Semua Bab Annoying Marriage: Bab 111 - Bab 120
164 Bab
BAB 111
"Hai!"Heni mencebik ketika mendapati Karina sudah muncul di depan pintu kamar kostnya. Di tangan Karina ada beberapa plastik, salah satunya dengan logo donat favorit orang se-Indonesia. Hal yang membuat Heni lantas membuka pintu lebar-lebar sambil nyengir. "ASTAGA, HEN! ITU TANGAN SAMPAI KAYAK GITU?" teriak Karina terkejut mendapati bekas parut panjang di tangan Heni. Heni menghela napas panjang, menarik Karina masuk dan menutup pintu rapat-rapat. "Iya! Gila nggak tuh dokter somplak? Ini ntar biaya buat ngilangin bekas luka sama bayar rumah sakitnya tadi mahalan buat ngilangin bekasnya, Rin!" Gerutu Heni sambil menatap tangan kirinya. "Kau simpan nomor dokter itu? Minta tanggung jawab lah suruh bawa ke klincan kalo gitu. Laser kek, atau apa kek." Karina langsung duduk di karpet bulu milik Heni, meletakkan plastik-plastik yang dua bawa. Ada donat, dua cup boba dan jangan lupa ada takoyaki juga. Komplit untuk menemani mereka
Baca selengkapnya
BAB 112
"Dasar! Rasain sekarang!"Tawa Karina belum mau berhenti, ia masih terkekeh geli membayangkan bagaimana ekspresi Heni tadi. Berapa merah wajah sahabatnya dan jangan lupa muka cemberut Heni yang macam bebek ketinggalan barisan.Karina naik ke atas mobil, ia harus segera pulang. Ada mertua yang stay di rumah dan jangan lupa, beberapa jam lagi suaminya pulang. Yudha sudah Mewanti-wanti untuk tidak pulang terlalu sore, bukan? Karina langsung membawa mobilnya pergi. Di jok samping masih ada sekotak donat yang sengaja dia beli khusus untuk Ningsih. Sebuah oleh-oleh sederhana yang tidak boleh dilupakan jika mama mertua sedang berkunjung. "Aku jadi penasaran sama dokter somplak si Heni. Tapi bagaimana mau cari tahu kalau nama dokter itu saja Heni tidak tahu?" Desis Karina yang jujur heran dengan kelakuan Heni.Senyum masih merekah di wajah Karina, dengan santai ia membawa mobilnya melaju membelah jalanan. Setelah ini apa yang hendak dia lakukan
Baca selengkapnya
BAB 113
Heni tergagap, wajahnya memanas dan langsung ia tundukkan sambil memegangi plastik berisi belanjaannya. "Terima kasih banyak, Mas." Desis Heni lirih. "Sama-sama." Jawabnya sambil melangkah menuju pintu keluar minimarket. Heni mengekor, mengajarkan langkahnya di sisi lelaki itu. Dilihat dari pakaiannya, agaknya tempat tinggal lelaki menyebalkan ini tidak jauh dari minimarket. Dia terlihat begitu santai dengan outfitnya. Ah! Heni lupa, outfit para lelaki memang selalu simpel begini, kan? "Masih sakit?"Heni kembali tersentak, ia menatap lelaki itu dengan saksama. Dia masih mengkhawatirkan Heni? Atau hanya basa-basi tanya? "Lumayan, nyerinya masih." Jawab Heni apa adanya. "Obatnya jangan lupa di minum. Kau pake jaket begitu nggak sakit di lukanya?"Dokter ini cerewet sekali! Tapi bukankan itu memang naluri yang harus dimiliki seorang dokter? "Dikit, Mas. Habis mau bagaimana lagi? Panas kalo nggak pa
Baca selengkapnya
BAB 114
