Semua Bab Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia: Bab 131 - Bab 140
169 Bab
Chapter 132 - Selamat Bergabung
“Musa, cobalah melayang lebih rendah!” seru Mansa. Musa yang sudah dalam wujud seonggok lidah api itu mulai mengitari gubuk tersebut dengan melayang-layang begitu rendah di atas lantai. Ketika Musa mulai melayang di dekat sebuah sudut ruangan, Mansa menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pergerakkan nyala plasma dari tubuh Musa.Mansapun bergegas memeriksa lokasi tersebut. Meski lantai papan itu terlihat tersusun rapi sama sekali tidak ada perbedaan yang signifikan dari bentuk susunan lantai papan yang lain, tapi sekarang dia merasakan ada aliran angin samar-samar terasa seperti berhembus masuk ke dalamnya.Mansa mendekatkan telapak tangannya pada lantai tersebut dan sengaja melepas sedikit aura esper dari tangannya. Aura itu bukannya terurai ke atas, akan tetapi seperti menyusup ke sela-sela lantai papan tersebut. Itu aneh karena jika di bawah lantai papan itu hanya sekadar ruang di bawah lantai seperti gubuk pada umumnya, aliran udara
Baca selengkapnya
Chapter 131 - Yang Tak Sabaran Dan Penasaran
“Dasar bocor,” seru Agus dengan ekspresi konyol.   “Kenapa?” tanya Mike.   “Katanya dia akan berenang ke sini. Yang benar saja?” jelas Agus sembari geleng-geleng kepala.   “Yah, menurutku bisa saja orang sepertinya berenang ke sini,” balas Mike.   “Tetap saja bodoh namanya. Karena meski dia bisa berenang ke sinipun, pikirkan berapa lama dia akan sampai ke sini. Bandingkan kalau dia menunggu Yusuf menjelang jam 11. Tetap saja dia baru sampai di sini paling cepat di tengah hari.”“Apa mungkin dia sedang panik saja saat ini sampai tak bisa berpikir jernih seperti itu?”   “Wah, kalau begitu seharusnya kita biarkan saja dia berenang ke sini,” balas Mike dengan ekspresi datar.   “Dasar!” sahut Agus sembari menunggu teleponnya diangkat.“Suf, Mike ingin kamu ke Tarusan saat ini juga untuk menjemput si Tuan Satpam yang waktu itu.”   [Sekara
Baca selengkapnya
Chapter 133 - 100 Kumite
Ketika dia keluar dari koridor yang agak gelap itu, dia melihat ruangan tersebut cukup luas. Di sebelah kirinya, di tempat yang posisinya sedikit lebih rendah nampak cukup ramai orang-orang berjas hitam berdiri menatap ke arahnya. Ada tiga baris meja yang sengaja disetting begitu padat lengkap dengan monitor-monitor yang saat ini masih sedang aktif. Mansa belum begitu bisa melihat apa yang ditampilkan oleh monitor-monitor tersebut. Dilihatnya Agus saat ini sedang menaiki anak tangga dengan wajah cemberut tak tahu kenapa. Ketika dia sudah sampai di tempat yang selevel dengan di mana saat ini Mansa dan Mike berdiri, Agus hanya menoleh sesaat ke arah Mike, sedikit mencibirkan bibirnya, lalu dia masuk ke dalam ruangan kerjanya.   “Tempat apa ini, Mike?” tanya Mansa.   “Ini adalah markas rahasia Hassan Guardian,” jelas Mike seraya mengajak Mansa untuk melihat-lihat berkeliling.   Anggota Hassan Guardian yang lain kemb
Baca selengkapnya
Chapter 134 - Dojo Yang Suram
Rasyifpun datang menghampir kedua orang itu yang saat ini masih berdiri di pintu masuk. Dia merangkulkan lengannya ke bahu Mansa, dan sedikit mendekapnya.   “Selamat bergabung di Hassan Guardian,” ujarnya.   Setelah itu dia ikut masuk ke dalam dan mengganti bajunya dengan seragam silat randai Galembong Itiak pribadi miliknya, dengan pakaian Guntiang Cino beserta celana Galambuak yang besar dan longgar. Seragam itu mampak sedikit berbeda dari pakaian silat yang dipakai oleh sebagian yang lain. Mansa cukup mengerti, sepertinya Rasyif memiliki kebanggaan tersendiri dengan tradisi dan aliran keluarganya, karena jelas pakaian randai yang sedang dipakainya saat ini memiliki bentuk uniknya tersendiri. Dia merasa sedikit sungkan melihat Rasyif sengaja mengenakan itu hanya untuk menyambut dirinya.   “Sistemnya tidak rumit,” ujar Mike menepuk bahu Mansa.“Kamu hanya perlu berlatih tanding kumi
Baca selengkapnya
Chapter 135 - Ranah Tak Terjamah
Malam harinya mereka kembali berkumpul di ruang tengah vila. Dewi dan Adi kembali dilibatkan dalam diskusi tersebut. Kali ini ibu Mansa juga ikut, duduk di sebelah Dewi, nampak akrab berbincang sembari menuggu kedatangan Mike, Agus serta Aryan yang masih belum keluar dari markas rahasia mereka.Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya mereka datang dari arah dapur. Terdengar Mike dan Aryan sedikit ribut seperti sedang berselisih pendapat. Semua yang duduk di ruang tengah itu menatap ke arah mereka. Menyadari reaksi orang-orang tersebut, Mike mencoba mengabaikan Aryan dan tetap dengan wajah santainya menepuk bahu salah seorang rekannya yang sedari tadi berdiri di ujung koridor yang menuju ke arah dapur tersebut. “Yang jaga pantai masih ada, kan?” tanya Mike. “Cukuplah,” jawabnya singkat. “Sudah berapa kali kubilang!” seru Aryan menyusul dari belakang.“Kita tidak boleh
