Semua Bab Dia Pemilik Hatiku: Bab 61 - Bab 70
84 Bab
60. Buku Harian
“Kamu kenal Julio juga?” tanya Rangga.“Emangnya kamu kenal?” Almara bertanya balik.“Iya. Kapan hari dia nemuin aku. Dia pengacara Sharon kan?”“Iya. Aku percaya kalau Sharon difitnah. Bukan dia yang coba buat bunuh aku pas di taman. Dan aku pikir ini masih ada hubungannya sama buku harianku ini,” terang Almara.“Apa hubungannya sama buku harian?”“Hm...Kamu tahu kan peristiwa kapan hari itu seolah ulah seseorang yang gak suka sama hubunganku dan Ardan. Seolah dia mau kita berdua berpisah. Tapi entah kenapa, aku ngerasanya justru sebenarnya pelaku gak suka sama hubunganku sama kamu.Aku ngerasa dia bukan mau pisahin aku sama Ardan tapi pisahin aku sama kamu.”Almara memandang suaminya, tatapannya penuh penyesalan.“Salah satunya ini. Tiba – tiba aja seseorang kirim kunci laci buku harianku ke kamu. Pasti supaya kamu marah dan benci sama aku. Buku harian ini sebelumnya aku simpan di laci dan sengaja kuncinya aku simpen jauh banget, di rumah mama papa. Gak mungkin kan pelakunya orang tu
Baca selengkapnya
61. Satu Pergi dan Satu Akan Datang
Mereka hanya butuh waktu sepuluh menit untuk bersiap. Dan perjalanan dari rumah menuju rumah sakit memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Maka dalam waktu kurang dari satu jam, mereka telah tiba di lokasi, mendapati Nayra terduduk sendirian di depan ruang jenazah.“Rangga, kamu beneran dateng,” ucapnya saat melihat kedatangan Rangga. Tatapannya jatuh pada sosok Almara.“Makasih kamu juga mau dateng Almara. Maaf soal kejadian sebelumnya.”“Itu udah gak penting lagi. Di mana ayah kamu sekarang?” tanya Almara.“Ayah masih di ruang jenazah.”“Apa aja yang udah kamu urus sejauh ini Nay?” Rangga bertanya pada Nayra, namun tatapannya terpaku pada pintu ruang jenazah. Jadi, di sanalah terbaring sosok Om Heri sekarang?“Aku belum ngurus apapun. Aku terlalu bingung dan aku sendirian. Aku cuma diem di sini aja dari tadi.”“Ya udah habis ini kami bantu semuanya mulai memulangkan jenazah dari sini sampai pemakaman nanti ya. Om Heri meninggal karena apa Nay?” Rangga bertanya.“Kecelakaan. Ayah ng
Baca selengkapnya
62. Firasat Buruk
Almara bangun pagi dengan perasaan yang tidak seringan biasanya. Ada sebuah ganjalan dalam hatinya yang dia tidak tahu berasal dari mana. Dia memiliki firasat yang buruk entah mengenai apa. Karenanya, Almara mendadak menjadi over protective kepada Rangga. Dia berpikir jangan –jangan firasat buruknya adalah tentang keselamatan Rangga.“Pasang sabuk pengaman kamu sayang,”ucap wanita itu saat dia dan Rangga sudah berada di dalam mobil hendak menuju ke kantor.Rangga menoleh kepada Almara. Dia tersenyum dan mendekatkan tubuhnya lalu meraih sabuk pengaman Almara, “Kamu harus pasang juga.”“Kamu kenapa sih mulai pagi? Kamu jadi kayak khawatir sama hal – hal kecil,” Rangga memasang sabuk pengamannya sendiri lalu mulai menjalankan mobilnya.“Gak tau. Dari pagi aku kayak deg – degan gitu. Rasanya kayak orang ketakutan tapi gak tahu apa yang aku takutin. Kayak ada firasat buruk.”“Bawaan si baby jangan – jangan? Aku baca – baca katanya hormon bumil bikin moodnya gampang berubah. Apa kamu mau i
Baca selengkapnya
63. Firasat Buruk 2
