All Chapters of Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia: Chapter 141 - Chapter 150
169 Chapters
Chapter 141 - Sambutan Di Hutan Jati Raya
Di hari ketiga, mereka akhirnya sampai di Bandar Lampung, cukup lama juga karena mereka memang terlalu sering berhenti di jalan. Bahkan sekarang mereka tak langsung menuju pelabuhan, malah berbelok ke sebuah penginapan kecil di pinggiran kota.Di parkiran penginapan itu mereka menunggu, tak kunjung turun meski sudah dua kali pegawai penginapan menghampiri mereka. Sampai akhirnya Rasyif dan Acil keluar dari penginapan dan datang menghampiri.  “Kenapa lama sekali, Mike?” tanya Rasyif.  “Ini si Tuan Satpam sudah berkalir-kali mabuk dan minta berhenti,” jawab Mike.  “Kau saja yang membawa mobilnya tidak becus,” sanggah Aryan.  Rasyif dan Acil sudah dua hari menunggu mereka di penginapan tersebut. Mereka memang sengaja diminta oleh Mike untuk berangkat lebih dulu untuk mengurus berbagai hal, sekalian untuk menga
Read more
Chapter 142 - Menantang Rasa Takut
Ketika Mike datang menghampirinya, Mansa sudah kembali sadar. Dia nampak memegangi kepalanya, sesekali menarik rambutnya seperti sedang mencoba meringankan rasa pusing yang menimpanya.     Ohoeek!!!     Tiba-tiba dia muntah, meski hanya air yang keluar. Setelah itu dia membiarkan tubuhnya berbaring di tanah.     “Hey, Mansa!” seru Mike yang baru saja datang menghampirinya.“Apa yang terjadi denganmu?” tanyanya.     “Entahlah. Yang jelas perutku sekarang rasanya begitu kosong. Pundakku juga terasa begitu berat. Bahkan untuk menahan kepala ini untuk tetap tegak, rasanya terlalu berat,” jelas Mansa.   “Seingatku, sejak kita sampai di penginapan kamu terus-terusan tidur? Sebelum ke sini kamu juga tidak makan, kan?” tanya Mike.     “Seingatku tidak,” jawab Mansa.“Kamu sih, bawa mobilny
Read more
Chapter 143 - Penerima Amanah
Meski Mansa bisa merasakan beberapa pola dari fibrasi energi dari Musa ketika berkomunikasi dengan makhluk-makhluk halus tersebut, dia tetap tak bisa memahami apa yang sedang mereka bicarakan.Setelah beberapa lama Mansa membiarkan mereka berinteraksi, akhirnya Musa kembali menghampiri pundaknya.  “Jadi apa yang kalian bicarakan?” tanya Mansa.  << Katanya waktu itu mereka tertarik dengan kondisi unik dari tubuhmu. Mereka merasakan sesuatu yang familiar dengan diri mereka, namun di saat yang bersamaan mereka menyadari kalau kamu adalah sesuatu yang asing >><< Karena itu mereka berpikir kamu datang ke sini mencoba mengelabui mereka, datang ke tempat ini dengan niat yang buruk >><< Seperti yang sebelumnya sudah pernah juga mereka alami >>  “Mengelabui mereka?” tanya Mansa heran.“Maksudmu, seseora
Read more
Chapter 144 - Hand In Pocket
Setelah melihat kepergian makhluk tua itu, dan melihat para makhluk yang sedang berkabung itu, Mansa mejadi sedikit prihatin dengan mereka. Diapun meminta Musa untuk kembali berkomunikasi dengan mereka.  “Tolong kamu tanya pada mereka, masalah apa sebenarnya yang mereka ingin aku bantu,” seru Mansa pada Musa.  << Baiklah, aku akan pergi dulu >>  “Yah, mudah-mudahan saja mereka tidak memintaku jadi pengganti orang tua itu untuk menjaga mereka di sini,” lanjutnya ketus berbicara sendirian setelah ditinggal Musa.  Setelah menunggu sebentar, Musapun kembali memberitahukan pada Mansa bahwa para makhluk halus itu ingin agar dia membawa kembali beberapa dari saudara-saudara mereka yang sedang diperbudak oleh manusia. Tentu Mansa merasa keberatan dengan permintaan itu.  “Apa kau lup
Read more
Chapter 145 - Batu Itu
Hingga menjelang siang, Mansa masih saja mengikuti Mike dan perhatiannya tak luput dari kantong celana sebelah kiri itu. Meskipun Mike sudah mandi dan mengganti pakaiannya, tentu saja masih dengan busana yang sama, tapi Mansa tetap penasaran dengan kantong celana bagian kiri tersebut.Di ruang santai itu, Mike dan yang lainnya meneruskan diskusi mereka. Apa lagi Mike baru saja mendapat pesan baru dari ibunya Mansa bahwa akun WA Dewi baru saja menerima pesan dari organisasi Indigo Collector tersebut.  “Apa kalian tak terlalu naif masih saja membiarkan wanita tersebut berkomunikasi dengan mafia itu?” tanya Aryan pada Mike. Mike tersenyum mendengarkan pertanyaan Aryan. Meskipun begitu dia sadar juga kalau keraguan Aryan cukup beralasan.  “Kami tidak senaif itu kok. Tepat sebelum aku membawanya ke pulau, aku sudah membuang HP kedua orang tersebut,” terang M
Read more
Chapter 146 - Buronan Elit Global
