All Chapters of Rahasia Cinta: Chapter 41 - Chapter 50
66 Chapters
Jangan Remehkan Akandra Grup!
Perjalanan Gala ke penthouse Harshad dilingkupi harapan yang besar, dia enggan diperalat lagi oleh Jane. Semua yang ada di hidupnya sekarang adalah pemberian Jane, tapi jika dia bisa memilih, ia akan lebih bahagia dengan apa yang bisa dia dapatkan sendiri, bukan dengan mengabdi pada orang lain. Danu menunggu kedatangan seseorang di dalam penthouse tersebut, kakinya menyilang dan dia mengetuk-ngetuk pelan jarinya di lutut. Sudah tiga kali dia melirik jam tangannya, tebakan Bryan tidak mungkin meleset. “Mereka sudah datang, Tuan.” Seorang penjaga menghampiri Danu dan melaporkan. “Kalian bersiap, jangan lakukan apapun pada mereka. Ingat pesan Tuan Muda!” pinta Danu. “Baik, Tuan.”“Saya awasi dari atas.”“Baik, Tuan.” Danu mengantar kepergian penjaga tersebut sampai hilang dari pandangannya. Lalu dia naik ke lantai dua, berdiri sambil menjejalkan tangannya ke saku celana. Dua orang bertubuh kekar turun dari mobil Alphard hitam, mereka mendekati pi
Read more
Mansion
Bryan membawa Anya ke mansion Harshad. Rumah yang pernah dia dan Harshad tinggali sementara karena kejaran pembunuh bayaran yang disuruh oleh orang misterius. Rumah itu selalu menyediakan kenyamanan yang tidak bertanding, seorang Bryan yang tidak bisa jauh dari pusat kota. Jika sudah berada di sana malah lebih baik dia mengurung diri di dalam rumah. Pintu gerbang besar berwarna hitam menyambut mereka, Bryan tersenyum menoleh pada Anya. “Selamat datang di Mansion rahasia Tuan Muda, Nona Anya,” ucap Bryan melebarkan tangan layaknya sedang mempersilahkan seseorang. “Mansion rahasia?” “Yap, ini Mansion hanya aku dan Harshad yang tahu, Tuan Besar menghadiahkan dan mewariskan rumah ini pada Tuan Muda tanpa sepengetahuan siapapun,” jawab Bryan sambil merebut tas yang ada di tangan Anya, dia menjelaskan sambil berjalan masuk. “Jadi aku adalah orang ketiga yang tahu tempat ini?” “Mmm, bukan, sih. Lebih tepatnya, orang asing yang pertama kali datang dan tahu tempat
Read more
Perempuan di Kamar Harshad
Harshad tiba di Mansion nya disambut oleh Bryan, dia mendekati Bryan yang berdiri di pintu setelah membantu Bi Isah turun dari mobil. Senyum Bryan terkembang lebar, dia senang melihat Harshad baik-baik saja. Setidaknya tugas menjaga Harshad dan Anya sampai Indonesia sudah selesai. Tinggal bagaimana nanti di Indonesia nanti. Apakah masih berlanjut atau tidak teror dari ayah Anya. “Bi Isah? Apa kabar, Bi?” tanya Bryan menyalami tangan Bi Isah layaknya seorang ibu. “Bibi baik, Den. Den Bryan tambah ganteng saja,” puji Bi Isah, Harshad yang mendengar langsung menoleh sembari menunjukkan ekspresi mengejek. “Apanya yang tambah ganteng, Bi?” cibir Harshad. Dia melangkah masuk membiarkan Bi Isah dan Bryan berbincang-bincang di ruang tengah. “Shad, Anya tadi udah naik,” teriak Bryan. Harshad diam saja tak merespon. Selanjutnya seorang pelayan menghampiri Harshad. “Anda ingin makan malam apa, Tuan?” tanyanya. “Ah, tanya Bryan dan Bi Isah saja,” jawab Harsha
Read more
Kau Selalu Tahu Semuanya, Tuan Muda
