All Chapters of Cinta Semalam Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50
57 Chapters
41. Ada Rindu
Prameswari datang ke sebuah ruangan mengenakan kacamata hitamnya. Seorang lelaki tua duduk menunggunya. Lelaki tua itu tesenyum senang saat melihat kedatangan Prameswari. Ya, lelaki tua itu adalah musuh bebuyutan suami Prameswari. Mantan suami Prameswari. Prameswari duduk dengan wajah kesal sambil membuka kacamata hitamnya. Lelaki tua bernama Widodo itu menatapnya dengan heran.“Ada apa?” tanya Widodo dengan heran.“Rencana kita sepertinya gagal,” jawab Prameswari dengan lesu.Widodo heran, “Gagal bagaimana?”“Prakas memilih untuk mendekati Bintang. Sepertinya Prakas sedang mencari cara untuk menggagalkan rencana kita,” jawab Prameswari.Pak Widodo tampak terkejut mendengarnya. “Bukannya Prakas tidak suka dengan perempuan itu?”“Iya. Aku yakin Prakas sengaja mengulur waktu. Dia sedang ingin mencari tahu semuanya. Sekarang kita harus bagaimana untuk mendapatkan lima puluh perse
Read more
42. Sebuah Ancaman
Pagi sekali, Miona dan Siska keluar dari pintu utama rumahnya. Miona terkejut saat melihat Bodyguard tersenyum sambil membukakan pintu mobil untuk mereka. Siska melirik heran pada Miona.“Siapa?” bisik Siska.“Bodyguardnya Prakas,” jawab Miona.Siska terbelalak mendengarnya. “Enak banget jadi kamu. Bodyguard aja dikirimin buat ngejagain kamu. Aku kapan?”Miona mencubit sedikit pinggang Siska. Siska kesakitan. Miona berjalan menuju mobil. Siska mengikutinya sambil membawakan tas besar yang berisi pakaian dan segala keperluan Miona shooting.Saat Miona tepat berada di hadapan Bodyguard itu, dia menatap wajah Bodyguard dengan heran. “Bukannya aku udah minta kamu nggak usah nganterin aku lagi?” tanya Miona heran.“Maaf, Non. Tuan Prakas nyuruh saya nganterin Non lagi, sekalian jagain Non di lokasi shooting,” jawabnya.Miona tersenyum. Bagaimana dia marah jika Prakas meminta Bodyg
Read more
43. Tamparan Keras
Prakas keluar dari ruangan meeting. Wajahnya tersenyum bahagia karena mengetahui penjualan produk kosmetik perusahaannya meningkat drastis. Usahanya selama ini tidak sia-sia. Sesaat kemudian handphonenya berbunyi. Awalnya dia senang karena mengira itu telepon dari Miona. Rupanya Bintang yang menghubunginya. Senyumnya menyusut saat melihat nama Bintang di layar handphonenya. Dia pun langsung mengangkat teleponannya sambil berjalan menuju ruangannya dengan tidak bersemangat.“Halo,” sapa Prakas pada Bintang di seberang sana.“Nanti jam 7 malam bisa jemput aku di lokasi shooting nggak?” tanya Bintang.Prakas bingung. Bagaimana pun di sana ada Miona. Miona pasti akan merasa kesal jika melihatnya menjemput Bintang di sana. Meski Miona sudah tahu bahwa semua hanya sandiwara, tapi dia tidak ingin memantik api dalam hubungannya.“Kayaknya nggak bisa deh,” ucap Prakas.“Kan jam segitu udah pulang?” ujar Bintan
Read more
44. Bintang dan Rembulan
