Semua Bab Annoying Marriage: Bab 121 - Bab 130
164 Bab
BAB 121
"Jadi dia temen kamu, Rin?"Tentu Brian terkejut ketika mendapati Heni tengah duduk dan nampak mengobrol dengan Karina. Gadis yang juga adik dari Kevin, sahabatnya sejak SMA. Gadis yang sudah mematahkan hatinya karena mendadak menikahi lelaki lain. "Iya, Bang. Temen dari semester 1." Jawab Karina sambil tersenyum. Brian mengangguk, ia duduk di bangku yang ada di depan dua gadis itu. Ah ... Satu dari dua gadis itu sudah tidak lagi berstatus gadis! Sudah menjadi istri orang! "Jadi Abang yang kemarin nyerempet Heni?" Mata Karina membulat, sementara bisa Brian lihat Heni melengos, memalingkan muda wajah cemberut. Brian tersenyum, "Salah dia sendiri, tau-tau nongol." Jawab Brian sambil melirik Heni yang sontak membelalak menatapnya. "Eh, apaan? Kau yang nyetir nggak pakai mata, Mas!" Salak Heni galak membuat Brian melotot gemas. Berani sekali gadis ini! Dia lupa kalau strata mereka berbeda di rumah sakit ini? Koas menem
Baca selengkapnya
BAB 122
"Sayang!" Yudha menoleh, mendapati sangat istri sudah berdiri di belakangnya dengan senyum manis. Yudha membalikkan badan, mengelus lembut kepala istri mungilnya dengan penuh kasih. "Loh sendiri? Bodyguard kamu mana?" Tanya Yudha sambil mencubit gemas pipi Karina. Alis Karina berkerut. Sementara Yudha masih menatapnya dengan saksama. Bodyguard? Siapa yang Yudha maksud? Sedetikpun kemudian Karina tersenyum ketika tahu siapa yang suaminya itu maksud dengan bodyguard. "Oalah, Heni?" Tanya Karina sambil menahan tawa. "Nongkrong di kantin dianya.""Iya dong, siapa lagi?" Yudha meraih tangan sangat istri, membawa Karina melangkah menuju parkiran. Karina kembali terkekeh, akan ada banyak hal yang hendak Karina ceritakan pada suaminya ini. Entah penting atau tidak, tapi ingin rasanya Karina menceritakan semua itu pada suaminya. "Dia protes tadi pagi, Sayang. Katanya kalau PP ke rumah sakit sama aku terus, kapan dia mau jal
Baca selengkapnya
BAB 123
“Kau balik duluan aja deh, Rin. Ini sohib abang kau benar-benar sengaja pengen nyiksa aku!”Heni memijit pelipisnya perlahan-lahan, ini sudah waktunya pulang, tetapi Brian dengan begitu rese menahannya dengan dalih dia harus menemani sosok itu visiting bangsal! Jangan lupa dokter Yona pun memberinya tugas yang sama, ah ... kenapa masa kepaniteraan klinik yang sudah dia bayangkan akan begitu indah malah jadi seperti ini sih?Bukannya prihatin, terdengar suara gelak tawa dari seberang. Heni sontak membelalak, rasanya kalau Karina ada di hadapan dia atau berada tidak jauh darinya, Heni ingin mencekik Karina sampai dia memohon ampun. Sebodoh amat suaminya dosen, Heni tidak peduli!“Rin ... please jangan rese, oke?” desis Heni yang sudah tidak mau lagi ribut-ribut. Dia sudah lelah seharian ribut dengan lelaki tengil yang bernama Brian itu.“Tanda-tanda nih, jodoh!”Mendengar kata itu kembali terucap dari mulut Karina,
Baca selengkapnya
BAB 124
Heni mencebik, ia mengambil tasnya dan melangkah lunglai menyusuri koridor rumah sakit. Harusnya dia dapat tebengan gratis sampai kost. Tetapi karena si dokter edan itu, Heni terpaksa harus merogoh kocek untuk membayar ongkos pulang. Benar-benar lelaki menyebalkan!Sampai kapan dia harus seperti ini? Konsulennya semua enak untuk stase anak, semoga untuk stase yang lain pun sama. Residennya pun bisa diajak kerja sama dan tidak terlalu menonjolkan senioritas mereka. Tetapi kenapa malah dokter definitif-nya yang sangat menyebalkan dan menguras kesabaran Heni sampai titik terakhir?Heni mendesah, menatap ke sekeliling. Hari sudah mulai gelap, dan Heni sadar, ia bahkan belum order ojek online untuk mengantarkan dia pulang dari ‘romusha’ di bawah kendali Brian hari ini. Ponsel dengan softcase berwarna pink pastel itu sudah berada dalam genggaman Heni, Heni baru saja hendak membuka kunci layar ketika suara klakson mobil itu mengejutkan dirinya.“Woy!