"Keterlaluan kamu, Sayang!"Yudha menggerutu begitu ia dan istrinya masuk ke dalam kamar. Bagaimana nasib dua kuning telur tadi? Tentu sudah tandas masuk ke dalam perut Yudha. "Kau tau, kan, Sayang? Di dalam kuning telur mentah itu ada bakterinya? Kenapa kamu tega melihat dan membiarkan suamimu makan itu?"Karina terkikik, ia menjatuhkan diri ke atas kasur. Sementara Yudha, nampak ia melepaskan atasan scrub-nya, duduk di tepi ranjang yang lain sambil mencoba merasakan perutnya yang mual. "Lah gimana, tadi aku juga dipaksa ibu minum jamu. Jadi biar impas Mas juga minum dong!" Gerutu Karina dengan bibir mencebik. Yudha lantas menoleh, menatap wajah istrinya yang cemberut. "Kamu makan kuning telur mentah juga, Rin?" Tentu Yudha terkejut luar biasa, memang tidak semua akan berakhir buruk, tapi makan kuning telur mentah bisa menyebabkan keracunan di beberapa kasus. "Ya nggak sih, tapi pahit!" Gumam Karina lirih. Yudha me
Baca selengkapnya
BAB 115
“Masss ....” Karina merengek begitu mereka masuk ke dalam kamar. “Aku belum siap hamil, serius nggak bohong.”Yudha melirik sang istri yang lansung menjatuhkan pantat di tepi kasur. Wajahnya cemberut dan matanya sedikit memerah. Yudha menutup dan mengunci pintu kamar mereka, mendekati sang istri lalu ikut menjatuhkan diri di samping istrinya itu.Tangannya segara merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukan. Kalau dilihat, mereka tidak seperti suami-istri, lebih mirip kakak-beradik karena tinggi badan yang begitu jomplang dan tentu saja umur mereka yang cukup jauh.“Biar nanti Mas ngomong sama ibu, oke? Kamu jangan khawatir.” Bisik Yudha sabar, tangannya mengelus kepala istrinya penuh kasih.“Kenapa nggak sekalian tadi ngomongnya?” protes Karina yang nampak anteng dalam dekapan tubuh Yudha, ia melirik sang suami, kan bisa tadi Yudha bicara terus terang perihal ketidaksiapan Karina jika disuruh hamil di saat-s
Baca selengkapnya
BAB 116
Yudha tersenyum lebar sambil menutup pintu kamarnya. Ia menang banyak malam ini dan Karina sama sekali tidak punya kesempatan untuk lolos darinya. Yudha melangkah turun dari lantai dua rumahnya. Jika ibunya tidak menonton tv di lantai atas, maka sudah bisa dipastikan Ningsih menonton tv bersama Mbok Dar di lantai bawah.Ada hal yang ingin Yudha bicarakan dengan ibunya malam ini juga. Apalagi kalau bukan keinginan sang ibu yang berbanding terbalik dengan keinginan sang istri. Lalu bagaimana dengan keinginan Yudha? Dia sih ikut istrinya, bagaimanapun yang akan mengalami dan menjalani semua proses menabjubkan itu adalah Karina, bukan Yudha.Karina yang akan banyak berkorban, mulai dari perubahan fisik, emosional dan segala macam perubahan yang mungkin dia belum benar-benar siap untuk mengalami hal dan progres itu terjadi begitu cepat kepadanya.Benar saja, senyum Yudha merekah ketika mendapati Ningsih sedang asyik menyimak sinteron kesayangan emak-emak se-Indonesia
Baca selengkapnya
BAB 117
"Siap koas, Sayang?"Yudha memeluk istrinya yang sudah rapi dengan setelan scrub itu dari belakang. Memeluk erat-erat tubuh itu sambil menghirup rambut beraroma floral kesukaan Yudha. Hari ini, perjalanan Karina untuk meraih gelar dokternya kembali di mulai. Ia sudah mulai aktif kepaniteraan klinik mulai hari ini. "Siap! Jangan galak-galak kayak kemarin pas aku di stase bedah nanti! Awas nggak aku kasih jatah nanti!" Ancam Karina sambil melirik gemas ke arah sang suami. Yudha sontak terkekeh, "Kau memaksa suamimu menjalankan praktik nepotisme, Sayang?""Pokoknya awas galak-galak! Tidur luar!" Karina membalikkan badan, menatap Yudha dengan tatapan setengah mengancam. Yudha yang dapat tatapan mengintimidasi macam itu sontak nyengir lebar dan garuk-garuk kepala. Kalau ancamannya itu, mana bisa Yudha tahan? Tidur sambil memeluk Karina dan menyembunyikan wajah di ceruk leher Karina adalah sebuah kebiasaan baru Yudha yang tidak bisa diganggu
