Semua Bab Annoying Marriage: Bab 101 - Bab 110
164 Bab
BAB 101
Karina melirik arloji yang juga merupakan pemberian Yudha. Kenapa lama sekali? Karina meletakan novel yang sejak tadi dia baca. Lama-lama jenuh juga menanti seperti ini. Karina merogoh ponselnya, berusaha menghubungi sang suami meskipun dia tahu kalau benar Yudha masih berperang di dalam sana, panggilannya ini tidak akan direspon. Karina masih menanti. Menikmati bunyi tutt ... tutt itu seraya bersandar di kursi. Apakah benar Yudha masih sibuk di dalam sana? Akan sangat egois sekali kalau karina menganggu Yudha yang tengah berkerja. "Kemana sih, Mas? Kok lama?" Karin mendesah perlahan. Ia hampir saja memutuskan untuk mengakhiri panggilan ketika ternyata panggilannya terjawab. "Rin, aku lupa bilang. Kamu balik sendiri dulu, ya? Maaf tadi nggak ngabarin kamu." Jelas suara itu yang kontan membuat Karina membelalak terkejut. "Bentar!" Karina mendadak merasa hatinya hampa. "Mas di mana?" Tentu itu yang Karina tanyakan. Dia standby di depan OK saat ini! Menant
Baca selengkapnya
BAB 102
Karina tidak mau melepaskan tangan Yudha yang tengah menyetir itu. Menyandarkan kepala dengan begitu manja di bahu Yudha tanpa bersuara. Suasana hening karena baik Yudha atau Karina sama-sama tidak mau bersuara, hanyut dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. "Mas ...." Panggil Karina kemudian, matanya melirik wajah Yudha yang nampak datar menatap ke depan. "Iya, Rin? Kenapa?"Sebuah jawaban yang membuat Karina mencebik, Karina mempererat pelukan tangannya. Bahu Yudha memang luar biasa nyaman dan Karina suka bersandar di sini. "Mas belum jawab pertanyaan aku, Mas." Gumamnya lirih, tentu Karina harus tahu kenapa Yudha lebih memilih pergi daripada masuk dan meminta penjelasan kepadanya tadi. "Yang mana? Kamu tanya banyak banget tadi." Jawab Yudha santai. Karina mengangkat kepalanya, melepaskan pelukan tangannya lalu menoleh menatap Yudha yang fokus di belakang kemudi. "Ya Karina mau Mas Yudha jawab semuanya, Mas. K
Baca selengkapnya
BAB 103 (21++)
"Mas! Seriusan aku nggak mau kalau lima!"Karina keluar dari mobil, mereka sudah sampai di rumah dan obrolan mereka masih sama, membahas jumlah anak yang hendak mereka miliki. "Kalau Yang Di Atas kasih kita lima, kamu mau apa, Sayang?" Dengan santai Yudha menoleh, membuka pintu rumah dan melenggang masuk ke dalam. Karina mencebik, ikut masuk mengejar langkah suaminya itu. "Kalau bener lima ya aku mau mukulin bapaknya ini!" Jawab Karina tak kalah santai, jawaban yang lantas membuat Yudha menghentikan langkah dan menoleh ke arah sang istri yang mulai mengikutinya menapaki anak tangga. "Apa tadi, Sayang?" Tanya Yudha sekali lagi, berharap dia salah dengar. "Kalau bener lima, aku mau mukulin bapaknya ini!" Kembali jawaban itu yang keluar dari mulut Karina, ditambah pelototan mata gemas dan wajah cemberut. Yudha tertegun, sedetik kemudian ia meraih tubuh Karina, membawanya dalam gendongan dan kembali menapaki anak tangga.