Baca selengkapnya
BAB 125
“Temenin makan ya? Mau, kan?”Heni melonjak, kontan ia menoleh dan menatap wajah itu dengan saksama. Wajah itu tersenyum, sebuah senyuman yang entah mengapa mampu meluruhkan semua rasa kesal yang Heni miliki untuk lelaki itu. Kenapa senyum itu indah sekali? Heni mengumpat dalam hati, kenapa dengan dirinya ini?“Ma-makan di mana, Mas?” Heni menundukkan wajah, ia bisa merasakan wajahnya memerah. Sebuah respon aneh yang entah mengapa sangat membingungkan dirinya.“Kamu mau makan apa? Sebagai ucapan terima kasih deh seharian udah kamu bantu tadi.” Hilang sudah semua kekesalan Heni secara tiba-tiba.Heni heran, apa Brian ini punya kepribadian ganda? Dan bisa secepat itu kah kepribadiannya berubah? Beberapa menit yang lalu dia bisa jadi begitu menyebalkan dan di menit ini ... Brian nampak begitu lain dan berbeda dari sebelumnya.Suaranya lembut, terdengar begitu manis dan senyum itu membuang semua pandangan dan penilai
Baca selengkapnya
BAB 126 (21++)
Karina tersentak ketika lengan kekar itu memeluk perutnya, bisa Karina rasakan hembusan napas itu begitu lembut dan teratur menyapa leher dan belakang telinga. Hal yang lantas membuat Karina membuka matanya dan terjaga dari tidur. "Kebiasaan!" Gumam Karina lirih sambil tersenyum. Wajah itu begitu tenang dan nyaman terlelap. Wajah yang nampak begitu polos seperti bayi. Kemana wajah garang dengan mata tajam yang selama ini melekat sempurna di diri Yudha? Semua lenyap tidak bersisa ketika ia tidur memeluk Karina dengan begitu posesif dan manja seperti ini. Karina merasakan perutnya perih. Matanya lantas menyusuri tembok guna mencari jam, ia ingin tahu sudah pukul berapa sekarang. "Astaga! Jam sepuluh malam?" Karina memekik, itu artinya dia tidur sudah cukup lama setelah pulang dari rumah sakit tadi! Karina berusaha melepaskan tangan yang memeluk perutnya itu, namun Yudha benar-benar begitu posesif. Dia tidak mau melepaskan Karina, malah
Baca selengkapnya
BAB 127
Karina menggeliat, mencoba menyingkirkan tubuh besar sang suami dari atas tubuhnya. Peluh membanjiri tubuh mereka berdua, dengan napas yang masih tersengal-sengal Karina menyeka peluh, melirik suaminya yang nampak memejamkan mata dengan wajah memerah dan napas terengah. "Mas ...." Karina mencolek lengan Yudha, ada hal penting yang perlu Karina katakan pada suaminya ini. "Mau nambah? Ayolah!" Yudha hendak kembali naik ke atas tubuh suaminya ketika tangan Karina menyodorkan tangan ke depan wajah Yudha, sebuah penolakan yang lantas membuat Yudha tersenyum masam. "Bukan itu!" Karina membelalak, menatap suaminya dengan tatapan gemas. "Lah terus? Mau ngajak mandi bareng?" Entah mengapa pikiran Yudha selalu tertuju pada hal tersebut. Tidak ada hal yang lebih mengasyikan untuk dilakukan bersama Karina kecuali aktivitas intim yang menggairahkan itu. "Mas!" Karina mencebik, menggebuk lengan Yudha dengan begitu gemas. Bagaimana cara mengenyahka
Baca selengkapnya
BAB 128
