Semua Bab Pure Blood (DARAH MURNI): Bab 91 - Bab 100
176 Bab
BAB 34 - Tidak Mau Mendengar Apapun Lagi (Bagian 3)
Ssrrkk... Ssrrkk... Ssrrkk...Terdengar suara langkah kaki Rai membelah tebalnya salju. Ekspresinya sungguh mengerikan dengan mata yang tajam memandang lurus ke depan, dan aura membunuh yang kuat memancar.Al yang melihatnya dari jauh hanya bisa bertanya-tanya apa yang telah terjadi, terlebih dia melihat tuannya menggendong seorang wanita dalam tangannya. Sementara itu, Ika dan Iki hanya melihat dengan rasa penasaran dan khawatir atas tidak adanya kehadiran Diana di sana."Bawa dia," ucap Rai menyerahkan Pine ke tangan Al yang menerimanya tanpa ada satu pertanyaan pun."Di mana Kak Diana?" tanya Ika memberanikan dirinya."Kita kembali sekarang," tambah Rai menulikan pendengarannya.Hap!Iki meraih baju Rai dengan sisa tenaganya, "Apa yang terjadi? Di mana Kak Diana? Kenapa dia tidak kembali bersamamu!?"Manik mata Rai sudah berubah merah, dia menatap dalam-dalam manik mata milik Iki, "Kita kem
Baca selengkapnya
BAB 35 - Diam (Bagian 1)
Tok. Tok. Tok.Suara ketukan terdengar beberapa kali di daun pintu. Al mencoba memanggil yang ada di dalam, "Rai..." namun tidak ada sahutan.Tok. Tok. Tok."Mau sampai kapan kau mendekam di sana? Apa kau ini seorang tahanan? Keluarlah!" ucap Al kehilangan kesabarannya."Rai! Cepat keluar!!!"Hening...Rai sama sekali tidak merespons.DAK!Al yang sudah sangat kesal akhirnya menendang pintu ruangan dengan sangat kencang, “Sial! Apa lagi yang kau pikirkan, hah!?"Dari jauh Iki dan Ika hanya bisa terdiam melihat semuanya. Sejak kepulangan mereka tiga hari yang lalu dari Raltz, Rai sama sekali tidak pernah keluar dari ruangan singgasananya. Bahkan tidak ada suara apapun yang terdengar.Semua penghuni kastel Haltz pun tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana. Entah mati atau hidup, Rai tidak pernah merespons sama se
Baca selengkapnya
BAB 35 - Diam (Bagian 2)
Tik. Tok. Tik. Tok.Waktu terus berjalan, tapi Diana masih saja duduk diam di sana. Bahkan ia tidak sekalipun melirik isi nampan yang ada di hadapannya ini. Pandangannya hanya tertuju pada langit biru yang ia lihat dari jendela yang sedikit buram karena tertutup debu. Entah apa yang dipikirkannya.Rena hanya melihat wanita ini dalam diam. Dia sendiri bertanya-tanya, mengapa Dominic mengambil wanita ini? Seharusnya dia mengambil Diana. Bukan malah bermain-main seorang manusia seperti ini."Waktu habis. Aku akan melakukannya sekarang," dan Rena mendekati Diana.Rena mulai melakukannya. Ini adalah pemaksaan, dan tentu saja yang terjadi kemudian adalah hal-hal yang mengandung unsur kekerasan. Dengan kasar, ia menarik rambut merah panjang milik Diana. Membuka mulutnya secara paksa dan menjejalinya dengan makanan.Diana hanya diam saja, tanpa mengerang kesakitan ataupun berusaha menelan makanan ini agar Rena segera berhenti. Tap
Baca selengkapnya
BAB 35 - Diam (Bagian 3)
Rai berada di tengah kerumunan manusia yang berlalu lalang, dan juga kendaraan yang hilir mudik di hadapannya. Di seberang jalanan tempat ia berdiri, terdapat gerbang hitam besar yang memisahkan manusia-manusia ini dari Istana Antro.Rai hanya diam di sana, memandang lurus ke arah istana dengan wajah tidak berekspresi. Banyak penjual yang sudah berusaha menjual dagangannya padanya, namun mereka langsung pergi begitu menyadari suasana tidak menyenangkan yang berada di dekatnya.Rai pun berbalik pergi dari sana. Berjalan penuh kewibawaan dengan wajah yang masih tanpa ekspresi. Ini wilayah Antro, dan hanya manusia yang ada di sini. Tentu saja kehadiran vampir seperti dirinya tidak diharapkan.Walaupun Raja Antro adalah manusia tapi tetap saja, jumlah mereka bisa dikalahkan oleh Rai. Terlebih, Rai dalam suasana hati yang buruk saat ini. Namun ia memilih tidak melakukannya, dalam wajah datar tapi tegas dia sudah memikirkan rencananya. 