Almara tak mendapati Rangga ada di sisinya saat dia terbangun keesokan harinya. Sepulang dari kantor dia merasa sangat lelah dan tidak enak badan, sedangkan Rangga mengatakan dia akan terlambat pulang karena pertemuan dengan kliennya akan berlangsung hingga malam. Maka semalam Almara langsung tertidur begitu badannya menempel di ranjang.Sebetulnya tubuh Almara merasa lebih segar setelah beristirahat dengan cukup selama semalam. Namun firasat buruk yang bersemayam dalam hatinya belum juga menghilang. Dan saat dia sudah sadar sepenuhnya bahwa Rangga tak ada di sampingnya, Almara tersentak dan kebingungan.Dia khawati Rangga mengalami kecelakaan saat perjalanannya pulang. Maka dia segera mengecek ponselnya. Tak ada panggilan apapun dari Rangga atau dari nomor asing yang barangkali akan memberitahunya jika Rangga benar –benar kecelakaan.Namun, Almara menerima banyak pesan dari Nayra, Ternyata semuanya berisi foto. Dan saat Almara berhasil mengunduh foto – foto tersebut, hatinya terasa t
Baca selengkapnya
64. 25 Juli
Nayra tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dia memeluk Rangga dan berucap, “Mau Rangga, aku mau nikah sama kamu, jadi istri kamu. Seandainya dulu aku gak ninggalin kamu ke luar negeri, mungkin kita udah lama bahagia sama – sama, mungkin kita sekarang udah punya anak.” “Kamu seneng?” Rangga tersenyum, tangannya membelai rambut Nayra yang berwarna coklat gelap. “Seneng banget lah.” “Kalau gitu kamu harus ceet pulih ya. Sepulang dari sini, kita akan langsung siapkan semua yang perlu disiapkan buat pernikahan kita.” Nayra mengangguk dengan semangat. Keinginannya tercapai, walaupun belum sempurna. Tentu saja untuk saat ini tidak masalah menjadi istri kedua, dia hanya perlu sedikit waktu dan perencanaan yang matang untuk menjadikan dirinya satu – satunya istri Rangga. Berita bahwa Rangga dan Nayra akan menikah tentu saja dengan cepat sampai ke telinga Almara sebelum Rangga mengatakannya karena saat itu juga Fariz telah melaporkan keadaan yang sebenarnya kepada Almara melalui telepon.
Baca selengkapnya
65. Wedding Day 2
Almara sedang duduk di depan meja riasnya. 22 hari telah berlalu. Tepat hari ini adalah hari pernikahan antara Rangga dan Nayra. Sambil memoleskan lipstik di bibirnya, Almara tersenyum. Hari ini, dia pastikan dirinya akan terbebas dari semua kekesalannya selama ini kepada Nayra.Saat riasannya selesai, Almara mengganti bajunya dengan gaun pesta yang mewah dan elegan. Dia tak akan hadir di acara hari ini dengan penampilan biasa – biasa saja. Dia bertekad akan menjadi lebih cantik dan mempesona dibanding pengantin wanita.Hampir sebulan dia menahan setiap gunjingan dan hinaan baik dari beberapa karyawan Rangga ataupun dari Nayra sendiri. Hari ini, dia akan pastikan semua itu akan berakhir.Almara sengaja bermalam di hotel dimana resepsi pernikahan Rangga dan Nayra akan digelar. Dia tidak ingin riasannya terpengaruh oleh jauhnya perjalanan. Maka setelah dia merasa penampilannya sempurna, Almara keluar kamar dan berjalan dengan anggun menuju ballroom.Di ballroom, para tamu sudah hadir. M
Baca selengkapnya
66. Hotel Granpure 2 (Flashback)
Siang itu, beberapa minggu yang lalu, Almara mengajak Fariz berbicara di sebuah cafe untuk menanyakan informasi yang diminta oleh Julio yaitu mengenai waktu tepatnya Rangga menerima kiriman kunci laci yang berisi buku harian Almara.Fariz memberikan semua informasi yang dia mampu berikan. Dia bahkan menceritakan alasan Rangga begitu dingin kepada Almara yakni karena Rangga tahu bahwa Almara pernah menginap di Hotel Granpure pada 12 Maret bersama Ardan.Almara mengelak dengan tegas bahwa pada tanggal itu dia berada di Hotel Granpure bersama Ardan. Maka, dia meminta Fariz untuk mengulang penyelidikannya.“Makasih atas waktu kamu Fariz. Saya akan pulang dulu,” Almara berpamita setelah pembicaraannya dengan Fariz berakhir.“Iya Bu. Sama – sama.”Setelah Almara pergi, Fariz memikirkan banyak hal. Dia masih penasaran dengan keterangan yang Almara berikan mengenai Hotel Granpure. Benarkah Almara tidak pernah menginap di sana? Tanpa menunggu apapun, segera dia mengendarai mobilnya menuju ke H