Heni menatap cokelat itu sambil rebahan. Sudah cukup lama cokelat itu jadi penghuni rak stock persediaan makanan. Namun ia sama sekali belum berniat untuk membuka dan memakan cokelat itu. Sayang sekali kalau dimakan. Ingat cokelat itu membuat Heni kembali teringat sosok lelaki pemberi cokelat. Siapa lagi kalau bukan si kampret tengil dokter Brian? Heni tersenyum, membayangkan wajah dokter itu, hatinya terasa begitu hangat dan sedikit berbunga-bunga. Tetapi kalau ingat bagaimana suara dan sikap menyebalkan lelaki itu ... Ah! Kepala Heni rasanya mau pecah. Heni membanting cokelat itu di sisi kepalanya. Kesal dan gemas dengan orang yang memberi cokelat. Andai saja orangnya kecil, mungkin akan Heni banting juga macam cokelat di sisinya ini. Sayangnya badan Brian segede gajah, mana kuat Heni mengangkat tubuh itu untuk dia banting? "Kenapa ada sih orang kayak kamu begini?" Gerutu Heni kesal. Bayangan sikap dan wajah Brian dalam mode on tengil berkel
Baca selengkapnya
BAB 129
Heni segera meraih ponsel yang meraung-raung di atas kasur begitu ia keluar dari kamar mandi. Siapa sih ini ribut banget sepagi ini udah telepon? Heni saja baru saja selesai mandi. Masih basah oleh air dan hanya terbungkus handuk! Nomor itu tidak dikenal, belum dia save di kontak ponsel. Membuat Heni was-was kalau dia harus on call sepagi ini! Dengan segera Heni mengangkat panggilan itu, besar harapan Heni ini bukan on call! "Ha-halo?""Aku dibawah, cepet turun!" Alis Heni berkerut mendengar suara itu. Suara itu seperti .... "Mas Brian?" Desis Heni lirih mencoba memastikan. "Iya ini aku! Turun, kita sama-sama berangkat ke RS-nya!" Perintah lelaki itu seenaknya. Heni sontak membelalak, kampret sekali lelaki ini? Main asal jemput dan paksa begini? Astaga, kenapa bukannya tersanjung dengan sikap manis Brian, Heni malah jadi kesal dibuatnya! "Kenapa nggak kasih kabar dulu sih, Mas? Main nongol aja!" Omel Heni
Baca selengkapnya
BAB 130
"Hen ... Heni!"Karina berteriak, setengah berlari mengejar Heni yang nampak melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Heni menoleh, menatap sahabatnya dengan alis berkerut. Ada apa sih? Nongol langsung teriak-teriak nggak jelas! "Apaan sih, Rin? Ini rumah sakit, jangan teriak-teriak begitu lah!" Heni menghela napas panjang, menanti Karina bicara setelah menetralkan napas. "Kau ini ... Baru aja koas udah ada gandengan! Siapa sih?" Karina ngos-ngosan. Nampak bulir keringat menempel di dahi Karina. Heni memutar bola matanya dengan gemas. Mendengar pertanyaan itu malah membuat Heni dongkol. Wajahnya ditekuk, otaknya otomatis memproyeksikan wajah tengil Brian. Membuat mood Heni yang sudah hampir membaik mendadak kembali hancur lebur. "Gandengan apaan? Dapat mimpi buruk yang ada!" Desis Heni sambil mencebik. Dia melanjutkan langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Karina mengejar langkah Heni. Kenapa lagi sahabatnya itu? Kok muka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status