All Chapters of Cinta Semalam Sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
31. Kencan Pertama
Prakas tiba di depan ruangannya. Dia langsung disambut oleh seorang manager yang sejak tadi pagi menunggunya di sana. Sekretarisnya langsung berdiri bersiap untuk membukakan pintu ruangan itu. Prakas menatap wajah manager itu dengan heran."Ada apa?" tanya Prakas heran."Saya mau membahas mengenai tujuh investor asing itu, Pak," jawab seorang manager itu dengan gugup. Ya, semua karyawannya di kantor itu memang bertingkah begitu jika bertemu Prakas. Dia begitu disegani dan dihormati. "Kita bicara di dalam," pinta Prakas.Manager itu mengangguk. Sekretarisnya langsung membukakan pintu. Prakas dan manajer itu masuk. Saat Prakas sudah duduk di mejanya, dia pun langsung mempersilahkan manager itu duduk."Bagaimana?" tanya Prakas dengan sorot mata penasaran. Bagaimana pun dia sudah lama menanti kabar tentang ketujuh calon investor untuk pengembangan perusahaannya itu. Dia sendiri pun sampai rela berpura-pura pacaran dengan Bintang agar perusa
Read more
32. Air Mata
Miona melangkah dengan gugup dan haru ke arah Prakas yang masih tersenyum padanya. Musik biola masih mengalun merdu. Saat Miona tepat berada di hadapan lelaki itu, Prakas menunjukkan seikat bunga mawar yang disembunyikan di belakang tubuhnya lalu diulurkannya pada Miona.“Buat kamu,” ucap Prakas.Miona meraih seikat bunga mawar itu dengan haru.“Terima kasih,” jawab Miona menunduk malu. Baru kali ini ada seorang lelaki yang melalukan hal manis padanya. Terlebih lelaki yang melakukannya itu memang seorang pemuda yang dicintainya. Kedua bola mata Miona berkaca-kaca. Tak lama kemudian sebuah ciuman mendarat ke pipinya. Miona kaget. Prakas tersenyum padanya lalu menarik satu kursi di meja makan yang sudah disajikan dua gelas minuman dan makanan pembuka.“Silakan duduk,” pinta Prakas dengan lembut.Miona mengangguk lalu dia duduk. Prakas pun duduk sambil meraih gelas minuman dan mengangkatnya. Miona pun segera meraih gelas minu
Read more
33. Perjanjian Rahasia
Sebuah mobil memasuki gerbang perumahan yang cukup mewah. Di dalamnya Miona tampak tercengang melihat area perumahan yang berdiri rumah-rumah mewah dua lantai. Miona menoleh penasaran pada Prakas yang masih fokus menyetir dengan pelan.“Rumahnya di sini?”Prakas mengangguk sambil tersenyum.“Rumahnya percis kayak rumah-rumah yang aku liat ini?” tanya Miona lagi yang masih tak percaya.“Iya,” jawab Prakas.“Kalo sebesar ini nanti gimana bayar listriknya? Gimana ngurusnya?” tanya Miona bingung.“Kamu kan udah punya saham sepuluh persen dari perusahaanku. Sebentar lagi juga kamu bakal jadi artis, pasti bisa lah,” jawab Prakas.Sesaat kemudian Miona berpikir.“Kamu beneran kan nggak nyita semuanya kalo diantara kita terjadi apa-apa?” tanya Miona kebingungan dan ketakutan.Tiba-tiba Prakas menghentikan mobilnya. Dia menatap wajah Miona sambil tersenyum. Miona bingung.