Anya terbangun dari tidurnya pukul sembilan malam. Dia tadi sempat menyadari ada Harshad yang tidur di sampingnya, tapi sekarang laki-laki itu sudah menghilang entah kemana. Dia celingukan mencari sosok yang sudah dia tunggu itu. Tidak menemukan Harshad, dia melangkah ke kamar mandi membersihkan badannya yang terasa lengket karena belum mandi semenjak sampai di Indonesia. Dia mengabaikan apapun yang terjadi di luar, menikmati mandinya adalah hal yang sangat dia sukai. Ada yang sangat menyenangkan di dalam hatinya, tapi dia tidak tahu apa itu. Mungkin salah satunya adalah bisa lolos dari penjagaan orang bayaran ayahnya di bandara New York. Ritual mandinya sudah selesai, seperti biasa, rumah Harshad selalu tenang layaknya hanya dia yang tinggal di sana. Karena merasa lapar, dia berniat turun untuk makan malam dan mencari Harshad adalah tujuan utamanya. Semoga tidak terjadi apa-apa padanya. Anya turun, di tangga melingkar itu dia disapa oleh dua pelayan, persis
Read more
Arga dan Helen
Helen dan ayahnya berjalan tenang menuju taman rumah. Mereka sudah pindah dari hotel yang pertama kali menjadi tempat mereka bersembunyi. Kini mereka berada di salah satu apartemen milik tuan besar. “Ayah merasa baikkan?” tanya Helen. Laki-laki yang menjadi ayahnya itu tersenyum sembari menepuk tangan putrinya, “Ayah berhutang banyak pada kalian, aku tidak mengira akan bertemu denganmu lagi, Helen. Ayah tidak tahu apa yang akan terjadi pada ayah kalau tidak ada Doni,” ujar Arga mendongak melihat hamparan langit yang luas. Mata Helen berair, dia menggenggam tangan keriput milik ayahnya, “Ayah, aku yang seharusnya berterima kasih, tidak ada orang yang mencintaiku setulus cinta ayah,” balas Helen. Dia menyeka air matanya yang luruh. “Benar kata orang, kalau cinta pertama seorang putri adalah cinta ayahnya, dan aku sudah merasakannya, Ayah,” tambah Helen lagi. Arga menghela nafasnya panjang. Dia tersenyum. “Tapi mungkin kalimat itu tidak berlaku untuk Cryst
Read more
Rencana Pembebasan Arnold
Ruangan berwarna cokelat dengan kombinasi warna hitam itu sangat mencekam bagi para penghuninya. Ada yang sedang memainkan mouse dan komputer, ada yang menghadap layar besar berisi seluruh rekaman CCTV di daerah itu. Jane berdiri di belakang orang yang mengoperasikan komputer yang khusus menangani CCTV. Tangannya mengepal erat terlebih lagi setelah ia mendapat kabar dari Gala bahwa Anya sudah tidak ada di New York, kalau anaknya bisa lolos, berarti memang penjagaan yang dia siapkan sudah tidak bekerja dengan baik. “Tuan, ponsel Nona Crystal bisa dilacak untuk terakhir kalinya. Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi, Tuan.” Anak buah Jane datang memberi laporan, Jane menoleh semangat. “Tapi sudah tidak bisa dilacak lagi?” tanya Jane tidak jadi bersemangat, Anton mengangguk pelan. “Kenapa tidak bisa?”“Mungkin ponsel kehabisan daya, Tuan.”“Baiklah, di mana lokasi terakhir ponsel itu?”“New York, Tuan.” Mendengar jawaban Anton, tanpa Jane kontrol,
Read more
Pulang Untuk Berenang
Anya berpamitan pada ibunya, dia benar-benar pulang ke mansion Harshad hanya untuk berenang. Sekarang, berenang di malam hari sudah bukan hal yang asing bagi mereka berdua. Harshad mengemudikan sendiri mobil sport hitam kesayangannya. Ada banyak hal yang harus dia selesaikan setelah ini. “Shad?” panggil Anya. “Hmmm.”“Kamu nggak pengen ngajak aku belanja, gitu?” tanya Anya tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan di depannya. “Belanja?” tanya Harshad tak percaya. “He'eh. Kapan-kapan belanja ya, Shad?” ujar Anya melingkarkan tangannya ke lengan Harshad. “Enak kali dikau,” balas Harshad sambil tertawa. “Iya, kasihani aku lah, Shad. Kalo nggak minta ke kamu, aku minta ke siapa, dong? Masa ibu? So impossible, kan?”Bibir Harshad manyun menahan tawa sambil kepalanya masih mengangguk-angguk mendengar ocehan Anya. “Atau gini aja wes, kalau kamu nggak mau nanggung kepengenan aku, kasih aku kerjaan, gimana?” tanya Anya. Harshad lan