Siska langsung mendorong tubuh Bintang dengan kesal. Dia tidak terima sahabatnya ditampar di depan matanya sendiri.“Kamu keterlaluan. Miona udah bilang minta maaf masih aja kamu balas! Nyesel aku ngefans sama kamu selama ini!” ucap Siska dengan emosi.Miona langsung menarik tangan Siska untuk menjauh dari Bintang. “Udah! Yuk kita ke lokasi lagi,” ajaknya yang tidak mau memperpanjang masalah itu.Siska mengalah dan akhirnya ikut keluar dari ruangan itu bersama Miona. Bintang tampak tersenyum pusa. Saat Miona dan Siska berhasil keluar dari ruangan itu, Sutradara datang dengan agak takut.“Bintang, Pak Mahendra memintamu untuk melanjutkan shooting,” pinta Sutradara itu.Bintang pun berjalan keluar tanpa menyahuti perkataan Sutradara itu. Sutrada menghela napas sejenak lalu pergi keluar mengikuti langkah Bintang.***“Apa tugas pertama gue?” tanya Niko yang duduk di hadapan Prakas di sofa r
Read more
45. Pertemuan Mereka
Prakas keluar dari ruangannya melewati Niko dan sekretarisnya yang bersiap untuk pulang. Saat Niko mendapati Prakas di sana, dia langsung buru-buru mengejarnya.“Prakas! Tunggu!” teriak Niko.Langkah Prakas terhenti, dia menoleh kesal pada Niko. “Jangan panggil gue dengan nama kalo lagi berada di depan karyawan-karyawan gue,” protesnya.“Emang kenapa? Lo kan temen gue?”Prakas melotot padanya, “Lo mau gue pecat?”Niko ciut, “Yaudah, Bapak Prakas yang terhormat.”Prakas tersenyum lalu melangkah meninggalkannya. Niko mengejarnya. “Eh, pertanyaan gue tadi belum dijawab, Pak Prakas! Tunggu!”“Gue mau ketemu Miona,” jawab Prakas sambil berjalan menuju lift.Kini Niko sudah berjalan sejajar dengannya, “Ikut,dong!”Langkah Prakas terhenti. Dia teringat kalau Miona akan mengajak asistennya. Mungkin itu ide terbaik untuk membawa Niko k
Read more
46. Sebuah Keharuan
Prameswari melangkahkan kakinya memasuki ruangan keluarga rumah Pak Widodo yang luas itu. Sejak menikah dengan Papahnya Prakas, dia tak pernah lagi berkunjung ke sana. Pak Widodo tersenyum mendapati mantan istrinya itu datang tanpa diundang. Dia menyambut kedatangannya penuh hangat.“Ada angin apa kamu bisa datang kemari tanpa ngasih kabar?” tanya Pak Widodo dengan heran.Prameswari duduk di sofa sambil meletakkan tas jinjingnya di sebelahnya. “Usaha kedua sedang kulakukan, aku berharap ini akan berhasil,” ucap Prameswari dengan penuh keyakinan.Pak Widodo tertawa. “Memangnya usaha seperti apa? Padahal aku udah bilang tunggu saja solusi dariku,” ucap Pak Widodo dengan penasaran.“Aku menemukan sesuatu yang bisa melemahkan Prakas. Aku tidak menyangka kalau selama ini anak itu doyan dengan pelacur. Dan ternyata, anak yang pernah dikencaninya itu adalah anak dari almarhum Pak Imam yang setia dengan ayahnya Prakas sel
Read more
47. Amplop Putih
Maryam duduk dengan bimbang di sofa ruang keluarga. Lampu di ruangan itu tampak redup. Tangannya gemetar meraih handphone di atas meja. Sebuah kartu nama yang diberikan Prameswari masih tergeletak di sana. Dia masih ragu apakah harus menelepon seorang mucikari yang disebut Prameswari sebagai penyalur Miona menjual dirinya pada Prakas selama ini. Dia masih tak sanggup jika semua yang dikatakan Prameswari benar adanya. Tak lama kemudian, demi rasa penasarannya yang membuncah, akhirnya Maryam memencet nomor teleponnya. “Halo,” ucap seseorang di sana. Maryam gemetar mendengarnya. Dia bingung harus memulai pertanyaannya dari mana. “Halo?” sapa seseorang sekali lagi di seberang sana. “Iya, halo,” ucap Maryam kemudian. “Ini siapa?” tanya seseorang di seberang sana. “Saya… saya asisten seorang tuan muda. Dia meminta saya untuk menanyakan apakah Miona malam ini bisa dipesan?” tanya Maryam gugup. Hanya dengan cara itu dia bisa langsung ke intiny