Baca selengkapnya
BAB 118
“Heni, langsung ikut saya ke IGD ya.”Heni membelalak, baru pertama koas juga dan dia langsung diajak residen anak tahun ke dua itu untuk ikut dia ke IGD? Ah ... rasanya visiting bangsal lebih ia butuhkan untuk sekedar mengingat dan hafal ruang per ruangan sekaligus kenalan sama perawat di poli, tapi kenapa ini ... ah! Heni tidak bisa berkutik, bisa apa keset rumah sakit macam dia ini?“Ba-baik, Dokter.”Wanita dengan paras ayu dan kulit kuning langsat itu tersenyum. Dari wajahnya bisa Heni lihat kalau dokter Yona orangnya sabar dan tidak banyak bicara. Beda dengan penanggung jawab Karina, wajahnya jutek, judes persis seperti suami Karina! Apes memang si Karin, agaknya dia memang dikelilingi orang-orang yang bermuka dingin.Heni mengekor di belakang dokter Yona. Di sana pasti bakal banyak koas juga, entah yang baru masuk seperti dia atau koas senior yang sudah mau lulus. Harapan Heni tentu supaya mereka bisa diajak kerja sama dan t
Baca selengkapnya
BAB 119
"Jahit dulu lukanya, Dek!" Titah salah seorang perawat IGD pada Heni. Heni hanya mengangguk, handscoon sudah terpasang di kedua tangan, siap melakukan perintah yang diberikan untuk menjahit luka robek di dahi anak sepuluh tahun itu. Beginilah nanti kerja Heni sampai beberapa tahun ke depannya mungkin. Tapi apapun itu, demi gelar yang begitu dia impikan selama ini, apapun akan Heni lakukan. Heni tengah serius, beberapa koas yang lain masing-masing punya pasien yang harus mereka pegang dan urus untuk kemudian mereka konsulkan, ada beberapa bahkan yang langsung didampingi residen sambil menunggu konsulen datang ke IGD. IGD penuh hari ini! Saat ini! Kutukan macam apa ini? Baru pertama kali koas dan kondisi IGD macam ini?Heni begitu serius, di saat yang sama sosok lelaki dengan snelli lengan panjang dan setelan scrub warna biru melangkah masuk ke dalam IGD. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling hingga kemudian matanya membelalak ketika m
Baca selengkapnya
BAB 120
"Aku kenal dia, Hen!" Desis Karina perlahan. Kini Heni yang terkejut, ia menoleh dan menatap Karina dengan saksama. Kenal? Bagaimana bisa? "Hah? Kenal di mana?" Kejar Heni yang terkejut mengetahui Karina ternyata kenal dengan lelaki somplak yang dia maksud. "Dia sohib Bang Kelvin. Dari SMA." Jelas Karina lirih. Heni sontak menepuk jidatnya, menggelengkan kepala perlahan sambil menghela napas panjang. Jadi begitu? Apakah abangnya Karina ini sama somplaknya dengan Brian sampai mau berteman bahkan bersahabat dengan lelaki macam Brian begini? "Dah, kalo begini, Rin, aku pilih hamil dan melahirkan lima kali daripada harus berjodoh sama dia!" Tentu Heni ingat betul taruhan mereka. Tidak masalah Heni harus 5 kali hamil dan melahirkan, asal bukan dengan lelaki macam dia Heni menikah dan menyerahkan diri untuk ditiduri! Setengah hari bersama Brian saja Heni sudah sakit kepala dan frustasi, apalagi harus menikah dengan lelaki seperti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status