Baca selengkapnya
67. After Rooftop
“Saya sudah menyelidiki semua pekerja di rumah orang tua Almara Pak,” Fariz melaporkan hasil penyelidikannya beberapa hari kemudian.“Lalu hasilnya?” tanya Rangga.“Mereka semua bersih. Saya tidak menemukan riwayat apapun yang menunjukkan mereka ada hubungan atau interaksi dengan Nayra.”“Gimana mungkin? Lalu darimana Nayra bisa dapat baju dan KTP Almara ya?”“Hm ... sebenarnya saya memiliki beberapa kecurigaan. Namun itu belum pasti, jadi saya tidak berani mengambil kesimpulan. Saya akan minta tim untuk menyelidiki lebih lanjut Pak. Mungkin dalam waktu beberapa hari lagi baru akan saya laporkan hasilnya.”“Oke. Lalu soal keberadaan Nayra gimana? Kamu sudah tau dia tinggal di mana?”“Iya Pak. Dia menempati apartemennya yang dulu pernah diberikan oleh Frans. Namun kemarin dia mendadak pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di kampung pinggiran.”Rangga tersenyum getir, “Pintar juga. Kayaknya dalam waktu dekat dia bakal menemui saya.”“Bagaimana Pak Rangga bisa tahu?”“Dia selalu sepert
Baca selengkapnya
68. Ibu Kandung
“Nayra dapat dari Mama Kinanti? Kok bisa?” Rangga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Dia ingat, saat dia menelepon Kinanti, mama mertuanya itu mengatakan bahwa Almara tak menginap di sana pada 12 Maret malam. Apakah itu karena mama mertuanya salah ataukah memang berbohong? Apakah mama mertuanya bersekongkol dengan Nayra untuk menfitnah Almara? Tapi mengapa? Mengapa dia menfitnah anaknya sendiri?Fariz mengambil tabletnya dan menyodorkannya kepada Rangga. Fariz memutar rekaman video cctv sebuah restoran pada tanggal 12 Maret. Di sana terlihat Kinanti bercakap – cakap dengan Nayra di salah satu meja restoran.Dalam video itu, terlihat Kinanti menyerahkan sebuah bungkusan kepada Nayra. Ketika Nayra membukanya, ternyata itu adalah sebuah pakaian yang tidak lain dan tidak bukan adalah baju Almara yang Nayra kenakan pada video rekaman cctv Hotel Granpure.Nayra terlihat tersenyum senang. Kinanti juga mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu identitas yang ternyata adalah KTP
Baca selengkapnya
69. Keterangan Ardan
Hari itu, Rangga ada urusan dengan klien di luar kota. Namun dia sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar sore harinya dia bisa segera menemui Ardan. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah cafe. Ardan tak ingin menjelaskan melalui telepon apa yang akan dia bicarakan, dia hanya mengatakan bahwa ini mengenai Almara.Segala sesuatu mengenai Almara selalu membuat Rangga penasaran. Terlebih selama beberapa hari terakhir, dia mendapati banyak fakta yang tak terduga mulai dari kejadian Hotel Granpure yang ternyata hanya fitnah dan bahwa orang yang menfitnah Almara adalah Nayra. Belum lagi fakta bahwa Almara bukan anak kandung Kinanti melainkan Nayralah anak kandung wanita itu.“Aku udah di dalam cafe meja nomer 15. Kamu di mana?” tanya Rangga kepada Ardan melalui telepon saat dia telah tiba di tempat yang mereka sepakati.“Baru di parkiran, aku ke sana sekarang,”jawab Ardan.“Oke.”Hanya 1 menit kemudian, Ardan sudah duduk di hadapan Rangga.“Kamu sudah pesan minum?” tanya Ardan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status