All Chapters of SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
PESTA PEMBANTAIAN MENTAL
Aku tahu aku cantik, tidak usah menatapku seperti itu, Shin Yunki-ssi," ucap Jihye ringan, melupakan presensi Sunhee di ruangan itu.     Kecantikan Jihye yang diam-diam Yunki kagumi itu, tiba-tiba luntur akibat kalimat yang baru saja terlontar. Pria itu memilih mengedikkan bahu dengan ulasan senyum tipis. Sementara ledakan tawa Sunhee menyadarkan Jihye. "Nenek!" Pekiknya tanpa sadar, "maaf kukira tidak ada Nenek di sini." "Aku tidak sabar menanti cicit-cicitku kelak," ucap Sunhee masih dengan tawanya. "Yunki-ya, kenapa belum juga membuat istrimu hamil, eoh?" Pribadi bermata sipit itu menatap Jihye dengan tatapan tak terartikan. "Mungkin, kalau sudah saatnya nanti, Nek." Mata Jihye sukses membola berusaha mengartikan silabel yang baru saja Yunki lontarkan. Sebelum akhirnya menggeleng samar. "Sebaiknya aku antar Nenek ke kamar, ya? Nenek harus istirahat."   ***  
Read more
CEMBURU
Bila ditelaah kembali dan ditepekuri dengan tenang sambil menyesap kepulan teh hangat di kursi santai yang terdapat di balkon apartemen. Kehidupan pernikahannya bersama Shin Yunki yang sudah berumur tiga bulan lebih itu tidaklah terlalu buruk. Diam-diam Jihye mulai berhitung berapa banyak hal tidak terduga yang terjadi di dalam hubungan mereka.Setidaknya Yunki bukan seseorang yang senantiasa kasar, walau seringkali Jihye merasa jengkel setengah mati karena lembaran kewajiban yang harus dia lakukan di rumah itu kelewat banyak dan kadang membuat kesal. Seperti suhu air di bathtub yang harus bersuhu tiga puluh tujuh derajat itu, ini salah satu perintah Yunki yang tidak masuk akal dan seringkali Jihye dikomplain karena suhu airnya tidak sesuai. Kenapa tidak sekalian saja dia menyuruh Jihye menabur kelopak bunga mawar di dalamnya. Sungguh merepotkan.Gadis itu masih saja bergidik mengingat sikap manis nan keren Yunki saat di pesta minggu lalu. Mungkin di
Read more
MAAF
Yunki mengembuskan napas berat dan panjang, mencoba konsentrasi pada apa yang tengah dikerjakannya--proyek besar mengenai pembangunan smart city di daerah Busan--tetapi, fokusnya hilang saat kelebatan wajah marah Jihye terus saja muncul."Argh! Bisa tidak, kau tidak terus muncul, Hye!" ucapnya geram pada sosok imajiner yang mengusik otaknya.Yunki sangat gusar, mengacak surai legamnya kasar lantas berdiri menghadap kaca besar, mencoba mencari ketenangan pada bentangan alam Seoul yang hari ini tampak cerah. Sayang, hal itu tidak berhasil, hingga bunyi dering ponsel menarik atensinya, menampilkan nama Jeongguk di layar benda pipih itu."Ya," jawab Yunki datar."Hyung, tidak lupa 'kan? Makan siang bersamaku?""Ya," jawab Yunki malas. Sebenarnya janji dengan adik kelasnya saat kuliah di Amerika sekaligus salah satu direktur Shin Geum Corp itu dia lupakan sama sekali."Oke, sampai bertemu nanti. Ada s
Read more
Opera Sabun