Read more
34. Akan Selalu Cinta
Prakas langsung merobek dokumen itu dengan kesal hingga menjadi potongan kertas kecil-kecil lalu menghamburkannya ke arah wajah Bintang."Kamu jangan ngimpi!" tegas Prakas.Gadis itu diam dan cuek saja diperlakukan Prakas seperti itu."Itu cuman salinan, yang asli ada sama aku. Dan syarat ini bukan aku kok yang minta. Nyonya Prameswari sendiri yang menawarkannya sama aku," tegas Bintang.Prakas menggenggam erat kedua tangannya lalu dia bergegas meninggalkan ruangan itu. Bintang tertawa sendiri. Menertawakan nasibnya yang ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu. Tak lama kemudian Bintang terduduk di sofa lalu air matanya mulai berjatuhan. Entah apa yang dia tangiskan.Ya, gadis ini sudah lama mengagumi Prakas. Saat dia menginjak kelas satu SMA. Saat itu sekolahnya sedang mengadakan kegiatan Pramuka di kawasan Gunung Bunder. Acara Pramuka itu dihadiri beberapa sekolah. Kaki Bintang terkilir saat melewati sebuah sungai ketika tengah m
Read more
35. Aku Percaya Kamu
 Prakas menarik bibirnya dari Miona. Gadis itu menunduk. Dia masih malu. Tangan lelaki itu langsung mengelus rambutnya yang tergerai panjang dengan lembut dan penuh cinta. Dia pandangi pipi gadis itu yang tampak merona merah. Ada sesuatu yang ingin Prakas katakan. Sesuatu yang tidak bisa disimpannya lagi.“Miona,” panggil Prakas lembut.“Iya,” jawab Miona. Dia masih menunduk malu. Bagaimana pun juga ini untuk pertama kalinya dia menepikan semua gengsinya dan membiarkan Prakas mencintainya sesuai dengan tindakannya.“Mungkin aku belum bisa secepatnya ngumumin ke media kalo aku sama Bintang udah nggak ada hubungan lagi,” ucap Prakas dengan gugup dan hati-hati.Miona mendongak ke wajah Prakas. Wajahnya yang semula merona merah berubah menjadi cemberut.“Kenapa?” tanya Miona penasaran. Sorot matanya sedikit mengancam.Prakas mengalihkan wajahnya. Dia tak sanggup berkata sambil menatapnya di saat w
Read more
36. Menangis lah
“Tolong cari informasi lain yang bisa membuat Bintang bertekuk lulut pada saya dan mau melakukan apa saja untuk saya,” pinta Prakas.“Baik, Pak,” jawab Madi.Prakas membuka laci lalu mengeluarkan uang segepok dan memberikannya pada Madi.“Ini untuk bonus,” ucap Prakas.Madi menerima uang itu dengan senang lalu buru-buru memasukkan ke dalam tasnya.“Terima kasih, Pak,” ucap Madi dengan senangnya.Madi mengangguk sambil tersenyum lalu pamit pergi dari ruangan itu. Saat Madi pergi, Prakas langsung menghubungi Doni sahabatnya.“Ada apa, Sob?” tanya Doni heran.“Ada masalah besar,” ucap Prakas tiba-tiba. Seceroboh apapun Doni kepadanya selama ini, saat ini hanya dia dan Niko lah tempat mengeluhkan segalanya. Dulu, Pak Imam lah orang pertama yang mengetahui setiap masalahnya, sementara Doni dan Niko adalah orang selanjutnya yang menjadi tempat keluh kesahnya.“M
Read more
37. Andai
