
Boneka Boba
“Please lah,,,,”Cuppp... Anya hendak meneruskan kalimatnya, tetapi sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Dia hanya terpaku dan diam, menatap Harshad dengan perasaan yang entah dia sendiri tidak tahu.Jantungnya terpompa lebih cepat, kupu-kupu kecil di perutnya juga seolah sangat bahagia berterbangan bebas. Ada yang aneh, pipinya juga menghangat.“Jangan lupa istirahat, gue pergi dulu.” Harshad melambaikan tangannya dan melangkah keluar dengan tenang.“Enggak, gue ga boleh keliatan nikmatin,” hati Anya berbicara.“Awas kalo lupa bonekanya!” teriak Anya yang disambung dengan senyuman mematikan dari Harshad.Laki-laki itu sudah hilang dari pandangan mata Anya. Dia menyentuh dadanya yang bergemuruh panjang. Kebingungan dan banyak lagi yang dia rasakan sekarang. Perlahan Anya menyentuh keningnya, tepat di tempat Harshad mengecupnya tadi.Bibir hangat yang menggoda.
Read more
Ayah Anya
“Saya tahu, anak saya bersama anda, Tuan Muda,” ucap Jane menatap lurus ke mata Harshad. Bryan dan Doni terdiam di tempatnya sambil saling pandang.“Saya juga sudah mengatakan kalau saya hanya menolong anak anda dan tidak membawanya sampai sekarang,” jawab Harshad, berharap laki-laki di depannya ini menghentikan aksinya mencari Anya dari dirinya.Jane terlihat kesal, tangannya terkepal di atas pahanya. Namun wajahnya tetap terlihat tenang. Menoleh ke Bryan dan Doni hanya melihat dua orang itu.“Saya sudah peringatkan anda, Tuan Harshad. Anak saya bukanlah perempuan baik-baik, dan dia membawa kabur harta saya,” ucap Jane mengira Harshad akan memberikan Anya, “Dia sedang dalam pencarian polisi Indonesia, kalau anda membawanya berarti Anda juga termasuk dia,” tambah Jane sembari tersenyum licik.Harshad tak menjawab, dia hanya mengangkat alisnya pertanda setuju. “Pintunya ada di sebelah sana, Tuan.”
Read more
Pagi yang Menegangkan
Sinar matahari menyapa netra laki-laki yang masih bergelung di bawah selimutnya. Merasa cahaya masuk, dia mengucek mata dan mulai bangun. Merenggangkan otot dan beranjak masuk kamar mandi. Baru saat melewati jam di dinding kamar mandi, dia mengetahui kalau dia sudah bangun terlambat.“Kok tumben, sepi.” Harshad membawa baju handuknya keluar kamar. Dan tak berselang lama, Danu berjalan menaiki tangga, berniat membangunkan Harshad.“Tuan Muda,” panggilnya.“Bryan belum ke sini?” tanya Harshad. Danu mengangguk dan berdiri di samping Harshad.“Sekretaris Bryan ada di kolam renang bawah, Tuan.”“Ngapain?”“Berenang, sembari menunggu anda bangun, Tuan.”"Ckck, pede banget," gumam Harshad. Alis Harshad bertaut. Biarlah, toh itu juga kebiasaan Bryan setiap kali sampai di rumah lama ini.“Mobil yang aku minta sudah kamu siapkan?” tanya Harsh
Read more
Jalan-jalan
Harshad membawa sendiri mobil yang kemarin dia pesan pada Danu. Laki-laki yang bertugas menjaga keamanan Harshad itu membawakan mobil dari showroom perusahaan dan baru menyelesaikan urusan izin di kepolisian tadi malam. Harshad menemani Anya berkeliling di sekitar penthouse nya. Tadi pagi, Harshad sudah mendapatkan izin dari dokter Irene untuk mengajak Anya keluar. Anya sudah baik-baik saja, hanya belum terlalu kuat untuk berjalan jauh. Dan dengan tertawa Harshad menawarkan diri untuk menjaga Anya apapun yang terjadi. Itu adalah hal baru bagi dokter Irene. Sampai dokter Irene mengucapkan syukur berkali-kali. Setidaknya Harshad bisa sedikit demi sedikit melepaskan trauma di masa lalunya. Dokter Irene merasa kalau Anya adalah perempuan yang akan menyembuhkan Harshad di masa depan nanti. Harshad melirik Anya yang terus tersenyum semenjak keluar dari rumah. Dia sedikit bingung, tapi memilih diam. “Apa sih, Shad? Liat-liat?” tanya Anya menyadari tatapan Ha
Read more
Taman Masa Kecil