Tiba di apartemen, Yunki sudah ditunggu oleh Pak Ong yang berdiri di depan pintu dengan menggenggam sebuah amplop cokelat. Yunki tampak lega dan mereka langsung menenggelamkan diri dalam ruangan kerja. Sementara Jihye yang masuk aparteman beberapa saat kemudian--karena sang suami tidak menahan liftnya--tampak kebingungan harus bersikap seperti apa. Tangannya masih mengusap-usap kepala, merasa aneh dengan sikap Yunki yang selalu penuh kejutan."Apa dia cemburu, Jingoo mengacak rambutku?" monolognya lirih. "Kucing Salju itu kenapa, sih? Benar-benar membuatku bingung, tapi senyumnya kenapa bisa seimut itu, astaga jantungku ... kenapa pula degupnya harus sekencang ini."Pipi Jihye masih merona ketika Yunki menatapnya dari balik pintu ruang kerja. "Sayang, bisa tolong buatkan sarapan?"Bisa dibilang Jihye itu memiliki radar kelewat baik, dia dapat menyimpulkan dengan tepat perihal sang suami yang tiba-tiba memanggilnya Sayang."Ada siapa, Oppa
Read more
Loveable Hye
Sebuah buku berwarna toska dengan motif dreamcatcher benar-benar mengalihkan atensinya. Buku tersebut tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka dengan tulisan warna-warni yang begitu eye catching.Mau tidak mau pria itu mengulurkan tangan untuk meraih buku tersebut, sementara tangan lainnya masih setia menggenggam tangan Jihye. Oke, Yunki seharusnya sudah mendapatkan dua penalti saat ini, satu karena sudah mengecup Jihye tanpa izin, kedua karena telah melanggar batas privasi.Apa yang dia baca dalam berkas yang dibawa Pak Ong, benar-benar memunculkan rasa penasaran di diri Yunki dan saat ini adalah salah satu kesempatannya untuk dapat mengenal Jihye lebih jauh.Tulisan warna-warni itu mempunyai judul besar bertuliskan:Dream and to-do list-Menyelesaikan kuliah dengan nilai baik Yunki mengangguk, menyetujui tanda ceklis di ujung daftar nomor satu ka
Read more
Pengakuan
Sebagai orang yang bermimpi melangsungkan pernikahan di luar negeri, ini jelas sesuatu yang menggelikan. Dalam 24 tahun hidupnya, Jihye baru pertama kali menaiki pesawat dan sungguh tidak menyukai sensasi saat burung besi itu mulai take off. Gadis itu mengeratkan tangannya di pegangan kursi dengan mata terpejam disertai rapalan berbagai doa. Sungguh, tidak ada daya upaya bagi seorang manusia di atas sana, kecuali kuasa Tuhan. "Aku masih ingin hidup ... lindungi aku, Tuhan," lirihnya. Kurang lebih tujuh puluh menit, waktu yang dihabiskan dalam perjalanan dari Incheon menuju bandara Jeju dan selama itu pulalah keringat dingin mendominasi seluruh tubuh Jihye. "Hye-ssi, apa kau baik-baik saja?" tanya Minhyuk tampak khawatir menatap wajah pucat Jihye. "Jangan bilang ini penerbangan pertamamu," imbuh Gaeun tampak sama khawatirnya dengan Minhyuk. Jihye memegang tangan kedua temannya itu dengan mata terpejam erat. "Kau benar Eun
Read more
Point Enam
Keheningan mengudara, hanya lirih deru mesin yang tertangkap dalam jarak dengar gadis itu. Dia masih enggan membuka kedua netranya, mengingat kekacauan yang dia lakukan. Entah siapa yang membawanya pergi, tetapi bila dicium dari wangi citrus dengan aromatik rempah yang bernuansa woody, Jihye tahu betul siapa pribadi yang membawanya kabur itu. Namun, tidak mungkin dia, 'kan?  Mobil yang membawanya kini berhenti. "Sampai kapan kau akan pura-pura pingsan, hm?" Sebuah pertanyaan disertai kekehan akhirnya terdengar. Itu suara bass milik si Kucing Salju .... Perlahan Jihye membuka mata dan mendapati pribadi pucat itu menatapnya dengan roman tak terbaca.  "Shin Yunki-ssi, k-kenapa kau ada di sini?" tanya Jihye dengan kerutan dahi begitu dalam, diakhiri dengan telunjuk menyentuh lengan atas Yunki seolah memastikan itu benar suaminya."Aku datang untuk menyelamatkan pernik