Baca selengkapnya
Chapter 136 - Dorongan Insting
“Aku pikir mereka juga menggunakan konsep yang sama untuk mempengaruhi penilaian seseorang dan memanipulasi isi pikiran mereka seolah pikiran itu adalah kata hati mereka sendiri. Ketidaktahuan kita tentang ini justru membuat pengaruhnya semakin efektif dalam memanipulasi isi pikiran.”“Namun hal itu mungkin bisa dicegah jika kita menyadarinya, dan tahu bahwa itu bukan suara yang berasal dari isi kepala kita sendiri.”“Tentu kita tidak akan tertipu jika kita sadar seseorang sedang mencoba menipu, kan?” tutup Mansa sedikit beretorika. “Itu kenapa aku katakan, jika kalian pergi tanpa Mansa, maka kalian tidak akan sempat berbuat apa-apa di sana,” jelas Dewi.“Dengan adanya Mansa, setidaknya dia bisa memberi peringatan jika indigo itu sedang berbuat sesuatu kepala kalian. Atau mungkin dia bisa menyerang makhluk itu secara langsung seperti yang sudah dilakukan Mansa pada makhluk yang mengikutiku di
Baca selengkapnya
Chapter 137 - Tamu Yang (Tak) Diundang
Bertepatan di masa libur tahun baru 2034, Mike memberangkatkan 10 orang rekannya menuju Jakarta. Dia sengaja memberangkatkan mereka dijadwal yang terpisah, sementara Mike sendiri bersama Mansa dan Aryan pergi lewat jalur darat menggunakan SUV pribadi milik Mike.Sebelumnya pada tahun 2029 Pemerintah telah memutuskan untuk memindahkan ibu kota secara bertahap ke Penajam meskipun pembangunan ibu kota baru tersebut belum sepenuhnya rampung. Mereka terpaksa melakukan itu begitu dini karena kondisi kota Jakarta yang sudah terlalu buruk dan tak lagi terurus karena cacatnya pengelolaan tata kota selama satu dekade sebelumnya.Sementara itu, sebagian besar infrastruktur penting untuk mendukung ibu kota negara yang baru di Penajam sudah rampung, sehingga mereka mempercepat peralihan ibu kota jauh lebih awal dari rencana sebelumnya. Meskipun begitu, mereka masih belum merubah target awal proyek  tersebut untuk diselesaikan pada tahun 2045.Akan tetapi, aktivitas poli
Baca selengkapnya
Chapter 138 - Penembak Jitu Berdarah Biru
Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar tempat mereka menginap bahkan sebelum Mike mempersilakannya masuk. Dia langsung duduk di salah satu kasur dan menyilangkan kakinya. Sesaat kemudian dia melihat rokok dan korek api milik Aryan di atas sebuah meja yang ada cermin riasnya di dalam kamar tersebut.Wanita itu kembali berdiri mengambil sebatang rokok milik Aryan dan langsung membakarnya. Begitu dia menghisap rokok itu dalam dan menoleh ke belakang, dilihatnya Mike dan Mansa masih berdiri di teras samping kamar tersebut, menatap bengong ke arahnya. “Jadi ada urusan apa sepuh seperti anda sampai datang jauh-jauh ke sini dan meninggalkan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga Sumbar?” tanya wanita itu to do point pada Aryan, mengabaikan Mike dan Mansa yang belum juga masuk ke dalam kamar.“Jangan bilang Babang Aryan cuma kangen sama Dedek,” lanjut wanita itu. “Oh,” sahut Mike singkat dengan ekspr
Baca selengkapnya
Chapter 139 - Bukan Orang Sembarangan
“Lalu bagaimana sekarang?” tanya Mansa.“Apa kita biarkan saja wanita ini tak sadarkan diri di kamar ini?”  Pertanyaan itu sukses membuat reaksi wajah Mike dan Aryan berubah. Mereka saling menatap untuk sesaat, dan setelah itu menoleh ke arah Mansa dengan tatapan serius.  “Mengingat kita hanya memesan kamar ini untuk bertiga saja,” ujar Mike.“Dan sekarang tiba-tiba ada seorang wanita pingsan di sini.”“Ngomong-ngomong, bagaimana kultur masyarakat di sini?” tanya Mike pada Aryan.  “Mana aku tahu,” jawab Aryan sedikit memasang wajah panik.“Ini gara-gara ulahmu, bocah!” seru Aryan pada Mansa.“Bisa-bisa kita digrebek warga kalau sampai tahu ada seorang wanita di kamar ini.”  Lagipula, wanita tersebut adalah seorang keturunan bang
Baca selengkapnya
Chapter 140 - Teman Nongkrong
“Aku bisa berdiri sendiri kok,” serunya seperti mencegah Mansa yang ingin membantunya berdiri.     Namun sesaat kemudian dia baru merasakan dadanya sedikit berat ketika dia mencoba berdiri sendiri. Sepertinya serangan Mansa tersebut cukup keras mengenainya. Namun dia berlagak sewajarnya berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya tersebut. Pada akhirnya dia merangkulkan lengannya ke bahu Mansa meski masih berusaha bersikap santai.     “Serangan apa itu barusan?” tanyanya sedikit memukul pelan bahu Mansa dengan kepalan tangan kirinya, mencoba berlagak akrab dengan Mansa.     “Ah, aku benar-benar minta maaf,” jawab Mansa.“Tadi itu aku benar-benar ketiduran.”     “Tidur sambil duduk begitu?” tanya wanita itu.“Ada-ada saja kamu ini. Apa masih ada hal aneh lain yang belum kamu perlihatkan?” tanya wanita itu sedikit tertawa.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status