Read more
48. Ancaman
Pagi sekali, Miona dan Siska sudah tiba di lokasi shooting. Para crew terlihat sedang sibuk menyiapkan segala peralatan untuk shooting. Saat mereka berdua hendak menuju ruangan para talent, Bintang tiba-tiba berdiri menunggu mereka di depan ruangan itu. Miona dan Siska terhenti melangkah dengan heran.“Aku pengen ngomong sesuatu ke kamu,” pinta Bintang.“Mau ngomong apa? Langsung aja. Aku harus ganti baju karena jadwalnya aku shooting paling awal,” ucap Miona.“Nggak bisa di sini,” sahut Bintang.Miona heran, “Mau ngomong di mana?”“Ikut aku,” ucap Bintang.“Aku juga harus ikut,” celetuk Siska.Bintang menoleh ke Siska agak kesal. “Kamu nggak boleh ikut. Kamu tunggu aja di ruangan talent,” tegas Bintang.“Nggak! Aku harus ikut! Nanti kalo kamu jahatin Miona lagi siapa yang bela?” tegas Siska.Miona langsung menoleh pada Siska,
Read more
49. Hari-Hari Berat
Maryam membuka pintu. Dia heran melihat wajah anaknya tampak sedih begitu.“Kamu baik-baik aja kan?” tanya Maryam pada Miona yang baru datang.“Aku baik-baik aja, Bu,” jawab Miona.Maryam tenang mendengarnya. Dia pun masih tak berani untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang berhasil diselidikinya mengenai anak gadisnya itu. Maryam masih bingung harus bersikap bagaimana. Dia sama sekali tak bisa marah padanya.“Kamu sudah makan? Kalo belum biar ibu siapin,” tawar Maryam.“Aku udah makan, Bu. Siska mana?” tanya Miona.“Siska tadi barusan aja masuk ke kamarnya,” ucap Maryam.“Yaudah, aku ke kamar dulu ya, Bu?” pamit Miona.Maryam mengangguk. Miona lalu berjalan menuju kamarnya. Maryam memperhatikan punggungnya dengan bingung. Sesampainya Miona di kamarnya, dia langsung duduk di tepi kasur. Matanya kembali berair. Dia tak percaya hubungannya dengan Prakas ak
Read more
50. Pengakuan Mengejutkan
Pagi itu, Bintang hendak pergi ke lokasi shooting. Tiba-tiba bel di apartemennya berbunyi. Dia buru-buru berjalan ke arah pintu. Bintang terkejut ketika mendapati Prameswari sudah berdiri di ambang pintu.“Tante?” ucap Bintang dengan heran.Parmeswari tersenyum padanya lalu berjalan masuk. Bintang buru-buru membuka pintu lalu menyusul Prameswari yang sudah duduk di sofa dengan santainya.“Tumben Tante pagi-pagi ke sini?” tanya Bintang sambil duduk di sofa menghadapnya. Dia benar-benar heran padanya.“Aku pengen mampir aja. Ternyata apartemenmu ini satu gedung dengan sahabat lamaku,” ucap Prameswari berbohong padanya.“Oh, begitu,” sahut Bintang.“Kamu sama Prakas gimana?” tanya Prameswari.“Baik-baik aja, Tante,” jawab Bintang.Prameswari mengernyit heran. Dia bingung kenapa Bintang seperti tidak marah pada Prakas. Padahal dia sudah mengirimkan video itu ag
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status