“Iya, kita memang cocok dalam keadaan apapun,” balas Harshad yang sepertinya memahami pikiran otodidak Anya. Mata Anya membulat sempurna, menempelkan tangannya di depan mulut.“Waaahhhh, Jangan-jangan kamu punya indra ke-enam?” tebak Anya.“Ada, ke-tujuh sampe dua puluh juga ada, mau liat?” tawar Harshad. Lalu Anya mencebikkan bibirnya mendengar lelucon garing itu. Dia tahu, sebenarnya Harshad tidak dalam mood baik untuk bercanda.“Udah, sekarang cerita!” Harshad yang tadi masih tersenyum tipis, sekarang senyum itu lenyap sama sekali. Pandangannya lurus dan kosong.“Aku mewujudkan keinginan ayah untuk terakhir kalinya. Aku juga yang memeluknya sampai beliau benar-benar menutup mata untuk selamanya. Dan bahkan tidak ada seorang pun yang menemaniku atau setidaknya menjadi saksi untuk perlakuan kejam para pembunuh bayaran itu.” Harshad menghela nafas panjangnya.“Kejadian yang menjadi a
Read more
Cerita Lama
Mata Anya terbelalak, dia membuang pandangan dari Harshad. Menyentuh tengkuknya yang meremang. Sepandai-pandai tupai melompat pasti pernah jatuh, ternyata ungkapan itu adalah benarnya.Sudah beberapa tahun berlalu dan semua orang yang disuruh ayahnya mengawasi tidak ada yang paham atas perintah ayahnya. Hanya laki-laki konyol di depannya ini yang langsung benar menebak.“Iya, kan, Nya?” tanya Harshad memastikan sesuatu yang selama ini dia dan Bryan simpulkan.“Apaan sih, enggak! Elu tau dari mana juga?” bela Anya.Harshad menggelengkan kepala tak percaya, dia mengelus rambut Anya sembari berkata pelan. “Seenggaknya kalo lu cerita, gue bisa bantu kalo nanti ada apa-apa,” kata Harshad. Dia melihat Anya menyatukan tangan gusar.Cukup lama mereka terdiam, keheningan menyela mereka berdua hingga akhirnya Harshad angkat suara lagi.“Kemarin ayah lu ke perusahaan, dia cari elu. Awalnya gue nggak mau kasih t
Read more
Kok Kamu Tau?
“Iya, kakekku masih hidup. Tapi dia bersama ajudannya. Dia tidak mau tinggal bersama ibuku, dan sekarang kakekku dinyatakan meninggal.”“Emang kamu doang yang tahu kalau sebenarnya beliau masih hidup?”“Iya, dan juga cuma aku yang tahu beliau di mana. Tapi sekarang sudah nggak ada yang bisa dihubungi,” jawab Anya melepas pandangan jauh. Ekspresi sedihnya terlihat nyata.“Lalu sebenernya kamu sekolah di sini juga karena permintaan kakekmu?” tanya Harshad. Pikirannya menerawang jauh.Anya menoleh terkejut, alisnya bertaut erat. “Kok kamu tau?”“Bentar, ini cuman dugaan gue ya, Nya.” Harshad berkata, menjelaskan benang rumit yang bersarang di kepalanya. “Rencana awal kakek lu adalah menyelamatkan berkas itu setelah kematian Sekretaris nya. Lalu untuk mengalihkan perhatian Tuan Jane, beliau harus pergi agar seolah-olah menghindari Tuan Jane karena beliau membawa berkas itu?&r
Read more
Karpet Turki
Anya memasang masker hitamnya, memakai kacamata hitam dan juga topi hitam. Dia berniat masuk ke rumah sewa yang sudah lumayan lama dia tinggalkan. Apalagi sekarang dia sudah tinggal bersama Harshad. Jadi rumah itu sama sekali tidak dia jenguk.Seperti biasa, Harshad menunggu Anya dari dalam mobil di depan rumah. Dia mengawasi keadaan sekitar dengan tenang, dia juga ingat kalau tidak ada orang yang tahu keberadaan rumah Anya kali ini.Laki-laki itu juga baru tahu kalau Anya bisa menghapus semua data-data tentang dirinya. Pantas saja Bryan kesusahan menemukan identitas asli Anya. Ternyata perempuan itu memang tidak sesederhana yang dia pikirkan.Masih ada satu pertanyaan yang dia simpan untuk Anya. Nanti setelah sampai rumah dia akan bertanya.Ting... Ting...Harshad meninggalkan permen di tangannya, dia meraih ponsel yang dia simpan di dashboard mobil.‘Tuan Muda, Nyonya Helen aman'Pesan singkat dari Bryan, mengundang senyum smi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status