Baca selengkapnya
BAB 104
Kelvin mendesah, menutupi wajahnya dengan tangan lalu bangkit dari ranjang mess yang dia tempati selama dia dinas di sini. Dia sudah pulang jaga dan langsung dipusingkan dengan curhatan Brian perihal sang adik, siapa lagi kalau bukan Karina? Kelvin menatap nanar bingkai foto keluarga mereka yang sengaja Kelvin tempel di tembok. Foto dia, Bang Kefas dan istrinya, mama-papa dan tidak lupa Karina yang saat foto di ambil masih mahasiswi Fakultas Kedokteran semester satu. Di mana saat itu hanya Karina yang tidak pakai snelli. Agaknya setelah ini foto itu harus Kelvin ganti. Keluarga mereka sudah bertambah seorang, siapa lagi kalau bukan suami Karina? Mendadak Kelvin mengumpat, itu artinya dari semua yang ada di foto itu, tinggal Kelvin sendiri yang masih jomblo?"Ya Allah, punya adek satu aja nggak ada akhlak!" Gerutu Kelvin kesal. Tentu dia tahu, setelah ini tekanan keluarga melalui pertanyaan 'kapan nikah?', 'calonmu mana, Vin?' akan semakin kuat dan meraja
Baca selengkapnya
BAB 105
Karina mengerjapkan mata, lengan dan tangan Yudha begitu berat dan erat memeluknya. Dengan susah payah Karina membuka mata, mendapat tubuhnya tampak begitu kecil dan mungil di dalam pelukan Yudha. Senyum Karina tersungging, tangannya terulur mengelus rahang dan pipi itu. "Semenyebalkan apapun kamu, nggak tau kenapa aku kok bisa sayang banget sama kamu, Mas?" Bisik Karina lirih, matanya menatap wajah Yudha yang begitu damai tertidur di balik selimut. Cinta dan benci itu beda tipis, sebuah hal yang Karina sadari dan alami saat ini. Bagaimana dari kebencian Karina yang teramat sangat pada lelaki ini, berubah drastis menjadi sebuah perasaan cinta yang teramat sangat juga. Karina mencoba melepaskan dirinya, gesekan kulit polos mereka sebenarnya begitu nyaman, hanya saja rasa lengket yang ditimbulkan dari aktivitas fisik mereka tadi membuatnya gerah dan sedikit tidak nyaman. "Mas lepas!" Rengek Karina ketika tangan Yudha malah mempererat pelukan itu
Baca selengkapnya
BAB 106
Heni tertegun, sosok itu nampak memandanginya dengan saksama. Ini makhluk dari mana? Kenapa ganteng sekali? Heni membeku di tempatnya sampai kemudian lelaki itu mengibaskan tangannya di depan muka Heni. "Dek? Kenapa?""Ah ... Ng-nggak, Mas. Nggak apa-apa." Desis Heni sambil nyengir menahan malu, entah mengapa rasa pedih dan sedikit nyeri di beberapa bagian tubuhnya lenyap seketika. "Serius? Nggak ada yang sakit?" Mata itu membulat, sebuah pemandangan luar biasa Indah di mata Heni. "I-iya!" Jawab Heni dengan wajah memerah dan hati berdesir. "Kau itu! Hati-hati dong! Untung tadi aku bawa mobilnya pelan, coba kalau kenceng! Nggak bisa bayangin aku gimana nanti nasib kamu!" Omel lelaki itu yang sontak melunturkan rasa kagum yang ada di hati Heni. Heni membelalakkan mata, kenapa jadi dia yang disalahkan? Perasaan Heni tidak melanggar lampu, rambu apapun. Dia juga dalam kecepatan stabil dan sedang. Bukan salah dia dong! Pasti lela
Baca selengkapnya
BAB 107
Heni tertegun ketika masuk ke dalam mobil lelaki ini. Nampak ada atasan scrub warna biru dan snelli tergantung dengan hanger di belakang jok. Jadi lelaki menyebalkan ini seorang dokter? Astaga, dokter model apa kelakuannya macam itu? "Kau pagi buta udah pecicilan, mau kemana emang?" Tanya sosok itu yang sudah duduk dan nampak tengah mengenakan seat belt. Heni kembali mendengus, "Kepo amat sih? Mau ngapain nanya-nanya?" Balas Heni judes. Heni tengah memasang wajah jutek ketika ia mendadak kepalan tangan itu mendarat di kepalanya, menjitak kepala Heni dengan sedikit keras. "Kau itu! Tentulah aku penasaran, kau bikin aku hampir kena masalah hukum!" Desisnya sambil melirik tajam ke arah Heni. "Eh! Kau hampir bikin aku kehilangan nyawa, Mas! Atau mungkin cacat? Yang jelas nih lihat, aku lecet-lecet! Pokoknya di sini bukan cuma kamu yang merasa dirugikan, aku juga!" Heni ikut melotot, kalau saja dia tidak butuh tumpangan ke kantor polisi g