 Langit malam tampak mendung. Tak ada bintang dan rembulan di atas sana. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Di dalamnya Prakas diam saja sambil menyetir. Di sebelahnya Miona duduk termenung sambil memandangi jalanan di hadapannya. "Kamu masih mau memerankan peran antagonis itu?" tanya Prakas tiba-tiba."Mau nggak mau aku harus terima," jawab Miona."Memangnya nggak bisa mengundurkan diri dari proyek film itu?" tanya Prakas heran."Aku udah tandatangi surat perjanjiannya dan itu harus bayar denda jika aku ngundurin diri secara sepihak," jawab Miona."Kalau dendanya dibayarkan, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Prakas.Miona terkejut mendengarnya."Aku nggak mau membayar denda. Aku akan tetap memerankan itu meski harus berperan sebagai antagonis," jawab Miona.Prakas tahu, itu bukan isi hati Miona. Dia tahu gadis itu tak ingin Prakas membantunya. Prakas akhirnya diam saja.Saat mobil itu berhenti di
Read more
38. Keputusan Berat
Hampir tengah hari Prakas datang ke ruangan yang dingin itu. Mahendra duduk menunggu. Di atas meja sudah tersedia surat pengunduran diri. Prakas duduk di hadapannya sambil mengeluarkan sebuah cek dari tasnya.“Ini,” ucap Prakas sambil mengulurkan selembar cek di atas meja dengan sorot mata tegasnya.Mahendra meraih cek itu sambil tersenyum. Tak lama kemudian dia menyodorkan dokumen yang harus ditandatanginya. Ketika dokumen itu berhasil ditandatangi, itu artinya Miona tak lagi bekerjasama dengan Mahendra sebagai aktris yang bermain di filmnya.Dengan sigap Prakas meraih dokumen itu. Dia bersiap menandatanginya.“Tunggu!”Suara itu memecah keheningan di ruangan itu. Prakas dan Mahendra menoleh pada sumber suara. Mereka heran melihat Miona sudah berdiri di sana.“Miona?” tanya Prakas heran.“Jangan tandatangi itu,” pinta Miona.Mahendra tersenyum mendengarnya. Prakas heran.“Kenapa?” tanya Prakas heran.“Aku tetap mau memerankan peran antagonis itu. Aku n
Read more
39. Rencana Jahat
Mona masih terisak di hadapan Rio. Pelayan datang mengantarkan menu pesanan mereka berdua. Ketika Pelayan pergi, Mona menatap Rio dengan lekat.“Hubungan aku dengan Prakas sekarang makin rumit, Rio,” ujar Miona.Prakas terkejut mendengarnya. “Rumit gimana?”“Dia masih ada urusan sama Bintang, sekarang dia minta aku jangan ngubungin dia dulu sampai dia menyelesaikan urusannya sama Bintang,” jawab Miona.“Kan tinggal ngomong aja sama media, kenapa harus nunggu lama?” tanya Rio heran.“Aku nggak tahu.”“Apa Prakas cinta sama Bintang?” tanya Rio curiga.“Itu nggak mungkin.”“Kalo bukan itu apalagi alasannya?” tanya Rio semakin curiga.Miona berpikir. Apa yang dikatakan Rio menurutnya ada benarnya juga.“Kamu harus tanyain ke dia apa alasannya. Kamu nggak bisa diem aja dan nurut-nurut aja, Miona. Kamu tahu kan kalo ora
Read more
40. Something in Tears
Riga dan Maryam sedang memeriksa paket pakaian olah raga bulu tangkis di ruang keluarga saat Miona pulang. Riga langsung menunjukkan paketnya pada Miona saat melihat kakak kesayangannya itu datang.“Lihat deh, Kak. Bagus nggak?” tanya Riga sambil menunjukkan pakaiannya pada Miona.Miona setengah tersenyum melihatnya, “Bagus.” Dia langsung berjalan menuju kamarnya dengan tidak semangat.Riga dan Maryam saling melihat dengan heran. Maryam tahu jika sikap Miona begitu pasti sedang ada masalah. Dia pun membiarkan Miona memasuki kamarnya. Riga bete melihat sambutan Miona datar begitu.“Bagus kok, nanti harus kamu coba pas latihan badminton,” puji Maryam.“Kak Miona kenapa?” tanya Riga heran.“Udah nggak usah dipikirin, dia lagi mumet sama urusan shootingnya. Mungkin dia masih grogi. Ini kan shooting pertama kali bagi kakakmu,” ucap Maryam menenangkannya.Riga menghela napas.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status