Read more
Ingin Memperjuangkan
Jihye membuka mata, mendapati presensi Yunki yang menopang dagu pada dashboard menatapnya teduh. Setelah ciuman yang ... ehm ... cukup panas itu, Yunki hanya mampu mengajak sang istri tidur di dalam mobil--karena keinginan Jihye--kendati hasratnya ingin mengajak ke atas ranjang empuk. Semua hotel di pulau Udo sudah di booking atas nama Shin Geum Corp dan sangat riskan apabila mereka masuk ke salah satunya.Sudut bibir pria itu tertarik ke atas tampak begitu tulus membuat Jihye harus mengerjap saat rona merah kini merambati hangat kedua pipinya."Hai ... pemandangan pagimu indah, bukan?" ucapnya. Jihye masih merangkum pemahaman, lantas bergerak pelan dan mendapati mantel milik Yunki menyelimuti tubuhnya."Lautnya memang indah," jawab Jihye lirih sambil menggeliat malas.Yunki mendengkus. "Maksudnya, pertama kali membuka mata kau melihatku. Indah, 'kan?"Jihye tertawa lantas bertanya. "Kau bangun sudah berapa lam
Read more
Beri Aku Waktu
“Hye ... aku merindukanmu, tetaplah berada di sisiku." Ucapan itu mengalun begitu lembut menghangatkan relung, sarat akan sebuah harapan yang ditinggikan. Efeknya sungguh tidak main-main karena pelukan Yunki perlahan menjalar nyaman menggelitik permukaan perutnya. Jihye menyambutnya dengan tulus, memberikan tepukan lembut di punggung Yunki dan diam-diam berjanji akan mulai membuka hatinya perlahan. Rindu ... bahkan mereka bertemu setiap hari, tetapi kata itu seakan pas dengan suasana yang dirasakan keduanya saat ini.Yunki mengurai pelukan mereka, dengan tatapan teduh mulai mendekatkan wajahnya, dan kedua pasang bilah itu kembali saling memagut, membiarkan poin enam terjadi begitu saja. Ah, persetan dengan poin enam, bahkan dalam benak masing-masing, keduanya tengah merobek perjanjian itu. Yunki hanya ingin memastikan, menyelami dan benar-benar menyadarkan diri, bahwa sedikit demi sedikit dia memang telah jatuh pada pesona gadis yang selama ini coba ditola
Read more
Musim Dingin Telah Datang
Kesibukan yang terjadi akhir-akhir ini sungguh berimbas pada hubungan dua entitas manusia yang bernaung dalam satu atap itu.Jihye sangat sibuk membuat rencana anggaran untuk Smart City bersama Jimmy dan Gaeun. Begitu pun dengan Yunki, pria itu sering pulang larut dan melewatkan makan malam yang dibuat Jihye dengan sepenuh hati. Menyesakkan, sih, tetapi Jihye selalu berusaha berpikir positif. Di rumah, Yunki tampak lebih banyak diam dengan sorot seperti orang kebingungan dan sering menghabiskan malamnya duduk di kursi mini bar menenggak whisky. Hal itu tentu saja mencuatkan tanda tanya besar dalam diri Jihye. Berkali-kali gadis itu mencoba bertanya, tetapi hanya binar penuh penolakan yang dia dapat, seolah Yunki hanya ingin tenggelam dalam kubangan masalahnya seorang diri.Jihye mencoba mengerti, hidup satu atap selama hampir empat bulan dengan Yunki tidak serta-merta membuatnya mengenal pria itu seutuhnya. Dia harus menekan kuriositasnya dan mene
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status