Read more
Mall Bersama
“Ya sudah, Ayo!” Harshad mengiyakan ajakan ibunya berbelanja. Anya dan Harshad saling diam di meja makan. Fokus menghabiskan makanan mereka masing-masing. Bi Isah melirik Anya berkali-kali, pastinya Bi Isah berpikir apa Anya berhasil membujuk Harshad untuk bertemu dengan Nyonya Arose. Menyadari apa yang dilakukan oleh Bi Isah, Anya menunjukkan tangannya pada Bi Isah sebagai tanda Oke. Senyum Bi Isah segera lahir. “Ajak ibu, kamu?” tanya Harshad. “Hah? Apa?” dia terkejut, Anya sedang melihat Bi Isah. “Kamu pengen ibumu diajak apa tidak?” tanya Harshad memperjelas pertanyaannya. “Emangnya boleh aku ngajak ibuku?”“Boleh, lah. Siapa yang ngelarang? Nanti biar ibumu menemani ibuku belanja, terus kita jalan-jalan, haha,” jawab Harshad membuat Anya berdecak. “Mana bisa?” gumam Anya. Sebenarnya dia sangat bersemangat kalau ibunya diajak, sudah lumayan lama mereka tidak berbelanja bareng. “Loh aku seriusan, Nya. Kalau kamu pengen ngajak ibu ka
Read more
Minuman Harshad
Perjalanan Anya dan Harshad diisi dengan tawa, bagaimana tidak, Anya selalu saja mempermainkan mood Harshad. Anya bukanlah perempuan yang ribet, palingan ribetnya Anya kalau mau workout itu saja. Kalau diajak olahraga sama Harshad pasti ada aja alasannya. Bahkan Anya rela memutari kamar luas Harshad hanya untuk memperlambat berangkat mereka olahraga. “Tapi sekarang udah enggak, ya?” balas Anya sedikit tidak terima. Dia meminum minuman dingin milik Harshad yang ada di mobil.“Heh, heh, apa itu main minum-minum aja, lu?” tanya Harshad panik sembari merebut botol minumnya. “Enak,” kata Anya polos sambil meminta lagi. “Jangan! Ngawur! Nanti aja beli coklat di mall,” balas Harshad membuat bibir Anya menciut. “Apa, sih? Enak loh itu,” tanya Anya lagi, dia berusaha mengambil minuman di samping Harshad. “Enggak, Nya. Itu minumannya khusus buat aku, kamu nggak boleh.”“Lah kenapa?”“Ya karena itu buat laki-laki, buat kamu ada juga, tapi aku
Read more
Kenapa Anda terkejut melihat saya?
Sampai di mall, keinginan Harshad untuk membiarkan ibunya berbelanja dengan Helen terwujud. Anya hanya tertawa melihat Harshad dengan polosnya meminta izin pada ibunya untuk membiarkan Helen bersama ibunya. “Bu?” panggil Harshad. Arose yang sedang membenarkan rambut dan melepas maskernya hanya menjawab dengan gumaman. “Ibu belanja sama Nyonya Helen aja, ya? Harshad mau keluar sama sekretaris Harshad,” tambah Harshad. Helen menoleh dan melihat dia perempuan yang berdiri di samping putranya. “Mereka siapa?” tanya Helen. “Ini Anya, temen Harshad di New York. Dan ini Nyonya Helen, ibunya Anya,” jawab Harshad. Arose segera mengulurkan tangan menyalami Helen. “Halo, saya Arose, ibunya Harshad,” kata Arose. “Saya Helen, Nyonya.”“Ya sudah, Bu. Harshad sama Anya pergi dulu,” pamit Harshad. “Iya, nanti langsung ke rumah utama, kita makan malam,” pesan Arose sambil melambaikan tangan pada putranya. “Oke, mom’s,” jawab Harshad melengang semb
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status