Di salah satu titik di kedalaman hutan sub-urban Panovec Forest di pinggiran kota Nova Gorica, seorang pemuda menyusuri hutan bertelanjang kaki dan tanpa baju. Hanya ada celana yang sudah compang-camping yang hanya tersisa bagian atasnya saja, cukup untuk menutupi bagian kemaluannya. Laki-laki itu duduk bersandar di sebuah batu karang, sedikit bersembunyi di bawah sebuah akar pohon Ek besar di sebuah tebing sungai. Badannya lusuh dan kotor, nampak begitu kelelahan seperti tentara yang baru saja selamat dari sebuah peperangan. Tak satupun luka terlihat dari tubuhnya, namun dia terlihat begitu kelelahan, hingga akhirnya dia pingsan tak sadarkan diri. Beberapa saat kemudian, seorang wanita dengan rambut serta bulu mata dan alis yang serba putih datang dengan menyandang sebuah ransel, menemukan keberadaan pemuda itu dari seberang sungai. Dengan cekatan dan nampak begitu ringan, wanita itu melakukan lompatan yang cukup jauh dari seberang sungai. Satu kali dia mendarat di
Read more
Chapter 147 - Pesan
Zulkifli melihat Mike nampak begitu tak bersemangat. Dia tahu seharusnya Mike tak akan selelah itu hanya untuk mencapai tempat tersebut. Namun sekarang Mike terlihat begitu tak bersemangat, memegangi kedua pundaknya karena dingin.Dia melepas jacketnya dan memberikan pada Mike. Tentu Mike tak sungkan untuk menerimanya, dan langsung memakai jacket besar itu.  “Bagaimana dengan Leona dan keluarganya?” tanya Zulkifli. “Syukurlah, tak ada seorangpun yang tertangkap. Mereka sudah pindah ke tempat persembunyian lain,” jawab Mike.“Ngomong-ngomong, ada seseorang yang mengikuti ku sejak aku keluar ke jalan utama. Jadi aku pancing saja dia ke sini,” lanjutnya.  “Apa kamu selelah itu?” tanya Zulkifli.  “Aku sudah meladeni mereka kemarin semalaman suntuk. Aku hanya ragu nanti aku tak bisa mengend
Read more
Chapter 148 - The Reason
Mansa terdiam, meski tak nampak juga ada kegaduhan di dalam dirinya setelah mendengar semua cerita dari Mike. Mungkin dia masih mencoba untuk memahami beberapa detail dari cerita itu, atau mungkin sedang mencari celah dan keganjilan dari cerita itu untuk sekadar menilai apakah Mike menceritakan yang sebenarnya, atau hanya sekadar bualan saja. Terlebih lagi, mengenai ayahnya yang masih hidup yang tentu saja tak bisa diterimanya begitu saja.Dia mulai bingung bagaimana harus bereaksi karena dia juga tak memilik sedikitpun kenangan bersama ayahnya. Haruskah dia mendramatisasinya seperti yang biasa terjadi di sinetron-sinetron? Haruskah dia menangis histeris dan protes pada ibunya karena tidak memberitahukan soal ayahnya?Pikirannya campur aduk meski hanya di sebatas pikirannya saja, tidak sampai mempengaruhi perasaannya. Karena dia memang tidak memiliki sedikitpun kenangan dengan ayahnya tersebut.  “Dan di situ lah aku bertemu denga
Read more
Chapter 149 - Salah Sasaran
Sekitar 2 Km dari bundaran HI, terdapat sebuah proyek bangunan gedung 20 lantai yang sedang dalam proses pengerjaan. Kebetulan saja, di minggu mereka melakukan misi, pengerjaan gedung bagian atas sedang dihentikan. Meskipun begitu, masih ada beberapa pekerja yang mondar-mandir di lantai dasar meski tidak banyak.Siang itu, Mike nampak asyik memancing seorang mandor di lantai paling bawah untuk menemaninya mengobrol. Sementara Mansa dan ‘Aini hanya berdiri saja, pura-pura sibuk melihat berkeliling. Katanya, sembari menunggu teman mereka selesai membongkar muatan di sebuah gudang di seberang jalan.Begitu Mansa mulai menaiki anak tangga, mandor itu memanggilnya sekadar mengingatkan untuk tidak berbuat macam-macam di tempat tersebut. Belum sempat dia berbicara apa-apa, tiba-tiba Mandor itu pingsan dan langsung dipapah oleh Mike.Setelah itu, Mansa dan Musa membuat pekerja lainnya pingsan satu-persatu. Baru kemudian ‘Aini keluar sesaat menuju mobil, meng
Read more
Chapter 150 - Pileup
‘Aini langsung mengeluarkan HPnya dan menelepon Mike yang masih berada di lantai dasar. Dia kembali memasukkan HPnya, dan berbicara lewat microfon dan handfree-nya.  “Maafkan aku, entah bagaimana orang tua itu mengetahui keberadaanku,” katanya sembari membereskan senjatanya.  [Jadi tembakanmu meleset?]  “Jangan salahkan aku tembakanku meleset. Siapa juga yang akan menyangka dia bisa tahu aku akan menembaknya dari jarak sejauh itu,” sanggah ‘Aini.  [Bagaimana bisa?]  “Itu bukan keahlianku untuk menjawab pertanyaanmu itu. Yang jelas beberapa anak buahnya sudah berlarian ke arah sini. Aku lihat orang tua itu menginstruksikan untuk segera memeriksa tempat ini,” jelas ‘Aini.  Setelah dia membereskan senjatanya itu dan memasukkan ke da
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status