Baca selengkapnya
BAB 108
Heni benar-benar tidak menyangka Mas Dokter menyebalkan ini ternyata baik juga. Kini mereka duduk berhadapan dengan seporsi nasi dan ayam goreng yang baunya sungguh benar-benar menggoda iman Heni. Heni menatap lelaki itu dari tempatnya duduk, kalau sedang diam dan kalem macam ini, kenapa pesona yang terpancar dari pribadi itu benar-benar luar biasa? Tapi kalau lagi mode on cerewet ... Jangan tanya! Heni saja rasanya ingin kabur dan malas berhubungan dengan lelaki ini. "Makan dulu, ntar baru aku anter ke kantor buat ambil motor sama barang kau!" Titahnya sambil mulai menyuapkan nasi dan suwiran ayam ke dalam mulut. Agaknya cowok ngeselin itu lapar juga. Bisa Heni lihat dari bagaimana dia makan. Tapi sialnya, cacing perut Heni yang nggak ada akhlak! Kenapa pakai bunyi segala sih? Dua kali pula! Tengsin setengah mati jadinya. "Terima kasih banyak, Mas." Desis Heni akhirnya dengan suara lirih. Ia mulai menyuapkan nasi jatahnya. Menikmati ayam goreng dengan sambal
Baca selengkapnya
BAB 109
"Kau tahu nggak sih, Rin? Dia itu ngeselin banget tau nggak!"Karina menyimak suara itu dengan saksama. Wajahnya menahan geli, ia sudah beres membantu Mbok Dar dan Ningsih memasak. Kini waktunya dia bersantai sejenak sebelum nanti ia harus ke rumah sakit untuk menemui dan mengantarkan makan siang untuk suami tercintanya."Ganteng, kan, tapi?" Goda Karina sambil menahan tawa. Heni sendiri kok tadi yang bilang kalau cowok yang nabrak dia tadi subuh itu ganteng."Ya tapikan kalo ngeselin kayak dia tuh ya, ilang deh gantengnya di mata aku, Rin!" Kembali Heni menggerutu, membuat tawa Karina akhirnya pecah.Karina tertawa terbahak-bahak membayangkan wajah Heni pasti saat ini tengah cemberut dengan bibir monyong lima centi. Sayang sekali dia tidak melihat langsung wajah manyun itu, kalau iya, pasti Karina akan tidak berhenti tertawa."Karin! Jangan gitu ah!" Kembali Heni kembali berteriak, membuat Karina berusaha menghentikan tawanya takut Heni
Baca selengkapnya
BAB 110
"Jadi, ibu ngomong apa aja tadi, Sayang?"Operasi sudah usai, Yudha dan Karina tengah mencuci tangan bersih-bersih. Ini kali pertama Karina masuk OK. Padahal dia belum mulai koas, bisa begitu karena jangan lupa bahwa suaminya yang memimpin operasi tadi. Jadilah Karina bisa menyusup ke dalam. Kalau tidak? Mana bisa? "Banyak. Kita ngobrol banyak tadi, Mas." Jawab Karina sambil mengeringkan tangan. "Ada obrolan aneh-aneh?" Kejar Yudha yang yakin, pasti ibunya sudah mulai membuat istrinya sakit kepala. "Mas ...." Desis Karina lirih, "Ibu kayaknya udah pengen banget cucu dari kamu."Sudah Yudha duga! Yudha tersenyum, ia menarik tangan sang istri, membawanya keluar dari sana. Ada obrolan penting dan agak privasi yang tidak bisa mereka bahas di sini, tentu tempat paling tepat adalah ruangan Yudha sendiri, bukan? "Balik ke ruangan Mas, kita belum makan, kan, tadi?"***Heni mencebik, seharian ini mood-nya anjlok. Selain
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status