Baca selengkapnya
BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 1)
Haahhh... haahhh...Deru napas terdengar semakin memburu, peluh keringat semakin membasahi tubuh, mata yang terpejam dengan gambaran kejadian yang selalu terulang, membuat semua seakan menjadi nyata.Warna abu-abu kini berubah menjadi warna-warna lain, membuatnya menjadi lebih berwarna. Sebuah tarikan napas yang dalam membuat mata yang telah terpejam selama lima hari akhirnya terbuka.Haahhh... haahhh...Usapan tangan pada wajah membuatnya tenggelam semakin dalam pada memori yang hilang. Merangkainya menjadi kepingan yang solid. Memori itu terus berputar layaknya sebuah film yang sedang tayang."Akan lebih baik jika aku mati saat ini.”"Jika itu terjadi, wanita itu akan selamanya menjadi batu. Hidup dalam kegelapan dan kesunyian," seseorang membalas perkataannya."Kau..."Ya, orang yang membalas perkataan tersebut adalah Rai yang baru saja kembali dari dunia manusia. Di
Baca selengkapnya
BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 2)
Rai membalikkan tubuhnya, menatap ke hamparan pohon-pohon yang mengelilingi kastelnya. "Aku tahu atau mungkin tidak tahu... Oleh sebab itu, aku harus melindungimu."Pine dengan tegas menolaknya, "Tidak. Aku tidak mau melibatkan siapa pun lagi. Ini masalahku dan aku akan menyelesaikannya sendiri."“Apa kau bodoh?" sindir Rai. "Kau sadar bahwa kau manusia. Satu fakta itu dan semua pertanyaanmu telah terjawab," ia berbalik dan menatap Pine, "Kau sudah k-a-l-a-h," tekannya lalu pergi.Pine menggenggam erat selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Hal yang dikatakan Rai memang benar, dan itulah faktanya. Sebuah kenyataan yang tidak bisa terbantahkan… Pine adalah manusia, dan ini saja sudah merupakan kekalahan telak baginya."Tapi tetap saja... Aku harus pergi dari sini. Melepaskan seorang manusia tentu bukanlah hal yang mudah bagi seorang vampir. Tapi aku benar-benar harus pergi. Menang atau kalah setidaknya aku harus mencobanya,"
Baca selengkapnya
BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 3)
Pine membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Rai. "Tidak! Tidak! Aku tidak mau! Apa yang kau pikirkan!? Menikah di saat seperti ini? Apa kau benar-benar tidak peduli dengan Dion? Kau—""Tutup mulutmu," potong Rai, membuat Pine bergeming.Rai sekarang sedang dalam perasaan yang sangat tidak baik setelah mendengar apa yang wanita ini lakukan terlebih mendengar perkataannya yang ingin pergi menyelamatkan Diana."Apa kau tidak sadar, aku berusaha melindungimu atas nama Diana atau apapun namanya! Aku melindungimu karena dia menyuruhku. Aku peduli dengannya, maka dari itu aku melindungimu. Jika aku sedingin yang kau pikirkan, maka sejak pertama aku melihatmu, aku sudah membunuhmu!"BAM!Rai menutup pintu kamar atau lebih tepatnya membanting pintu ini, dan mengakhiri obrolannya dengan Pine, meninggalkan manusia ini dalam keheningan. Pine tidak menyangka bahwa sekarang ada seseorang yang peduli pada Diana selain dirin
Baca selengkapnya
BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 1)
Mobil sedan hitam terus melaju membelah Hutan Silver, melewati banyaknya pohon pinus yang sesekali daunnya mengenai badan mobil. Seraya menyenderkan kepalanya di kaca jendela, Pine memperhatikan tampilan-tampilan pohon pinus yang bergerak ke belakang karena laju mobil yang cukup cepat.Matanya memang berfokus pada pemandangan yang berlalu tapi pikiran Pine entah terbang ke mana. Selama perjalanan, Kevin menceritakan semua yang terjadi, tanpa melewatkan satu cerita pun.Cerita-cerita yang membuat Pine tidak bisa lagi berkata-kata. Semua hal yang dibicarakan vampir ini terdengar sangat pelik. Bahkan mengerti satu hal dari keseluruhannya pun sudah membuat Pine merasa pening."Aku tahu ini terlalu rumit," ujar Kevin seraya fokus mengemudikan mobil. "Tapi aku harap kamu bisa mengerti.”Kevin kemudian meriah tangan Pine dan menggenggamnya. "Kamu atau wanita itu. Kalian hanya korban. Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya semua tidak berak
Baca selengkapnya
BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 2)
Setelah dokter tersebut pergi, seorang pelayan kini menempatkan dirinya di hadapan Dominic, mengambil gilirannya untuk berbicara. "Saya sudah membersihkan tubuhnya dan juga mengganti pakaiannya. Tapi..." pelayan ini terlihat ragu."Katakan," kata Dominic singkat."Bolehkah saya mengatur rambutnya? Karena itu terlihat sangat berantakan,” namun ia segera sadar atas yang diucapkan, “Ahh...! Maaf kalau saya lancang, Yang Mulia Raja," lalu tertunduk takut.Dominic melangkahkan kakinya, "Cukup. Pekerjaanmu sampai di sini saja. Jangan lakukan apa yang tidak aku suruh lakukan.”Pelayan ini mengangguk lalu memandang singkat ke arah Diana yang kini tertidur di atas ranjangnya, rambutnya tergerai luas, wajahnya bagaikan matahari dan rambutnya yang berwarna merah terang ini bagaikan sinarnya."Ba-baik, Yang Mulia Raja. Saya permisi," balas si pelayan lalu pergi dari sana dengan terburu-buru."Seharusnya kau tidak melak
Baca selengkapnya
BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 3)
Masih dengan posisi yang sama, Dominic meraih beberapa helai rambut manusia ini dan menggenggamnya dengan erat. "Kau tahu? Adik kesayanganmu sekarang sedang melangsungkan pernikahannya di Raltz.”“Apa maksudmu!?”Dominic tersenyum jahat, “Intervensi kemarin seharusnya telah membuat Raltz lemah. Banyak prajurit yang aku rasa belum sembuh total. Pernikahan yang dilakukan dalam keadaan seperti ini tentu tindakan yang ceroboh bukan? Dan kau tahu bagian terbaiknya? Ben akan merebut Kastel Raltz hari ini.”Mata Diana langsung menajam, ia benar-benar kaget mendengar ucapan vampir ini. “Pernikahan? Siapa yang akan Diana nikahi? Apa vampir itu?” batinnya"Terkejut? Bocah itu terlalu bodoh. Dia selalu melalukan kesalahan-kesalahan fatal, dan sekarang adikmu akan menjadi bagian dari kesalahan fatalnya lagi," jelas Dominic, dan kemudian bangkit dari posisinya, berniat untuk meninggalkan kamar.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status